Jani sektika membuka matanya walaupun terasa berat, berada di bawah guyuran air yang lumayan menyakitkan untuk matanya. Jani membalikkan tubuhnya dengan panik untuk berenang ke pinggir kolam pemandian, nafas pendek gadis itu membuat sang bibi segera menghampiri keponakannya dengan wajah cemas.Dengan segera bibi Laksmi memasangkan kain kering di tubuh yang sedikit bergetar itu. "Raden ayu? Ada apa denganmu?" Jani hanya menggelengkan kepalanya sambil berjalan keluar dari kolam dan memasuki pondok untuk berganti pakaian.
Bibi Laksmi memperhatikan wajah keponakannya yang seakan menerawang jauh dengan pikiran yang penuh, biasanya untuk beberapa bagian yang menurut Jani lumayan privasi gadis itu akan merapihkan-nya sendiri, namun kali ini keponakannya itu memilih membiarkan sang bibi melakukan tugasnya hingga akhir.
Sang bibi memandang khawatir keponakannya yang tidak menyadari bahwa ia telah rapih dengan pakaian, sepatu, dan aksesoris yang suda melekat di tubuhnya. "Raden ayu, apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Bibi Laksmi mengelus pelan surai hitam keponakannya yang telah ia sanggul sederhana.
"Ya aku baik-baik saja bibi, aku hanya lelah. Terimakasih telah membantuku, aku ingin segera beristirahat." Jani segera melangkhkan kakinya pergi, tidak mempedulikan bibi Laksmi akan mengikutinya atau tidak.
Jani menyusuri lorong kediaman dengan langkah perlahan, obor-obor sudah mulai digantungkan karena langit memang sudah menggelap sedari tadi, tidak terasa ternyata ia menghabiskan waktu selama itu hanya untuk berendam.
Untuk pertama kalinya Jani tidak mempedulikan pelayan yang menunduk atau melakukan sapaan formalitas padanya, biasanya Jani akan tersenyum kecil sembari menganggukan kepalanya pelan. Tidak disadari gadis itu seorang pria menatapnya khawatir sekaligus rindu.
*****
Jani tidak pernah siap jika bayangan buruk tentang kecelakaan yang menimpa dirinya dan kedua orang tuanya kembali muncul di ingatannya, dengan kilasan-kilasan yang begitu jelas juga menyakitkan untuk diingat. Mata wanita itu bahkan enggan memejamkan matanya karena ketakutan kilasan memori itu akan hadir di dalam mimpinya, ia hanya berbaring di atas ranjang dengan mata yang terbuka dengan pandangan yang menerawang jauh.
Krett
Decitan pintu berat yang terbuka membuat Jani dengan spontan menutup kedua matanya untuk berpura-pura tidur, enggan membiarkan bibi Laksmi cemas dengan kondisinya. Namun Jani dapat merasakan tangan yang mengelusnya terasa bukan seperti tangan sang bibi, dengan segera Jani membuka matanya dan mendapati Byakta yang duduk di pinggir ranjang dengan tatapan yang lembut yang belum pernah Jani lihat di mata pria itu.
"Kapan Senopati pulang?" Byakta yang mendengar panggilan Jani padanya mengerutkan kening tidak suka dan menatap Jani tajam, sontak Jani di buat gelagapan dengan tatapan menusuk yang dilayangkan pria itu. "Maksudku kapan kangmas kembali?"
"Tadi Siang, namun aku memasuki istana dulu untuk memberikan laporan baru setelah itu pulang ke kediaman." Jani menganggukan kepalanya singkat
Tok tok tok
"Masuklah" Senopati Byakta membiarkan Bibi Laksmi masuk dengan beberapa dayang lainnya, membawa beberapa kendi yang berisi air panas dan dingin. "Siapkan air mandiku dan segera pergi." Perintah Byakta yang segera diberi anggukan patuh.
Jani merasa sedikit canggung Sang Senopati akan mandi disini, namun mengingat statusnya sebagai istri ia tidak bisa menolaknya dengan mudah. "Kangmas belum mandi?" Byakta hanya menggelengkan kepalanya. "Belum, Jani malam ini aku ingin memintamu melayaniku." Jani membulatkan matanya karena sedikit kaget dengan kalimat yang dikatakan Byata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Senopati (END)
Historical FictionKecerobohan yang Jani lakukan berhasil mengantarnya kepada Perpindahan ruang dan waktu membuat Jani terjebak di kerajaan dengan wilayah-wilayah yang Jani tidak tahu sebelumnya walaupun ia seorang mahasiswa jurusan Sejarah. Entah itu Transmigrasi at...