Hari ini jadwal kontrol Skylar, ia pergi sendiri ke rumah sakit. Sebenarnya Satya sudah menawarkan diri untuk mengantar dan menemaninya, tapi Skylar menolak. Tentu, karena ia tak ingin orang lain selain Harsa tau kondisinya.
Dokter telah selesai melakukan pemeriksaan padanya. Perban di kepalanya telah diganti, tapi gips ditangannya masih belum dilepas. Ia juga melakukan tes MRI untuk mengecek bagian dalam tubuhnya. Dihadapannya kini dokter tengah melihat hasil dari pemeriksaan Skylar.
"Kamu minum semua obat yang dokter resepkan kan?", tanya dokter itu tanpa melihat ke arah Skylar. Dokter itu masih memandang ke arah monitor didepannya.
"Iya dok", jawab Skylar
"Kepalanya masih sering sakit ga? atau ada keluhan lain?", tanya dokter itu lagi.
"Masih dok. Akhir-akhir ini saya mudah sekali capek dok. Bahkan hanya pergi sebentar tanpa aktivitas berat pun saya merasa sangat capek", keluh Skylar pada dokter.
Dokterpun menjelaskan alasannya pada Skylar. Kondisi tubuh Skylar yang masih belum fit sepenuhnya membuatnya mudah merasa lelah. Selama sakit sistem tubuh juga melemah, dan mungkin karena itu juga Skylar menjadi mudah lelah dan lemas.
Setelah itu dokter kembali menatap ke arah monitor didepannya. Dokter melihat ada yang aneh dari hasil pemeriksaan Skylar, tapi ia masih belum bisa memastikan itu. Ia ingin memastikan kembali hasil pemeriksaan itu di kontrol berikutnya, jadi ia belum bisa memberitahukannya pada Skylar.
"Kamu tinggal sendiri?", tanya dokter itu lagi.
"Engga dok, ada temen saya. Kenapa ya dok?", Skylar mulai heran.
"Ah tidak, tolong pastikan kamu selalu minum obat dari dokter ya, segera hubungi dokter kalau merasa sakit dikepala mu sudah tidak tertahan lagi. Dan kalau ada gejala lain yang mungkin muncul, tolong hubungi dokter. Untuk pemeriksaan berikutnya, saya jadwalkan minggu depan ya, pastikan untuk datang", jelas dokter.
"Baik dok, terimakasih. Apa dengan kondisi ini saya bisa sekolah dok?", tanya Skylar lagi, ia sangat merindukan sekolahnya.
"Boleh, tapi tolong jangan terlalu dipaksa ya. Jangan dulu melakukan aktivitas yang berat. Sekali lagi dokter tekankan, kalau ada gejala lain yang muncul, tolong hubungi dokter segera", jelas dokter itu lagi.
"Baik dok terimakasih, saya permisi dulu", pamit Skylar.
"Sama-sama, semoga lekas sembuh", sosok Skylar pun kini sudah tidak terlihat karena terhalang oleh pintu yang tertutup. Dokter masih memandangi kembali hasil pemeriksaan Skylar.
Bahkan ini lebih cepat dari perkiraan
-----------------------------Sudah hampir 2 hari Jeviar dan Joviar tidak saling sapa. Mereka memang satu kos, tapi mereka sama sekali tidak saling menyapa. Sepertinya kali ini Jeviar benar-benar berada dalam puncak amarahnya.
Hari ini mereka pulang awal, Joviar berniat membuka obrolan dengan Jeviar.
"Jev", panggilnya. Jeviar masih diam.
"Jev", panggilnya sekali lagi. Jeviar hanya berdehem tanpa menoleh ke arah Joviar.
"Gue minta maaf, gue gatau keadaan lo yang sebenernya", ucap Joviar.
"Ya", jawab Jeviar singkat. Joviar merasa kalau Jeviar masih marah padanya. Ia sangat jarang melihat Jeviar yang dingin seperti ini.
"Gue belum bisa jadi sodara yang baik buat lo ya? Gue bahkan gatau kalau kembaran gue selama ini tertekan. Gue gatau kalo selama ini kembaran gue ngalamin kesulitan. Gue jadi rumah buat orang lain, tapi gue malah gagal jadi rumah buat kembaran gue sendiri", Joviar menyalahkan diri sendiri. Jeviar membenci hal ini, ia sangat benci pada orang yang menyalahkan diri sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/332412123-288-k792431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Emergency Calls
أدب الهواة- Pelangi memang muncul setelah hujan, tapi tidak setiap hujan memunculkan pelangi - Mereka kira kebahagiaan adalah milik setiap manusia, tapi ternyata kebahagiaan hanya milik kesayangan semesta. Our emergency calls, tempat mereka mencurahkan semua...