Jani terbangun setelah melewati 3 bulan sehabis tenggelam.Jani terbangun disebuah ruangan pengap, matanya menjelajah sekitar ruangan, tidak asing dengan tempatnya terbangun ini. Kelembaban dari ruangan redup ini seolah-olah menunjukan memang ruangan tersebut memang tidak pernah tersinarari oleh setitik mataharipun.
Seorang penjaga dengan pakaian yang Jani kenali muncul dihadapannya, ah bukankah ini pakaian prajurit Panggaluh? otak cerdas Jani mulai memikirkan kemunkinan yang terjadi, kemungkinan terbesarnya ialah ia dikembalikan ke tempat awal kedatangannya kemari, Panggaluh.
Penjaga itu menatapnya tajam, seolah-olah Jani adalah tersangka kasus yang berat. Kulit hitam si pejangga nampak menyatu dengan keredupan cahaya ruang penjara ini, hanya mata merah juga baju merah yang terlihat dari si pejaga penjara ini.
Penjaga ini menggebrak sel tahanan Jani dengan tongkat berujung runcing yang dibawanya, kemudian membuka sel tahanan Jani. menarik paksa tangan itu hingga berdiri sempoyongan, penjaga itu langsung menyeret Jani keluar dari ruang tahanan.
Ini benar-benar kediaman Raden Raka, bukankah tempat ini sudah dikuasai oleh Harkapura? lantas mengapa prajurit panggaluh, para pelayan-pelayan yang mengabdikan diri untuk kediaman ini masih sama dengan yang terakhir kali Jani lihat?
Prajurit itu menyeret Jani masuk ke ruangan tempat dahulu Raden Raka mendduduki singgasana kecilnya disana, hanya saja yang duduk disana bukan Raden Raka lagi, melainkan seseorang yang pernah Jani temui sekali ketika menyambut suaminya yang datang untuk melamarnya ketika itu. Ya Raden Surya, orang yang lenyap begitu saja ketika pembersihan kediaman ini di lakukan, bahkan suaminya tidak bisa menemukan jejak pria itu. Namun bagaimana ia bisa kembali dan duduk di singgasana yang tanahnya sudah di kuasai oleh Harkapura?
Raden Surya turun dari singgasananya untuk menghampiri Jani yang masih terpaku, Raden Surya turun perlahan dario undakan tangga sambil menatap adik tirinya itu yang terlihat lebih molek dari pada sebelumnya, ah ketika tatapan Raden Surya tertuju pada perut wanita itu, barulah ia mengerti kenapa tubuh adiknya bisa semenarik itu.
Raden surya memeluk Jani begitu sampai di hadapan wanita itu, tangannya turun meremas bokong Jani, Jani dengan segera mendorong pria itu sambil menjauhinya dengan mundur beberapa langkah. "Kau sangat tidak bermoral!"
Raden Surya tertawa mengejek. "Kau pikir kau orang yang bermoral ketika tidur dengan kakakmu dan mengandung anaknya? Kau berpikir kau masih bemoral ketika bersedia dinikahi oleh orang yang mengkhianati perjanjian adikku?" Raden Surya mencengkeram dagu Jani kencang, kemudian mengelus perut wanita itu yang sudah terlihat membuncit itu. "Kau seharusnya bunuh diri untuk mempertahankan kesetiaanmu pada panggaluh malam itu, kau seharusnya tidak mengandung anak Byakta adikku." Raden Arangga menghempaskan Jani, hingga ia jatuh tersungkur namun untunglah masih bisa menahan bobot tubuhnya dengan baik.
Didalam hati Jani ia merutuki kakek tua dan si belang, bisa-bisanya mereka menjatuhkannya ke tempat seperti ini. Tentu ini akan menjadi musibah terbesar yang akan dialaminya di kehidupan ini.
Seorang prajurit memberi salam sembahnya ke Radsen surya, prajurit itu berlutut sambil menyerahkan surat kepada Raden Sura. Untuk beberapa waktu perhatian Raden Sureya teralihkan untuk membaca surat tersebut, sebuah seringai terbit dari bibir pria itu sehabis melemparkan surat itu begitu saja.
Raden Surya menatap Jani dengan senyum manis yang terlihat seperti sikopat. "Suamimu akan membayar apa yang dilakukannya terhadap Panggaluh, Raden Raka, dan Armadaku Raden Ayu. Sebelum dikembalikan kedalam selnya cambuk ia 100 kali atas dasar pengkhianatan."
Jani membelakan matanya mendengar hukuman itu. "Aku tidak pernah berkhianat Raden! Aku mohon padamu, aku bukan Rinjani, aku bahkan tidak mengenalnya Raden." Tanpa mempedulikan perkataan Jani, Raden Surya menitahkan para prajuritnya menyeret paksa Jani ke ruang penyiksaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Senopati (END)
Historical FictionKecerobohan yang Jani lakukan berhasil mengantarnya kepada Perpindahan ruang dan waktu membuat Jani terjebak di kerajaan dengan wilayah-wilayah yang Jani tidak tahu sebelumnya walaupun ia seorang mahasiswa jurusan Sejarah. Entah itu Transmigrasi at...