13. Other side

819 80 5
                                    

Malam itu akhirnya mereka semua menginap di apartemen Skylar, kecuali Jeviar dan Nata. Mereka kini telah berada di kamarnya masing-masing, Jenan sekamar dengan Jean, Joviar dengan Satya, dan Skylar dengan Harsa. Mereka semua telah terlelap kecuali Satya dan Joviar.

"Kenapa sih Sat, gue mau tidur", kesal Joviar, pasalnya daritadi Satya melarangnya untuk tidur padahal ia sudah sangat mengantuk.

"Dengerin dulu, ada yang mau gue tanyain ke lo"

"Iya apa cepetan", Joviar nampak tak sabar.

"Jeviar ikut geng motor ya?", ucapan Satya sontak membuat Joviar terkejut.

"Mana ada anjir, orang dia kerjanya tiap hari cuma belajar, kalo ngga organisasi. Mana tertarik dia sama hal kaya gitu", bantah Joviar.

"Tapi tadi gue liat, ga cuma gue yang liat, Jenan juga. Dia ikut grombolan anak geng motor gitu. Dan yang gue tau, geng itu bukan geng yang baik", Joviar nampak terkejut dengan pernyataan Satya. Detik berikutnya ia lantas mengambil handphone untuk menelepon Jeviar.

Sial, teleponnya tidak diangkat. Membuat Joviar semakin curiga. Ia lantas beranjak dari kamar itu, berniat mencari Jeviar tapi Satya menahannya.

"Besok aja lo tanyain langsung sama orangnya. Lo tanyain baik-baik ke dia, jangan pakai emosi", ucap Satya menenangkan Joviar yang nampak sudah emosi. Malam itu keduanya tidak bisa tidur, Joviar yang biasanya tidur paling awal pun rasa kantuknya tiba-tiba hilang karena kabar itu.

Paginya, kini mereka tengah sarapan bersama kecuali Jean yang masih tidur. Mereka memakan nasi goreng yang Harsa dan Joviar buat sambil diringi dengan obrolan-obrolan kecil.

"Abang mau ke pantinya Nata, siapa mau ikut?", tawar Harsa. Semua mengangkat tangan kecuali Jenan dan Joviar.

"Bang Jov kenapa ga ikut? Mau nyusul bang Jev jadi jamet kah", tanya Skylar sambil bercanda. Tapi Joviar tak menganggap itu sebagai candaan, ia emosi saat mendengar nama Jeviar.

"Ya !! Kenapa? Ada urusannya sama lo?", jawab Joviar emosi yang membuat semuanya terkejut.

"Eh? Kok gitu, gue cuma bercanda bang sorry", Skylar merasa bersalah sekaligus heran, walaupun Joviar orangnya memang emosian, tapi ia tak pernah melihat Joviar se emosi ini.

"Ck, udahlah, gue duluan", ucapnya sambil meninggalkan apartemen Skylar. Mereka yang ada di meja makan menatapnya heran. Jenan melihat ke arah Satya, Satya hanya mengangguk. Jenan paham, sepertinya Satya memberitahu Joviar soal kejadian semalam.

"Gue kelewatan ya?", tanya Skylar yang nampak merasa bersalah.

"Engga, gapapa. Lagi ada masalah kampus paling dia, tadi gue liat dia sibuk sama hp terus soalnya", ucap Satya bohong yang lantas diangguki oleh semuanya.

"Lo begadang semalem, Sat?", tanya Harsa.

"Iya bang, udah biasa gue mah", keluh Satya.

"Jangan sering-sering, kantung mata lo udah tebel gitu", ucapan Harsa yang lantas di angguki oleh Satya.

"Gimana Jenan? Jean ga rewel kan? Udah mendingan?", tanya Harsa

"Rewel sih ngga bang, cuma tidurnya sering kebangun. Tadi Jenan cek masih anget, cuma udah ga sepanas semalem sih"

"Yaudah, selesai makan kamu bangunin buat sarapan sama minum obat", suruh Harsa.

"Ih bang Harsa ni dah kaya bapak anak banyak. Semua bang Harsa yang urus. Dah bang cari istri sana, udah cocok kok", ucapan Skylar yang lantas mendapat tatapan tajam dari Harsa.

"Mulutnya Skylar ini kayanya minta di geprek. Abang gamau mikir kaya gitu dulu. Banyak hal yang mau abang kejar", jelas Harsa.

"Eh tapi abang keliatan keren gak jadi bapak-bapak? Abang penasaran, prince kampus ini kalo jadi bapak-bapak masih keren atau ngga", ucap Harsa percaya diri. Satya hanya memutar bola matanya dengan malas, jika sudah seperti ini Harsa akan sangat cocok mengobrol dengan Skylar.

Our Emergency Calls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang