_
_
_
_
_Punggung Byakta sudah mulai menjauh bersama dengan pasukan dan kuda yang dipacunya lumayan kencang, meninggalkan Jani didepan halaman kediaman dengan wajah yang masih berusaha mencerna apa yan baru saja terjadi kepadanya beberapa saat yang lalu.
Selama setengah perjalanan terakhir yang mereka lalui menuju ke Harkapura, Jani memang menyadari bahwa Byakta mulai menunjukkan perhatian-perhatian kecil kepadanya. Jani hanya mengira itu hanya tanggung Jawab Byakta sebagai seorang 'ketua' yang berusaha menjaga seluruh anggotanya termasuk Jani namun setelah dipikir ulang perhatian yang ditunjukkan Byakta lebih dari biasa yang Jani dapatkan pada saat bersama dengan rekan pendakian prianya.
Saat rombongan Byakta sudah melewati gerbang, hingga pada akhirnya gerbang itu tertutup kembali Jani baru melangkahkan kakinya ke tempat peristirahatan gadis itu. Tanpa ia sadari ada beberapa orang yang mengawasi semua pergerakannya, mereka sedang memperhatikan Jani dari sudut yang berbeda untuk dilaporkan kepada tuan yang telah memerintahkan mereka.
*****
Jani memasuki kamarnya yang berada didalam kediaman keluarga Byakta, berjarak dua ruangan dari kamar Rukma dan berhadapan langsung dengan kamar nenek Byakta. ia diberi ruangan serupa dengan kamar milik permaisuri ketika masih seorang gadis tanpa adanya perbedaan yang terlihat cukup kentara.
Byakta sendiri memiliki kediaman yang terpisah dengan keluarganya dikarenakan pekerjaan dan demi kedamaian keluarga pria itu sendiri, kediaman keluarga tentu saja lebih luas dan lebih tenang dengan tidak adanya suara senjata ataupun riuh prajurit yang terkadang tidak mengenal waktu untuk berlatih ataupun bertarung, sebuah keberuntungannya Jani dan Byakta sempat memiliki momen romantis di kediaman pribadi milik pria itu.
Jani disambut dengan kehadiran sang bibi dan dua orang dayang yang dikirim Rukma untuk membantu dan mengajarkan segala urusan yang berhubungan dengan kediaman dan etika bangsawan khas Harkapura. Bibi Laksmi dengan segera menghampiri keponakannya yang kembali cukup larut malam.
Senyum wanita tua itu merekah dengan mata yang menyipit usil. "Raden Ayu anda kembali cukup larut." Sambut Laksmi sambil menuntun Jani kearah meja rias dan mendudukkannya disana.
Para dayang ikut mendekat kearah Rinjani, membantunya melepaskan berbagai macam aksesoris yang melekat di tubuhnya yang terakhir membantunya melepaskan pakaian yang melekat di tubuh gadis itu. Jani sudah mulai terbiasa dengan segala pelayanan yang diberikan untuknya, tapi baru malam ini gadis itu mengizinkan orang lain ikut membantunya membuka pakaian dengan suka rela, itupun dengan setengah isi pikirannya yang berkelana menuju Byakta.
Bibi Laksmi mengerutkan keningnya, tidak biasanya keponakannya ini hanya diam saja ketika dilayani sedemikian rupa. "Raden Ayu apakah anda baik-baik saja? Apa Senopati berbuat sesuatu?" Pertanyaan itu menyadarkan Anjani yang sudah berada didalam bak mandi dengan air hangat.
Gadis itu sendiri cukup terkejut dengan keadaannya yang sudah dimandikan 3 orang, namun ia memilih diam karena merasa tidak memiliki tenaga untuk melarang mereka yang sangat keras kepala ingin melayaninya di segala kesempatan.
Anjani tersenyum simpul. "Senopati Byakta adalah pria yang sangat baik padaku bibi, jangan khawatir."Bibi Laksmi tidak kembali membalas perkataan keponakannya, ia hanya menghela nafas lega.
Seorang dayang tua tampak tidak terima dengan tuduhan itu segera membantah. "Senopati Byakta tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa ikatan terhadap Raden Ayu, begitupun terhadap gadis lain Laksmi. Senopati tidak akan sudi energi kehidupannya bercampur dengan energi yang tidak jelas bagaimana akan membawa pengaruh terhadap tubuhnya." Sahut seorang dayang senior yang seumuran dengan nenek Byakta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Senopati (END)
Historical FictionKecerobohan yang Jani lakukan berhasil mengantarnya kepada Perpindahan ruang dan waktu membuat Jani terjebak di kerajaan dengan wilayah-wilayah yang Jani tidak tahu sebelumnya walaupun ia seorang mahasiswa jurusan Sejarah. Entah itu Transmigrasi at...