Jani dan Byakta berjalan bersisian dengan langkah perlahan, layaknya sepasang kekasih yang berusaha mengulur-ulur waktu agar lebih lama menghabiskan waktu. Byakta dapat melihat bagaimana pandangan tertarik Jani akan segala sesuatu yang mereka lewati, tidak pernah Byakta menyangka ternyata mengelilingi pasar dengan tujuan yang tidak jelas kan membeli apa semenyenangkan ini.Jani menghentikan langkahnya didepan kios kecil yang menjual beraneka ragam kain Jarik, matanya menyusururi gambar yang terdapat di Jarik. "Apa kain-kain ini memiliki arti Senopati?" Jani mengalihkan perhatiannya ke wajah Byakta dengan wajah serius.
Byakta menyunggingkan senyum kecilnya. "Ya tentu saja Anjani, Jarik yang kau pegang melambangkan seorang wanita bangsawan yang sudah siap menikah." Seketika Jani membatu dengan wajah kaku, tangannya berpindah ke kain Jarik yang satunya, Byakta mengeluarkan suara tawa yang lebih keras dari sebelumnya, pria itu mendekati telinga Jani dan berbisik, bisikan yang membuat Jani lebih membatu lagi. "Kain yang kau pegang ini digunakan wanita di malam pertama mereka Jani, dengan harapan pernikahan mereka akan damai hingga akhir hayat dan menghasilkan banyak keturunan yang bermartabat. Apa kau ingin segera memiliki anak Anjani?"
Jani yang sudah tidak tahu harus apa segera berusaha menjauh kios itu, meninggalkan Byakta beberapa langkah dibelakangnya. "Ah kurasa aku ingin pergi kesebelah sini." Tentu saja Jani tidak tau belokan itu akan membawanya kemana, yang paling penting ia ingin segera kabur dari Byakta.
Byakta dengan segera mencekal lengan Jani. "Disana tempat makanan basah Anjani, tidak ada bangsawan yang pergi kesana kecuali para pelayan mereka. Jika ada yang kau inginkan katakanlah kepada pelayan, mereka akan membelikanmu. Ikutlah denganku, aku punya tempat bagus untuk dikunjungi." Byakta menarik tangan Jani dengan lembut dan meletakan gadis itu rapat disisinya karena khawatir jika ada bahaya yang mengintai, walaupun Byakta sudah membawa lebih dari selusin prajurit bayangan laki-laki itu merasa harus menjaga wanitanya dengan baik sendiri.
Demi Tuhan Jani ingin sekali melepaskan genggaman Byakta karena merasa malu, namun Byakta menggenggam lengan kanan gadis itu dengan cukup erat namun tidak menyakitkan, tapi bisa membuat tangan jani tanpa daya didalam genggaman laki-laki ini.
Jani mencoba membuka percakapan, untuk meredakan detak jantungnya yang mulai berdebar-debar. "Apakah pekerjaanmu sudah selesai Senopati? Kau nampak lenggang hari ini." Jani menatap wajah Byakta yang datar dengan pasangan yang lurus kedepan, tapi Jani bisa melihat mata Byakta yang selalu bergerak-gerak waspada mengamati sekitar.
"Aku tentu saja sangat sibuk Anjaniku, namun sekarang aku memiliki seseorang yang harus kuberi waktu untuk mencurahkan kasihku untuknya." Sebenarnya Jani tidak mau salah tingkah karena takut yang dibicarakan Senopati bukan dirinya, namun sialnya pipi gadis itu malah bersemu merah malu-malu.
Byakta menahan senyumnya melihat wajah bersemu kasihnya ini, ah benar-benar menggemaskan. Ingin sekali Byakta hanya mengurungnya saja di kediaman, namun ia juga ingin membanggakan dirinya kepada Jani bahwa ia berhasil membangun Harkapura sehingga sangat maju seperti saat ini.
Bagi Jani Pasar di Harkapura adalah pasar yang sangat maju, Sesekali mereka memang melakukan barter sebagai alat tukar.namun juga terkadang dengan kayu khusus yang diberikan setitik emas ataupun perak diatasnya dengan lambang kerajaan Harkapura di plat kayunya. Setiap pasar ini memiliki bagian-bagian yang berbeda layaknya di pasar moderen masa depan. Makanan basah, pakaian, kedai-kedai makan, sarana hiburan dan lainnya semua diatur dan dikelompokkan dengan sangat baik, membuat pasar ini tertata dengan rapih dengan suasana dan tata letak yang berbeda sesuai dengan fungsinya.
Jani dibuat terkagum-kagum dengan perancangan kota ini. "Disini bukankah pasar yang sangat berbeda dengan pasar-pasar yang kutemui." Selama diperjalanan menuju Harkapura Jani seringkali menemukan pasar yang carut marut, sepeti peletakan kedai pakain dengan kedai ikan mentah yang bersebelahan, ataupun kandang kuda yang bersebelahan dengan kedai makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Senopati (END)
Historical FictionKecerobohan yang Jani lakukan berhasil mengantarnya kepada Perpindahan ruang dan waktu membuat Jani terjebak di kerajaan dengan wilayah-wilayah yang Jani tidak tahu sebelumnya walaupun ia seorang mahasiswa jurusan Sejarah. Entah itu Transmigrasi at...