Part 60

534 96 19
                                    



Jani merasakan telapak tangan yang familier mengelus kepalanya, memilin rambutnya dengan sentuhan lembut yang begitu dirindukan. Tangan yang terasa kasar itu menyentuh pipi Jani seringan mungkin layaknya kain yang tertembus oleh angin, sebuah kecupan panjang Jani rasakan di dahi miliknya, membuat Jani membuka matanyuntuk memastikan benarkah seseorang yang ditunggunya telah kembali.

Jani membuka matanya, sosok yang selama ini begitu dirindukannya telah kembali bahkan berada sangat dekat dengannya. Jani yang sudah merasa tubuhnya sangat lemas ketika dipenjara, entah dari mana ia dapatkan energi untuk bangkit dari tidurnya dan mendekap tubuh tegap suaminya dengan erat.

Tetes demi tetes air mata berjatuhan tanpa disadarinya. "Kangmas sudah pulang? Sungguh?" Byakta membalas pelukan Jani  dengan erat, kecupan-kecupan ringan diberikan Byakta dirambati istrinya ini.

"Kangmas disini kasihku, kangmas disini." Suara yang dirindukannya terdengar kembali, suara tegas yang sarat akan kelembutan itu berhasil melepaskan hati Jani yang diliputi rasa takut, amarah, dan rindu yang menggebu-gebu yang ditahannya.

"Shhh jangan menangis kasihku. Kangmas disini bersamamu, tidak akan ada seorangpun yang menyakitimu."  Jani menikmati dekapan tangan kokoh yang melingkari pinggang dan punggungnya dengan erat itu, matanya bergerak memperhatikan suasana sekitar.

Ini adalah kamarnya, salah satu hal yang dirindukan Jani, selain Buntala dan Byakta. "Aku tidak bersalah atas kematian Maharaja Kangmas, aku bersumpah aku tidak meracuninya. Maheswari menjebakku......"

"Shhhh sudah beristirahatlah, kangmas tahu apa yang terjadi." Byakta membaringkan kembali tubuh kurus Jani, menarik selimut yang tersingkap untuk menutupi tubuh istrinya hingga sebatas pinggang Jani. Tangan Byakta menggenggam tangan kurus Jani sambil mengecup jemari kurus itu satu persatu.

Jani menyentuh rahang tegas yang telah di tumbuhi jambang tipis di rahang tegas suaminya, mengelus wajah yang sangat dirindukan hingga membuatnya sesak. "Lain kali jika kangmas pergi, bawalah selalu aku di sisi kangmas. Mungkin bepergian bersama kangmas akan membuatku sulit, namun tanpa kangmas disisiku rasanya lebih sulit kangmas." Jani berkata dengan suara paru dan mata yang berkaca-kaca.

Byakta menangkap tangan Jani yang mengelus pipinya, kembali mengecup tangan istrinya yang terasa lebih kecil dan rapuh di genggamannya. "Baiklah kasihku, kangmas akan selalu membawamu dan anak-anak kita disetiap perjalanan kangmas. Maafkan kangmas yang lalai menjaga keluarga kita hingga membuatmu menderita." Byakta mengecup seluruh permukaan wajah Jani, membuat wanita itu terkekeh.

"Tidurlah kembali, pulihkan tubuhmu."

"Raden ayu.....Raden Ayu......Apakah anda baik-baik saja?"

"Raden ayu anda harus bertahan, jika tidak Senopati bisa meratakan Harkapura."

Jani mengerutkan kening, mengapa ada suara Ghede yang terdengar di kamar mereka, namun wujud laki-laki besar itu tidak ada.

*****

Jani POV

Aku membuka mataku, ah kusadari kejadian tadi hanyalah bunga tidur yang sangat indah menghampiriku, kurasakan hawa dingin yang langsung merasuk hingga ketulang-tulangku begitu aku terbangun di malam yang hanya bercahayakan satu obor yang berada di sebrang jerujiku.

Kulihat beberapa ekor tikus sebesar kucing dengan mata merah mereka yang menyeramkan sedang memakan makanan yang disediakan untukku, tubuh para tikus itu menjadi lebih kurus dari pertama kali aku membiarkan mereka menghabiskan jatah makanku.

Cinta Sang Senopati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang