Part 23

1.7K 109 0
                                    




Jani POV

Aku terbangun dengan cahaya matahari yang mulai menguning, seluruh tubuhku terasa lemas dengan kepala yang sedikit berdenyut. Ku paksakan kakiku untuk turun dari ranjang untuk mengambil air minum yang jaraknya cukup jauh dari ranjang, Huh kukira ketika aku terbangun aku sudah kembali kedunia ku namun ternyata aku masih berada di tempat yang sama dan anehnya aku malah merasa lega karena belum kembali ke duniaku.

"Kau suda sadar Anjaniku?" Langkah senyap dari Senopati Byakta cukup membuatku terkejut, hingga membuatku terbatuk pelan. Dengan langkah cepat pria itu, ia sudah menepuk-nepuk punggungku dengan tangannya.

Senopati Byakta memandangku dengan wajah tertekuk. "Kenapa tidak kau panggil pelayan saja, kau baru saja sadar Anjani." Terselip nada ke khawatirkan di suara sang Senopati, yang entah mengapa membuat hatiku merasa senang mendengarnya.

"Aku terbiasa melakukan segalanya sendiri Senopati, bahkan ketika kondisiku lebih parah dari ini. Jadi kau tidak perlu sekhawatir itu." Ku paksakan diri ini tersenyum, agar Senopati bisa lebih santai.

Namun kurasa itu membuatnya bingung. "Bukankah di kediaman Raden Raka kau dilayani dengan sangat baik?" Senopati Byakta menanyaiku dengan suara pelan sambil merapihkan rambutku yang tidak sepanjang rambut gadis atau wanita umumnya di Harkapura.

Huh rupanya Senopati Byakta tidak menganggap serius perkataanku kemarin malam. "Sudah aku bilang pada Senopati, aku bukan Rinjani yang sesungguhnya." Seketika pria ini menghentikan gerakan tangannya yang merapihkan rambutku.

Dapat kulihat dari ujung mataku, tubuhnya seketika menegap dengan wajah serius yang sering ia pasang. "Jadi kau sungguh bukan Nyai Rinjani?" Ku anggukan kepalaku pelan.

Huh kurasa aku harus menyelesaikan segala urusan terkait dengan identitasku, ku tatap mata setajam elang milik Senopati Byakta, walaupun sedikit gugup namun aku bisa mengatasinya sehingga mampu menjelaskan semua yang terjadi padaku dari awal hingga akhirnya bisa menikah dengan pria ini.

"Aku tidak tahu apa Senopati Byakta bisa menerima penjelasanku dengan baik atau tidak, namun itulah yang benar-benar terjadi padaku."

Senopati Byakta menarik nafas perlahan. "Jika itu benar, maka jangan ceritakan hal seperti itu kepada orang lain Anjaniku. Cukup kangmas saja yang kau beritahu, bukannya kangmas tidak mempercayaimu namun apa yang kau katakan disini bisa menjadi masalah bagi dirimu sendiri. Dan satu lagi Anjaniku, tolong jangan panggil kangmas dengan sebutan Senopati Byakta, karena jika kau memanggil kangmas seperti itu kamu terlihat seperti bawahan mas." Aku hanya bisa menganggukan kepalaku, bingung ingin mengatakan apalagi.

Senopati Byakta berdiri dari duduknya. "Sepertinya malam ini Kangmas tidak akan bisa bersamamu, kangmas ada urusan negara." Tiba-tiba Senopati Byakta mengecup keningku. "Kangmas pamit dulu, istirahatlah kembali setelah makan Anjani." Setelah itu Pria itu berlalu begitu saja tanpa menghiraukan ku yang sudah diam membantu.

*****

Kukira Senopati Byakta hanya akan pergi semalam saja dan esok pagi ia sudah kembali ke kediaman, namun ternyata hingga satu minggu ia belum kembali pulang begitupun dengan Arangga prajurit setianya. Menurut yang kudengar dari Mayang, memang hal seperti ini sering kali terjadi dikarenakan urusan negara yang bersifat rahasia dan pihak keluarga pun tidak diizinkan mencari tahu lebih lanjut tentang tugas negara yang diemban oleh para prajurit, termasuk keluarga seorang senopati pun tidak diizinkan.

Cinta Sang Senopati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang