Part 50

890 103 13
                                    

Jani POV

Setelah kesakitan yang menerjang diriku, setengah sadar aku mendengar Senopati Byakta memanggilku dengan nada penuh kecemasan, kemana perginya suara bernada dingin dan mengancam yang tadi kudengar? Dia mengkhawatirkanku sekarang, kemana saja pikirannya saat aku memohon belas kasih dari cintanya itu?

Aku terjatuh dalam kegelapan, rasa hening dalam gelap yang menyambutku ini sudah lama tidak kurasakan, sudah sangat lama sejak aku mengenal cinta dan kasih di Harkapura. Kegelapan dan keheningan ini membuatku kembali merasa nyaman, aku kembali ke titik awal dimana dengan kegelapan dan kesunyian yang kembali membuatku nyaman.

Aku terbangun oleh pahitnya obat yang berusaha dijejalkan padaku oleh seorang wanita tua, aku mengenalnya dia adalah tabib sekaligus teman terdekat nenek Arthala. "Minumlah obatnya Raden Ayu, ini untuk menghentikan pendarahan anda." Hatiku serasa diremas mendengar perkataan itu, sebegitu teganya kah ia memperlakukanku hingga membuat pendarahan? Kukira dia hanya kejam pada bangsa di luar sana, ternyata akupun diperlakukan sama saja.

Aku terjatuh dalam rayuannya ketika ia mengatakan seberapa besar cintanya untuku, hah rupanya itu hanya bualan semata dari seorang penguasa yang ingin memiliki segalanya. Rasa pahit dari ramuan yang disuapkan kepadaku seakan-akan menyadarkanku betapa pahitnya realita yang kuterima.

Kukira aku akan menemukan kebahagiaan di dunia ini, menyudahi segala luka yang kuterima dari kehidupanku di masa depan. "Radenyu, tidurlah kembali. Aku akan terus berada disini menemanimu." Perkataan itu bagaikan jimat yang ku tunggu-tunggu, ditambah lagi efek obat yang membuat mataku berat. Akupun kembali terjatuh dalam kegelapan yang membuatku merasa nyaman.

Aku kembali tersadar ketika para dayang sedang membasuh tubuhku dengan kain hangat, rasanya memalukan terlihat penuh dengan noda seperti ini. Wanita yang tadinya sangat bahagia, bisa berubah menjadi sangat menyedihkan dalam satu malam.

Mereka membantuku memakaikan pakaian, menyisir rambutku lalu menyanggul sederhana, memberikan sedikit pewarna pada wajahku yang pucat. Kuyakini berita ini akan menyebar dengan cepat, hingga seisi kediaman bahkan mungkin sampai ke telinga Maheswari yang sedang bergosip bersama selir-selir Maharaja.

"Tutup mulut dengan apa yang kalian lihat saat ini, aku masihlah seorang Raden Ayu jika kalian lupa!" Peringkatku.

"Jangan khawatirkan apapun Raden Ayu, mereka adalah pelayan baru yang disiapkan oleh Senopati untuk anda. Kesetiaan mereka hanya dimiliki oleh anda dan Senopati Byakta." Tabib tua kembali datang dengan nampan berisi obat yang sama dengan semalam, karena dari baunya aku sudah tahu.

Kedatangan tabib itu berbarengan dengan para pelayan yang selesai dengan tugasnya, mereka segera pergi hingga menyisakan si tabib dan pelayannya. "Syukurlah pendarahan anda berhenti Raden yu, anda tidak boleh melakukan apapun, memikirkan hal yang berat selama 6 minggu. Kandungan anda masih lemah."

Ucapan tabib itu membuatku terkejut, apakah rasa sakit yang menyerang perut bagian bawahku akibat dari janin yang kukandung ikut tersakiti? "Dia baik-baik saja sekarang, sangat kuat seperti Ayahandanya." Sepertinya tabib tua ini tahu kekhawatiranku.

"Namun Ayahandanya yang membuatnya terluka tabib."

Tabib itu hanya terdiam, menyuapkan sendok demi sendok obat pahit itu di depan bibirku. "Kau benar Raden Ayu, dirimu dan anakmu memang terluka karena Senopati berbuat keterlaluan. Hah aku tidak akan membuatmu mewajarkan hal seperti itu walaupun lingkungan sekitar kita sering begitu. Namun yang harus anda tahu, senopati tidak dalam kesadaran penuh ketika melakukannya, ia seharusnya segera pergi bertapa untuk mengusir energi juga pengaruh mantra hitam yang mengutuknya. Namun kau menghilang dan membuatnya panik Raden Ayu, dia sudah diambang batasnya ketika mencarimu, maka hal ini pun terjadi." Aku masih tetap tidak ingin memaafkannya, dia memang tidak benar-benar sadar dengan apa yang dilakukannya, namun aku dalam kesadaran penuh semalam, rasa sakitnya masih terasa di tubuhku bahkan janinku merasakan betapa kejamnya perlakuan Senopati semalam.

Cinta Sang Senopati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang