Part 48

747 88 13
                                    

Hi maaf banget lama gak update tanpa ngasih kabar apapun, aku baru aja selsai UTS guys.

Jani POV

Waktu seakan berlalu dengan begitu lambat di Harkapura. Kangmas Byakta menjadi jauh lebih sibuk dari biasanya, mayang yang mendekati bulan kelahirannya, dan bibi Laksmi yang tidak bisa kulihat lagi, ah rasanya aku benar-benar merindukan wanita tua berwajah garang itu, malang sekali nasibnya harus terjebak oleh situasi pemberontakan yang tidak pernah ia lakukan.

Yang bisa kulakukan hanyalah mengirim pesan padanya lewat surat, memberikan kabar kepada bibi Laksmi tentang kehadiran Buntala yang membawa banyak sekali kebahagiaan yang tak terkira untuk kami, ia membalasnya dengan penuh semangat layaknya seorang nenek kepada cucu pertamanya, membuatku sangat senang menceritakan Buntala kepada surat yang sedang kutulis ini.

"Raden ayu...Radenyu." Seorang dayang muda muncul di balik pintu, ia berlari kecil ke arahku. "Raden Ayu Permasuri menunju kemari." Baru saja dayang itu selsai berbicara Permasuri Maheswari sudah memasuki kamarku dengan dua pelayan yang dibawanya tanpa meminta izin terlebih dahulu apalagi menyapa.

Pandangan Permasuri Maheswari menjelajah seisi kamarku, ia tersenyum kecil namun ku tahu senyum itu bukan tanda keramahan. "Wah bahkan kamarmu sama persis dengan kamarku Raden ayu." Hah baiklah kita mulai lagi.

Ku haturkan salam sembah formal yang biasa kulakukan ketika ia dan maharaja berada di singgasananya, mengatupkan tangan sambil bersimpuh. Kuyakini setelah kejadian yang menimpa Permasuri dan bayinya ia memendam rasa dendam yang tak terkira.

Permasuri melewatiku begitu saja tancap banyak berkata, menuju ranjang tempat aku membaringkan Buntala yang sedang terlelap kelelahan setelah aku mengunjungi kangmas di camp. Permasuri mengangkat Buntala ke gedongannya, kuyakini ia tidak pernah menggendong bayi sebelumnya karena posisi ia menggendong Buntala bisa menyebabkan bayiku terkilir.

"Maafkan aku Permasuri, izinkan aku mengajarimu cara menggendong bayi....." aku tidak memikirkan norma kesopanan lagi, aku terlalu khawatir dengan caranya menggendong Buntala hingga aku langsung bangkit tanpa izinnya.

"Beraninya kau masih menegakan tubuhmu di hadapanmu setelah Panggaluh membuat bayiku tiada! Membuat Harkapura kehilangan pewarisnya!" Perkataannya tidak membuatku berhenti dengan segera ku ambil Buntala dari gendongan Maheswari, emosinya lebih membuatku khawatir ia akan menjatuhkan Buntala. Dengan segera aku kembali bersimpuh lagi di hadapannya, dengan Buntala yang menggeliat tidak nyaman karena pergerakan cepat ku.

PLAK

Sebuah tamparan yang menyisakan rasa panas dan kebas mendarat di pipiku, ah rasanya leherku pun sedikit sakit. "Kau pelacur! Wanita rendahan yang menggoda kandaku! Wanita murahan yang tidur dengan kandanya karena harta!" Sial ia menghinaku dengan perkataan yang sangat kasar, jika saja aku memiliki dukungan dari putri Rukma aku akan melawannya sedikit saja, namun sayangnya aku sudah tidak memilikinya lagi, aku benar-benar kembali ke tanah Harkapura tanpa dukungan yang tersisa bahkan bibiku tidak ada.

"Maafkan saya Permasuri, insting saya sebagai seorang ibu hanya ingin melindunginya bergerak begitu saja."

Permasuri Maheswari tertawa, tawa culas yang membuatku merinding. "Jadi maksudmu aku bukan calon ibu yang baik hingga bayiku mati Raden Ayu?" Permasuri mengitari ruanganku, membuatku ingin sekali menarik tangannya untuk keluar dari sini. "Kau bahkan tidak membayar apapun atas pemberontakan yang kerajaanmu lakukan, atas nyawa berharga yang direnggut. Beraninya kau masih memiliki suara di hadapanku Rinjani."

Permasuri Maheswari mendekati meja tempatku menulis surat, kemudian ia membaca surat itu. Tawa culas ya kembali terdengar, suara gemerincing dari gelang kakinya yang terdengar semakin berisik, membuatku tersadar ia melangkah ke arahku. "Apa kau akan mengirim surat ini ke alam baka Anjani? Hmm bahkan kau mendapat balasan dari wanita tua itu."

Cinta Sang Senopati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang