Joviar menatap orang itu dengan tatapan marah sekaligus khawatir.
"Lo ngapain sih? Kok bisa sampe sini?", tanyanya lagi.
"Ya, lagian bang Joviar mencurigakan banget, yaudah Jenan ikutin", ya, orang itu adalah Jenan.
"Trus adek lo gimana kalo lo pergi gini? Gue udah bilang kan, duduk diem aja dirumah. Kondisi lagi bahaya ginii, tolong nurut lah", ucapnya dengan nada sedikit ketus.
"Jenan titipin ke bunda hehe, maap bang. Bahaya gimana bang? O iya itu kecelakaan apa bang? Jenan mau liat", ucapnya sambil melangkah ke arah kerumunan itu.
"Gausah, gausah dilihat", ucapnya sambil menarik kerah bagian belakang baju Jenan agar ia tak pergi ke tempat itu.
"Kenapa sih bang? Cuma mau liat ini, apa-apa gaboleh, apa-apa gaboleh. Kalian juga banyak nutupin sesuatu dari Jenan kan? Kenapa sih? Jenan udah gede bang !!", kesempatan bagi Jenan untuk mengungkapkan semuanya kali ini.
Joviar diam sejenak, benar. Mereka selama ini banyak menutupi sesuatu dari Jenan dan Nata. Pasti, alasannya karena mereka menganggap Jenan dan Nata masih kecil. Dan Joviar pikir, tak ada salahnya Jenan tau masalah ini sekarang. Toh tak ada lagi yang bisa ia mintai bantuan.
"Lo bawa mobil kan? Gue nebeng. Gue ceritain abis ini", Jenan mengangguk, setelah itu Joviar pergi ke tempat taksi tadi, dan membayarnya.
Kini ia telah berada di mobil bersama Jenan.
"Ceritain bang, semua yang perlu Jenan tau", ucapnya dengan nada serius.
"Oke, gue sebelumnya mau minta maaf ke lo, karena selama ini kita nutupin ini dari lo. Bukan tanpa alasan kita nutupin ini dari lo, kita cuma gamau lo ataupun Nata ikut keseret bahaya.
Gue sama yang lain lagi rencana buat nuntut pelaku yang udah nyerang gue sama Jeviar. Dan mereka bukan geng biasa yang gampang ditangkep. Akhir-akhir ini gue sama yang lain mesti nanya-nanya, nyari info buat bisa nangkep mereka.
Dan kita dibantu sama Arjuna, anggota dari geng yang Jeviar ikutin sebelumnya. Dia mau bantu kita, dia juga yang banyak ngasih info ke kita.
Beberapa hari lalu, kita udah buat laporan ke polisi soal mereka. Dan gue gatau apa yang seebenernya terjadi, tapi gue rasa hilangnya Skylar sama mereka kali ini ada sangkut pautnya sama laporan itu", jelas Joviar panjang lebar.
Jenan masih diam, otaknya masih memproses ucapan Joviar. Ternyata selama ini ia melewatkan banyak hal penting. Ia juga ingin marah pada Joviar, bagaimana bisa mereka menyembunyikan ini darinya. Tapi ia tak mungkin marah sekarang, toh tujuan mereka juga baik.
"Terus sekarang abang mau ngapain? Ada rencana yang udah kalian susun sebelumnya?", tanya Jenan.
"Ada, cuma gue rasa udah gabisa dipake lagi. Soalnya mereka bertiga ikut ilang sekarang. Gue juga lagi bingung, gue gatau harus ngapain", ucap Joviar.
"Kenapa ga coba lapor polisi lagi?", tanya Jenan.
"Ga bisa, gue ga bisa lapor polisi. Apalagi polisi disekitar sini udah banyak berkomplot sama mereka. Gue takut malah jadi bumerang buat gue sama yang lain", jelas Joviar.
Jenan yang mendengar itu hanya mengangguk. Ia ikut memikirkan bagaimana caranya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, dan mungkin itu bisa membantunya.
"Jenan bantu bang!!", ucapnya semangat.
"Bantu? Pake apa?", tanya Joviar.
"Jenan punya kenalan polisi bang. Bukan Jenan sih yang kenal, tapi papa. Cuma Jenan beberapa kali ketemu sama om itu. Mungkin dia bisa bantu bang, dia juga yang dulu sering bantu papa nya Jenan", jelas Jenan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Emergency Calls
Fanfiction- Pelangi memang muncul setelah hujan, tapi tidak setiap hujan memunculkan pelangi - Mereka kira kebahagiaan adalah milik setiap manusia, tapi ternyata kebahagiaan hanya milik kesayangan semesta. Our emergency calls, tempat mereka mencurahkan semua...