1. Jenan dan Jean

6.3K 190 11
                                    

Pagi ini matahari sepertinya enggan menampakkan sinarnya, semalam hujan mengguyur kota kecil ini, meninggalkan genangan air dan rasa sejuk yang cukup membuat siapapun enggan beranjak dari tempat tidurnya.

Namun hal itu tidak berlaku padanya, seorang laki-laki dengan surai hitam yang lebat dan mata kucing yang membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona. Dia adalah Jenan, seorang remaja yang kini menginjak usia 17 tahun.

Di pagi yang dingin ini ia harus tetap bangun karena pagi ini sekolahnya mengadakan ujian. Ia segera beranjak dari ranjangnya untuk cuci muka dan mandi. Waktu menunjukkan pukul 04.30 masih terlalu pagi sebenarnya, tapi ia tidak punya waktu untuk bermalas-malasan karena ia harus belajar untuk ujian hari ini.

Jangan tanya kenapa ia baru belajar di pagi hari, sebenarnya ia juga ingin belajar semalam, tapi suasana rumahnya tidak mendukung. Orang tuanya yang hampir setiap hari bertengkar, seakan tidak memberi celah untuk dirinya hidup tenang di rumah. Bisa saja ia menggunakan earphone untuk menyamarkan keributan mereka, tetapi itu tidak banyak membantu, karena ia terus merasa was-was takut jika salah satu dari mereka kelepasan melakukan kekerasan fisik, jadi yang ia lakukan hanya diam dikamar menenangkan adiknya dan menunggu semuanya mereda.

Jika ditanya, kenapa ia tidak mencoba melerai mereka? Bukan sekali dua kali ia mencoba melerai mereka, namun pada akhirnya hal yang ia lakukan itu sia-sia. Karena orang tuanya sama sama meninggikan ego mereka.

Setelah mencuci muka dan mandi ia menghampiri meja belajarnya dan mulai membaca materi ujian hari ini. Bukan hal sulit sebenarnya untuk ia memahami materi-materi itu, terlebih hari ini mata pelajaran yang diujikan adalah matematika dan kimia. Ia tau ia unggul dalam mata pelajaran ini, akan tetapi hal itu tidak membuatnya malas belajar karena ia merasa ilmunya masih belum cukup untuk membuatnya berhenti belajar.

Ia belajar dan berlatih menggunakan soal-soal yang sebelumnya diberikan oleh gurunya. Feelingnya mengatakan bahwa ujian kali ini modelnya hampir sama dengan soal-soal uji coba yang diberikan gurunya. Ia belajar dengan fokus, dan waktu kini menunjukkan pukul 06.00, ia menghentikan agenda belajarnya sejenak, kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar sang adik.

Oh iya, semalam setelah pertengkaran kedua orangtuanya mereda ia mengantarkan adiknya untuk kembali ke kamarnya karena ia berniat untuk bangun lebih awal hari ini. Ia takut jika adiknya akan terganggu dan akhirnya ikut terbangun.

Kalian mungkin bertanya-tanya, kenapa bukan orang tuanya yang mengurus adiknya? Kenapa Jenan? Jadi begini, sudah menjadi kebiasaan bagi mereka, setelah bertengkar mereka akan pergi atau mengurung diri mereka dikamar, tentu dengan kamar yang terpisah. Sungguh mereka sangat kekanak-kanakkan, begitu kata Jenan.


Saat tiba didepan kamar adiknya, ia mengetuk pintu kamarnya dengan pelan. Ia biasakan untuk tidak sembarangan keluar masuk ruangan orang lain, walaupun itu hanya kamar Jean. Beberapa saat kemudian terdengar suara pintu yang dibuka.

Cklek...

Terlihat adiknya yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya, berusaha membuka matanya dan mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata. Sedetik kemudian Jenan mendekat mengusap lembut surai adiknya dan kemudian mencubit pelan hidung adiknya.

"Adek, ayo mulai siap-siap udah jam 6. Adek mandi dulu terus nanti abang buatin roti strawberry buat adek sarapan" ucap Jenan sambil terus mengusap surai hitam milik adiknya.

"Emm.. Nanti dulu ya bang mandinyaa, dingin banget Adek jadi males mandinya", Adik Jenan membalas dengan suara yang lemas dan sedikit manja, maklum karena ia baru saja bangun dari tidurnya.

Our Emergency Calls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang