Sementara Jani masih terpaku, kejadian ini berlangsung begitu cepat. Bagaimana bisa orang yang berbicara dengannya beberapa menit yang lalu sudah tiada dengan darah yang ikut membasahi pakaiannya.sebuah tamparan yang meninggalkan rasa panas dari Maheswari membuat Jani kembali menapaki kenyataan. matanya bergantian menatap Maheswari dan Maharaja yang sudah tidak bernyawa.
"Raden Ayu Anjani, kau akan dihukum berat atas apa yang kau lakukan, bawa dia ke penjara istana sementara waktu." Jani berusaha memberontak dari cekalan kedua dayang yang berusaha menyeretnya, Kantil yang baru saja tiba ingin mendekat ke arah Jani, namun pengawal istana dengan sigap menahannya.
"Raden Ayu tidak mungkin berbuat seperti itu, aku yang menyiapkan segala kebutuhan Raden Ayu dan selalu ada di sampingnya Permasuri, Raden ayu tidak melakukan apapun!" kantil berbicara cepat tanpa adanya jeda, rasa panik dan takut menyusp ke relung hati kantil, apalagi ketika dua orang pengawal menyeret Raden Ayunya tanpa belas kasih.
Permasuri Maheswari kembali ke sisi tubuh dingin Maharaja, dengan air mata yang berderai juga isak tangis yang memilukan. "bagaimana ini bisa terjadi hiks...hiks kita baru saja akan memiliki keturunan." tangis Maheswari sambil mengusap sisa darah yang berada di pipi Maharaja.
*****
Jani dimasukan kedalam sebuah penjara dengan jeruji besi, penjara lembab dengan sedikit cahaya matahari menembus dari balik dinding yang memberikan aura suram dan menyeramkan. Jani di kunci di dalam sebuah jeruji kecil dengan lantainya yang lembab juga tetesan air yang mengalir ke dindingnya.
Jani tidak pernah menduga ia akan dijebak atas pembunuhan Maharaja, hanya nama Permasuri Maheswari yang terpikir oleh Jani atas jebakan ini. karena hanya wanita itulah yang paling diuntungkna dengan kematian Maharaja. Hak waris, kekayaan, tahta, pemuyang snahan berita akan perselingkuhannya dengan Hanggara akan terselsaikan dengan cepat jika Maharaja dan dirinya berhasil ia singkirkan.
jani menyesali keputusannya untuk menyembunyikan perselingkuhan Maheswari, jika tahu Maheswari akan berlaku sekejam ini padanya, ia akan mengungkapkannya dengan cepat. sayangnya semua itu sudah terlambat, maheswari telah menjebaknya, mengkambing hitamkan ia kedalam situasi yang berakibat kematian ini.
seorang lelaki paruh baya masuk kedalam selnya, mendudukan dirinya di depan Jani yang masih terduduk lemas, masih meresapi situasi yang menimpa dirinya. "Raden Ayu, perkenalkan aku Dharmawirman." wajah Jani terangkat menatap wajah pria paruh baya itu, hanya menatap dalam diam tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
"apakah anda melakukan pembunuhan atas dasar balas dendam karena apa yang kami lakukan pada penghianat Panggaluh Raden Ayu?" tanya Dharmawirman menatap lurus mata sang radenyu.
Dharmawirman mengamati gerak gerik wanita ini, terlihat terkejut namun berusaha menenangkan dirinya dengan tangan yang mengelus-elus perutnya seakan berusaha menenangkan jabang bayi.
"aku tidak melakukan apapun, aku hanya datang sesuai dengan apa yang diperintahkan Maharaja kepadaku." lirih Jani.
"langtas mengapa anda membawa racun yang sama membunuh Maharaja?"
Jani menggelengkan kepalanya. "bukan! itu bukan milikku! aku bahkan tidak pernah memegang benda itu. Aku meminta kembali ke kediaman, aku tidak bersalah, kalian tidak bisa mengurungku seperti penajahat!"
Dharmawirman menghela nafas berat. "Anda harus tetap disini Raden Ayu, untuk saat ini anda adalah tersangka utamanya."
Jani tertawa pelan dengan air mata yang mulai berjatuhan. "Bayiku menungguku pulang tuan, izinkan aku melihatnya terlebih dahulu." Tangan Jani meraih tangan Dharmawirman, menggegamnya erat dengan tatapan memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Senopati (END)
Historical FictionKecerobohan yang Jani lakukan berhasil mengantarnya kepada Perpindahan ruang dan waktu membuat Jani terjebak di kerajaan dengan wilayah-wilayah yang Jani tidak tahu sebelumnya walaupun ia seorang mahasiswa jurusan Sejarah. Entah itu Transmigrasi at...