Pertemuan yang sangat melelahkan itu akhirnya selesai, energi Jani rasanya terkuras habis setelah mencoba bersosialisasi dan banyak bicara, otaknya terasa panas memikirkan topik-topik pembicaraan yang bisa masuk di zaman ini.Jani mengistirahatkan tubuhnya di sebuah pohon dengan daun yang sangat rindang, duduk bersandar dengan mata yang terpejam, menikmati angin yang menghilir dengan tenang nan lembut.
"Aku mencarimu ke kediaman Permaisuri, rupanya kau disini. " Suara Byakta seketika membuat Jani membuka lebar matanya dengan punggung yang seketika tegak.
"Ah maafkan aku Senopati, aku tidak tahu kau mencariku. Kukira hanya pengawal yang menungguku. " Byakta hanya mengangguk singkat dengan senyum tipis, tanpa sungkan laki-laki ini duduk disamping Jani." Sementara Jani hanya mengerutkan keningnya sesaat, tidak mengerti kenapa Byakta repot-repot mengikutinya duduk di atas rerumputan yang lembab.
"Hari pernikahan kita tinggal satu minggu lagi Anjani, jika kau ingin melarikan diri maka cobalah lari sebelum hari pernikahan. karena jika aku sudah megikatmu dalam pernikahan untuk bersamaku maka tidak akan kubiarkan selangkahpun kau berlari menjauhiku." Byakta menatap Jani dengan intens, berusaha menerka-nerka raut wajah gadis itu untuk melihat keputusan apa yang akan diambil Jani.
Jani hanya tersenyum mendengar kalimat Byakta, namun Byakta masih dapat mengamati bagaimana mata gadis itu menerawang jauh dengan pikiran-pikiran yang berkeliaran dikepala wanita ini. Untuk beberapa waktu Jani tidak membalas perkataan apapun, namun wajahnya sudah terlihat santai.
Helaan nafas ringan keluar dari bibir Jani. "Kemana aku bisa berlari untuk melarikan diri Senopati? Berlari ke Panggaluh yang sudah tidak ada? Ke istana pusat? Tentu saja itu hal yang tidak mungkin ketika aku sudah menghabiskan banyak sekali waktu denganmu, berlari kedalam hutan sama saja aku menyerahkan diri kepada para perampok dan pemberontak yang kita hadapi di perjalanan, mencoba bersembunyi ditempat kau memiliki kekuasaan penuh? Jujurlah! Sebenarnya kau tidak benar-benar memberikan pilihan selain menikah denganmu Senopati!" Jani menatap Byakta yang sedang menatapnya juga.
Sang Senopati menyelipkan anak rambut Jani yang berterbangan karena tertiup angin. "Ya! Tidak sekalipun aku berpikir untuk melepasmu Anjani. Ketika kau berhasil membuatku kehilangan kendali atas perasaanku, maka kau harus bertanggung jawab untuk menjaganya selama debaran itu masih ada."
Jani terdiam untuk sejenak, mata gadis itu mengamati raut wajah Senopati Byakta yang sangat serius menatap wajahnya, tatapan yang penuh pujaan yang ia dapat kan. "Mungkin saja aku bukan wanita yang kau maksud Senopati."
Senopati Byakta memutuskan pandangan mata. "Kau meragukan ku? Aku tidak pernah salah melihat Anjani."
*****
Satu minggu berlalu dengan sangat cepat, Jani baru saja selesai dimandikan dengan tujuh sumber mata air yang disatukan kedalam bak mandinya, airnya masih dibacakan mantra ketika dayang tua mengusap kepalanya dengn air yang mengalir. perlahan-lahan tubuhnya seakan bersinar dengan aura yang terbuka lebar membuat orang-orang yang membantunya merias diri merasa takjub dengan aura yang dipancarkan gadis yang hari ini yang secara resmi akan menjadi Istri seorang Senopati kebanggaan Harkapura.
"Raden Ayu, saya tidak pernah melihat anda secantik ini." Bibi Laksmi berseru dengan suara yang terdengar terpekik namu eru saja ditahan wanita itu.
"Jika Raden Ayu menjadi sebersinar ini, mungkin saja memang Raden ayu memang sudah memilikinya sejak awal, namun Raden ayu memiliki kesedihan yang kuat hingga membuatnya menjadi suram. Hari-harimu sebelum ini pasti sangat berat, tapi tenanglah setelah kau menjadi istri Sang Senopati, tak seorangpun akan berani dan senopati pasti akan selalu melindungimu Raden Ayu." Jani hanya mendengarkan pembicaraan yang diadakan saat ia berendam dalam bak mandinya, rasanya cukup malu karena untuk pertama kalinya ia mandi dilayani oleh lima orang wanita yang dua diantaranya tidak Jani kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Senopati (END)
Historical FictionKecerobohan yang Jani lakukan berhasil mengantarnya kepada Perpindahan ruang dan waktu membuat Jani terjebak di kerajaan dengan wilayah-wilayah yang Jani tidak tahu sebelumnya walaupun ia seorang mahasiswa jurusan Sejarah. Entah itu Transmigrasi at...