Part 33

2.5K 198 10
                                    




Jani terbangun ketika hampir fajar, Matanya menatap ranjang di sebelahnya yang telah kosong. Jani bangun secara perlahan dari atas ranjang, merasakan pinggangnya yang sedikit keram.

Jani melihat pantulan dirinya di dalam cermin, benar-benar terlihat kacau dengan rambut yang berantakan juga seluruh tanda yang di tinggalkan Suminya itu dan sialnya Jani merasa dirinya sangat seksi pagi ini.

Mayang dan Laksmi masuk untuk membantunya merapihkan diri, sejujurnya ada rasa malu dalam diri Jani silihat dalam kondisi seperti ini namun ia harus segera bersiap sebelum kepergian suaminya ah suaminya.

Jani merasakan pinggangnya kaku ketika bangkit dari ranjang dengan lilitan selimut yang membungkus tubuh polosnya. Mata mayang dan bibi Laksmi memandangnya takjub membuat Jani hanya mengeluarkan cengiran canggung untuk dua dayangnya itu.

Bibi Laksmi menatap keponakannya dengan khawatir karena mengeluarkan ringisan pelan. "Kau dan Senopati benar-benar tidak ada habisnya, aku mengerti Senopati akan pergi dengan waktu yang lama, tapi kau sedang hamil muda Raden ayu." Bibi Laksmi dan mayang memapah Jani berjalan perlahan untuk pergi ke tempat pemandian.

Jani melongo melihat ekpresi yang begitu kentara rasa khawatir yang terlihat di wajah bibinya. Bibi Laksmi memandang Jani seperti seorang korban dari penjahat kelamin.

Jani menghela nafasnya ketika merasakan tulang-tulangnya melemas ketika memasuki kolam kecil yang di isi air hangat yang menguarkan aroma rempah yang menenangkan. "Ah ini sangat nyaman." Desah Jani.

"Apakah Senopati Byakta sangat sering bepergian Mayang?"

"Iya Raden ayu, Sejak menjabat senopati memang lebih banyak menghabiskan waktunya di luar Harkapura untuk melakukan penaklukan ataupun pengawasan wilayah. " mayang menceritakan Senopati sambil memijat bahu jani pelan, sementara Jani terdiam mendengar perkataan Mayang.

"Terkadang Senopati mengawasi suatu pembangunan di wilayah menggantikan Maharaja yang tidak bisa terlalu jauh dari singgasana."

Jani merasakan perasaan sesih menghinggapi dirinya, ah rupanya Senopati Byakta akan sangat sering bepergian dan Jani akan menjadi wanita pajangan yang tinggal di kediamn menunggunya pulang.

Bibi Laksmi yang dapat dengan mudah membaca wajah murung keponakanya itu menghela nafas. "Jikapun Senopati bepergian lalu kembalidengan seorang wanita lainnya, itu tidak akan dengan mudah menggeser posisi anda Raden Ayu. Jadi beraikap tenanglah selalu." Nasihat bibi Lakmi tidak bisa membuatnya tenang sama sekali, nasihat seperti itu membuatnya rasa khawatir di dalam dirinya bertambah.

Dengan segera mayang menyangkal perkataan itu. "Senopati tidak akan kembali dengan wanita lain Raden yu, saya yakin itu. Pria dari kediaman Rajawali sangat setia! Buktinya di kediaman ini tidak ada yang pernah memiliki lebih dari satu wanita sedari awal." Bela Mayang dengan lantang. Sementara Jani hanya tersenyum tipis, membenarkan di dalam hatinya dan semoga saja itu benar.

*****


Jani sudah rapih dengan pakaian baru yang di bawakan Mayang entah dari mana. Jani mengenakan kebaya berwarna putih dengan kemben berwarna hitam, bahu jani di tutupi selendang yang akan membantunya menghalau udara dingin di pagi hari.

Rambutnya di sanggul rapih dengan tusuk konde yang menabahkan kesan anggun pada dirinya, jangan lupakan perhiasan yang entah di bawa dari mana oleh bibi Lakmi ini, Jani benar-benar terlihat seperti wanita bangsawan kali ini.

Jani memejamkan matanya rapat sedari tadi di dudukan di depan cermin oleh kedua dayangnya, ingatan itu akan terputar secara otomatis ketika ia menatap cermin, ah bahkan pipinya memerah tanpa alasan. "Apakah anda sakit Radenyu?" Bibi Laksmi memegang kening juga pipi keponakannya yang bersemu merah.

Cinta Sang Senopati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang