Chapter 26

1.4K 148 3
                                    

Hari ini aku selesai kelas pada pukul setengah enam, menjelang magrib. Setelah selesai kelas, aku berniat ingin mampir— I mean aku mampir sebentar ke perpustakaan fakultas. Karena kebetulan perpustakaan fakultas tidak pernah tutup dan akses masuk hanya perlu scan kartu tanda mahasiswa tanpa perlu ada yang menjaga.

Aku menghabiskan sisa waktu di dalam sana. Hingga, tak terasa aku sudah cukup lama. Pulanglah aku. Saat itu aku dalam kondisi datang bulan, jadi tidak menunaikan sholat magrib. Letak perpustakaan berada di lantai tiga gedung, jadi aku memutuskan untuk turun menggunakan tangga.

Aku mengernyit aneh saat turun tangga dan melihat tiap lantai yang sepi. Aku melihat jam yang melingkar di tangan—jam tujuh lewat. Pantas saja. Bahkan adzan isya sedang berkumandang. Aku sudah sampai pada lantai satu alias lobby fakultas kami. Langkah demi langkah, sampai aku sudah memegang gagang pintu kaca yang tertutup. Aku menariknya.

Tunggu, apa?

Aku menarik-narik pintunya lagi.

Sungguh?!

Panik dikit—eh, panik banget.

pintunya tidak bisa dibuka.

"S-serius ini dikunci," aku melongo tak percaya. Helaan nafas keluar begitu saja dari mulutku. 

"Oke, tenang ..."

Aku celingukkan ke sana kemari memandang kearah luar. Barangkali, ada orang yang bisa membantu ketika melihatku didalam. Jarak antara pos satpam dengan lobby sebenarnya sangat jauh, jadi aku tidak yakin satpam di sana akan menyadariku yang terkunci di fakultas ini.

Aku melambai-lambaikan tangan dari dalam saat melihat satu penjaga yang datang.

"Pak!" Seruku sambil mengetuk-ngetuk pintu kaca.

"Hallo!"

"Pak!"

"Pak saya kekunci!"

"Pakk satpam!"

Satpam di sana justru malah masuk ke dalam pos penjaganya.

"Huft~" Aku medengus kecewa karena tak mendapat respon.

Aku menuntun diriku untuk menarik nafas dan menghembuskan kembali. Berulang kali. 

Drrrt ... drrtt ... drrrt. Handphone-ku bergetar tiga kali. Tanda panggilan masuk. Aku meraih benda persegi panjang itu dari dalam saku jaket yang sedang aku kenakan.

"Assalamualaikum, Ra." Sapa Kak Aidan disebrang sana

"Waalaikumussalam, iya kenapa Kak?" balasku

"Masih di kampus?" Todong Kak Aidan langsung menebak

"Iya," balasku

"Ada kegiatan?" Tebak Kak Aidan lagi

"Nggak ada," Balasku lagi.

"Udah pulang?" Tanya Kak Aidan bingung.

"Ini baru mau jalan pulang, tadi habis mampir ke perpustakaan fakultas," Jawabku tak berniat mengatakan apa yang saat ini terjadi.

Ada jeda pada Kak Aidan disana, "Naik apa pulangnya?"

"Nggak tau. Kak Aidan ngebolehinnya naik apa?" Kini justru aku yang bertanya balik

"Nggak ada, selain gue yang jemput. Udah malam juga soalnya," Alibinya.

Aku memutar mata malas. "Kak Aidan nikah sama aku, cuman mau jadi tukang supir ya?" Guyon-ku.

"Iya," jawab Kak Aidan

Agak lain memang. Pikirku.

"Soalnya bayarnya bisa pakai apa aja, nggak cuman uang." Timpal-nya lagi

Rahil : 𝘜𝘯𝘦𝘹𝘱𝘦𝘤𝘵𝘦𝘥 𝘐𝘮𝘢𝘮 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang