Part 17

1.6K 133 1
                                    



Jani POV

Senopati membawaku ke sebuah ruangan yang kupikir ini adalah kamarnya, terlihat dari senjata yang beraneka ragam di simpan dengan rapih, peta-peta wilayah yang berserakan dimeja, juga gulungan-gulungan surat yang tersimpan dengan apik didalam rak, belum lagi penjagaan untuk masuk ketempat ini cukup ketat.

Jangan lupakan aura mendominasi dan sakral yang kuat ditempat ini, namun bukannya takut ataupun merasa merinding, aku malah merasa sangat terlindungi dan nyaman disini. "Anjaniku..." terlalu sibuk mencuri-curi pandang, tidak kusadari sang pemilik kediaman telah menatapku dengan...dalam?kurasa? Entahlah aku tida pernah bisa menebak apa yang Senopati pikirkan, dia adalah pria misterius dengan aura maskulin yang sangat kencang.

Dari jarak sedekat ini dapat kucium aroma Cendana bercampur jintan yang kuat namun menenangkan menguar dari Senopati, jika bersama-lama mencium aroma seperti ini kurasa sebentar lagi aku akan kehilangan akal sehatku. Dengan tiba-tiba laki-laki ini menarikku kedalam dekapannya, sial aroma yang semakin jelas tercium membuatku semakin kehilangan kendali atas diriku. Sekuat mungkin kutahan tanganku agar tidak mengalung pada lehernya dan mencium aromanya lebih gila lagi, sesekali kucoba tahan nafasku ini agar aku tidak kehilangan kewarasan. Tapi lagi-lagi aku dibuat gila ketika ia mengecup puncuk kepalaku dengan lembut dan mengelus punggungku.

Aku hanya bisa membatu menerima segala perlakuan ini, aku merasa sangat lega ketika Senopati akhirnya melepaskan dekapan intim ini, namun ia masih menggenggam kedua tanganku dengan matanya yang menatap intens wajahku. "Anjaniku lihatlah kangmas." Aku tidak bisa tidak menuruti titahnya ketika ia mengeluarkan suara lembutnya yang seksi, jadi kutatap wajah dengan garis tegas dengan matanya yang setajam elang ini. hah sebentar lagi aku akan pingsan rasanya.

"Apakah kau merasa terluka dengan perkataan dua wanita tadi Anjani?" Tidak kusangka ia akan menanyakan hal tadi, kupikir ia akan langsung menjauhiku.

Dari Sorot matanya, entah aku salah atau tidak. Dapat kulihat tatapan cemas sekaligus khawatir berada di kedua bola matanya yang kelam. "Aku sama sekali tidak merasa terluka Senopati, apa yang mereka katakan tentang masa lalu Rinjani ya memang benar adanya. Namun aku hanya merasa duniamu seharusnya tidak pernah jadi bagian dari duniaku Senopati. Kau itu pria yang memiliki segalanya sedangkan Rinjani adalah wanita yang kehilangan segalanya." Karena aku hidup sebagai Rinjani, itulah kata-kata yang paling cocok untuk situasi saat ini.

Byakta mengelus rambutku dengan tatapan yang hangat. "Setelah semua yang aku lakukan untukmu, apa menurutmu itu penting? Anjaniku dunia tempat kangmas tinggal adalah dunia milikmu juga." Perkataan yang sangat manis ini jika Rinjani yang asli mendengarnya, itu akan membuatnya cukup nyaman berada di dekat pria seperti Senopati Byakta. karena perkataan yang sebenarnya bukan ditunjukkan untuku ini pun mampu membuatku berdebar karena mendengarnya.

Aku selalu merasa heran jika ada wanita yang terjebak rayuan para laki-laki, kenapa mereka bisa dengan bodohnya masuk dengan senang hati kedalam perangkap buaya seperti itu. Kini aku paham rasanya dibuat meleleh tanpa daya, seolah-olah akal tidak pernah ada didalam diriku, sialnya lagi perkataan itu sebenarnya bukan untukku.

Dilubuk hatiku ini rasa bersalah muncul. Seharusnya yang menerima cinta sebesar ini adalah Rinjani bukan aku, wanita yang baru datang dari dimensi waktu yang berbeda. "Kenapa kangmas bisa menerima Rinjani Sebaik ini?" Namun disisi lain aku penasaran apa yang membua Senopati Byakta jatuh sedalam-dalamnya kedalam pesona Rinjani, sama seperti Raden Raka dan pria-pria lainnya yang kutemui.

Aku curiga Rinjani memakai susuk, bagaimana ia bisa membuat para pria Jatuh kedalam pesonanya hingga mampu melanggar batasan seperti Raden Raka dan pengabdian hidupnya seperti  yang Suhendra lakukan. Entahlah aku tidak mengenal wanita itu, tapi melihat bagaimana kakek menyebalkan itu yang menghargai keberadaannya kurasa Rinjani memang wanita yang memiliki karakter yang istimewa.

Cinta Sang Senopati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang