Chapter 01

4K 246 11
                                    

"Bunda, Abah ... Kakak berangkat, ya, Assalamualaikum." Pekik nyaring suara seorang gadis berperawakan ideal itu.

Namanya Sabina Rahil Ibrahim, disapa Rahil. Gadis berusia sembilan belas tahun, anak sulung dari pasangan Muhammad Ibrahim dan Gina Arumi. Gadis itu berlari kecil menghampiri Bu Uni yang sudah menunggu dan siap mengantarnya pergi menuju kampus dengan jarak hampir memakan waktu setengah jam.

 Bu Uni merupakan ojek khusus yang Bunda Gina hadirkan untuk mengantar jemput Rahil, dan itu sudah berjalan cukup lama sejak Rahil menginjak Taman Kanak-kanak. Jadi jangan ditanya seberapa dekat Bu Uni dengan Rahil, hubungan mereka bukan lagi hanya sebatas itu, melainkan sudah layaknya seperti keluarga.

"Nih, ... Kakak pake helm dulu," kata Bu Uni mengenyampingkan helm dan memberikannya kepada Rahil.

Rahil dengan sigap mengambil helm itu dan memakainya. "Udah." Ucapnya memberi kode bahwa telat selesai memakai helm.

Rahil mengangkat sedikit rok model payungnya agar mudah menaiki motor matic tersebut. Hari itu pertama kalinya Rahil memantapkan diri untuk berpakaian syar'i, dan dia akan berusaha sebisa mungkin membiasakan diri memakai pakaian gamis ataupun rok.

"Jangan lupa bawahnya diceklekin, Kak. Nanti dibawa ngebut, terbang kayak kemarin," Ucap Bu Uni yang mengingatkan kejadian tempo lalu. Dimana Rahil lupa menguci tali bawah helmnya, sebab tidak sempat saat itu. Hingga berakhir saat dibawa ngebut oleh Bu Uni, helm itu terbang, dan untungnya tidak mengenai orang di belakang saat itu.

Gadis itu tertawa mendengar ucapan Bu Uni, "Iya iya, Udah aku kunci kok, nih liat nih," katanya sambil menunjukan bahwa dia telah mengunci tali bawah helmnya dengan baik dan aman.

Bu uni menyalakan motor matic nya, lalu berangkatlah mereka dengan motor menempuh perjalanan yang memakan waktu hampir setengah jam itu.

Dikampus

Setelah menempuh perjalan yang cukup lama. Motor matic Bu Uni sampai tepat di tepi pintu masuk dapartemen Fakultas Ilmu pengetahuan dan Budaya. Rahil turun pada tepian trotoar dekat pintu masuk Fakultas, gadis itu melepas helm lalu sedikit membenarkan hijabnya pada kaca spion motor.

"Gimana, Oke?" Tanya Rahil pada Bu Uni yang memang sudah seperti ibu keduanya. Bu uni melihat penampilan Rahil dari atas sampai bawah.

Bu Uni tersenyum mantap, sambil menunjukan dua jari jempolnya, "So perfect, kak."

Rahil tersenyum simpul. Kemudian dian lekas menggemblok backpacks-nya berikut dengan binder yang belum sempat dia masukan kedalam. Gadis itu melihat jam kecil di tangannya, lima menit lagi.

"Oh iya tadi Bunda pesen, ayam di kulkas jangan lupa diambil. Kata Bunda, kemarin Ibu lupa ambil." Ucap Rahil

"Iya, nanti Ibu ambil, kemarin ibu kelupaan ... Ya Udah, kakak masuk gih, sana," Ucap Bu Uni yang menyuruh Rahil segera masuk.

Rahil pun mengangguk, tak lupa sebelum itu ia menyalimi Bu Uni selaku orang yang lebih tua darinya. "Ya Udah aku masuk dulu, ya, Ibu hati-hati pulangnya jangan ngebut ... dah Ibu, Assalamualaikum."

Rahil berjalan memasuki kawasan Fakultas yang sudah ramai dengan mahasiswa/i yang berdatangan, mereka tengah mengantri masuk didekat portal pintu masuk kendaraan fakultas. Sambil berjalan menuju gedung utama sebelum tangannya merogoh saku rok untuk mengambil ponselnya.  

Hal yang pertama kali dia lakukan adalah menyalakan lagu, sebab airpods-nya sejak tadi sudah terpasang di telinga. Langkah demi langkah Rahil lalui, sebab jarak antara portal pintu kendaran fakultas dengan gedung lumayan luas dan jauh. Kedua tangannya sedari tadi sibuk membalas pesan-pesan yang belum sempat dibalas semalam, sedangkan binder yang belum sempat dimasukan, oleh Rahil diapit antara ketiak.

Rahil : 𝘜𝘯𝘦𝘹𝘱𝘦𝘤𝘵𝘦𝘥 𝘐𝘮𝘢𝘮 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang