Teriakan demi teriakan ia dengar ketika memasuki area itu. Tempat dengan dominan warna putih. Sesekali ia lihat suster yang nampak kewalahan memegangi orang-orang yang nampak sakit disana. Mereka berteriak, mengamuk, bahkan tak jarang sampai melukai suster-suster disana.
Ya, kini ia tengah berada di rumah sakit jiwa. Sudah menjadi rutinitas baginya selama setahun terakhir ini mengunjungi rumah sakit jiwa. Bukan, bukan ia yang sakit, tapi salah seorang keluarganya yang dirawat disini.
Ia sampai diruangan paling pojok, paling tenang diantara ruang-ruanh lain. Bersama suster yang ada disampingnya, ia memasuki ruangan itu.
"Tinggal aja gapapa sus, dia kenal saya kok. Nanti kalo ada apa-apa saya pasti langsung kabarin suster", ucapnya sebelum masuk ruangan itu dan lantas diangguki oleh sang suster.
Sebelum masuk ia coba kuatkan diri, sebenarnya ia tak tega melihat kondisinya yang nampak belum mengalami peningkatan. Ia merasa kasihan padanya.
"Bang !!", sapanya begitu ia masuk ke ruangan itu. Sebisa mungkin ia coba untuk tersenyum.
"Iyaa, gimana kabar Nata, maaf ya minggu kemaren waktu abang kesini kamu lagi tidur, jadi ga ketemu", ucapnya sambil mengusak rambut Nata.
Ya, Nata kini tengah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa. Sudah sekitar satu tahun ia disini karena kejiwaannya yang terganggu akibat insiden terakhir yang menimpanya itu.
Nata yang ada dihadapannya sekarang bukanlah Nata yang dulu ia kenal. Nata yang sekarang lebih manja, persis seperti anak kecil. Tapi terkadang ia juga bisa jadi seseorang yang sangat pendiam, itu terjadi jika ia tengah bersedih. Kilasan kejadian masa lalu akan memenuhi pikirannya, dan di saat-saat seperti itu ia butuh didampingi.
"Um, abang ga jengukin Nata kemaren, padahal Nata mau kasi tunjuk abang sesuatu", ucapnya dengan tangan yang ia silangkan didepan dada.
"Nata mau kasih tunjuk apa ke abang?", tanyanya pada Nata.
"Ng? Gaada, Nata bohong ke bang Satya hihi", ucapnya sambil cekikikan, padahal tak ada yang lucu menurutnya, tapi ia harus ikut tertawa agar Nata tak bersedih.
"Nakal ya Nata sekarang, sini abang glitikin", ucap Satya sambil mendekat ke arah Nata. Jika dilihat di saat saat seperti ini, Nata nampak seperti orang yang sehat. Namun sebenernya jiwanya bukanlah Nata yang dulu dan ia juga sering kali berubah-ubah kepribadiannya.
Paling parah ia bahkan pernah mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri karena terlalu kalut saat pikirannya terlalu penuh dan berisik.
"Udah.. stop.. hihi", ucapnya mencoba menghentikan Satya, dan Satya pun menurut. Satya melirik jam yang melingkar ditangan kanannya, waktunya tak lama lagi, ia ada urusan setelah ini.
"Nata, udah siang nih, Nata istirahat dulu ya, mainnya nanti lagi", bujuknya pada Nata.
"Hng? gamau. Nata mau main !!", tolaknya.
"Nata, nanti kena marah suster loh kalo gamau tidur, sini abang puk-puk in biar tidur", bujuknya lagi.
"Gamau !! Nata takut, nanti orang itu ngejar Nata lagi !! gamauu !!", Oiya, selama ini Nata juga masih sering mengalami gangguan tidur. Salah satunya yaitu mimpi tentang dirinya yang dikejar oleh seseorang yang entah siapa itu yang terus mengatakan bahwa Nata adalah seorang pembunuh, seorang pembawa sial, dan hal buruk lainnya.
Yang Satya tahu, itu adalah sisi lain dari diri Nata yang muncul akibat trauma yang ia alami sebelumnya. Hal itu juga yang sering kali membuat Nata akhirnya memutuskan untuk menyakiti dirinya sendiri.
"Engga, ada abang disini, orang itu ga bakal nyamperin Nata", bujuknya lagi.
"Gamau, gamau, gamau, gamau...", ucapnya sambil beringsut mundur mendekat kearah pintu.
![](https://img.wattpad.com/cover/332412123-288-k792431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Emergency Calls
Fiksi Penggemar- Pelangi memang muncul setelah hujan, tapi tidak setiap hujan memunculkan pelangi - Mereka kira kebahagiaan adalah milik setiap manusia, tapi ternyata kebahagiaan hanya milik kesayangan semesta. Our emergency calls, tempat mereka mencurahkan semua...