Chapter 60

1.2K 120 4
                                    

Keinginan papa ingin makan malam bersama sekaligus perayaan kecil-kecilan atas kelulusan Kak Aidan yang sempat tertunda, kini terjadi di momen yang tidak pas. Sejak tadi pikiranku terus tertuju ke beberapa waktu depan.

Jika di depan orang lain mungkin aku bisa melakukannya. Tapi ini di depan mertua sendiri, yang statusnya seperti orang tua kandung. Bagaimana bisa aku bersikap normal, berbicara dan bertutur seolah tidak ada apa-apa di hadapan Kak Aidan. Jelas aku malah enggan untuk berbicara dengan Pria itu mengingat isi pesannya siang tadi.

Aku tau papa sangat menginginkan perkumpulan ini di rumahnya, bahkan keinginannya itu sudah beliau sampaikan padaku saat acara syukuran anak yatim di rumah. Mengingat satu tahun belakang ini, karena namanya berhasil masuk list majalah forbes dengan prestasinya. Hal itu menjadikan kesibukannya tidak lagi bisa dibendung.

Momen-momen kebersamaan keluarga tentu jadi hal yang paling papa rindukan. Dan pada malam itulah keinginannya terealisasikan dengan bayangan sempurna. Bisa saja ini yang menyebabkan Kak Aidan tidak menolak keinginan papa juga. Karena aku yakin, di sini yang cuma perang batin dan perasaan bukan hanya aku, tapi dia juga.

Pandanganku lurus menatap ke depan selepas membalas pesan dari grup tugas project. Alamat malam nanti aku harus begadang menyelesaikan tugas karena tiba-tiba ada kesalahan dalam pengerjaan yang dikabarkan dari Zeheen barusan. Mobil Kak Aidan melipir ke salah satu rumah yang jika dilihat dari depan cukup sederhana dengan desain rumah kuno belanda perpaduan modern, tidak ada lantai dua, melainkan hanya pekarangan depan rumah yang luas.

Aku melepas sabuk lalu memilih keluar duluan. Ini pertama kalinya aku mendatangi rumah papa. Sempat kaget karena kupikir rumahnya akan besar dan megah seperti apa yang aku bayangkan sejak awal. Karena nyata yang besar itu bukan rumah, melainkan halamannya. Bayangkan saja, mungkin halaman belakang rumah papa masih bisa dibuat rumah ukuran 60 meter.

"Kak Rahil!" Pekik Kaluna melompat-lompat kecil di depan pintu sambil melambaikan tangan ke arahku. Aku menyunggingkan senyuman.

Sebelum beranjak aku menoleh sekilas ke belakang melihat Kak Aidan yang sedang membuka kursi penumpang. Dia sempat membawa sesuatu memang, tapi aku tidak tahu apa. Aku memilih melangkah meninggalkannya, belum sampai aku di teras tante Della kemudian datang ikut menyambut kedatanganku. Tanganku terulur untuk salim padanya, lalu aku masuk dan bertemu papa yang ternyata masih memakai sarung dan kopiah.

Tak lama dari itu di susul Kak Aidan masuk dengan kantong paper bag, semacamnya di tangan. Dia juga bergantian mencium tangan papa dan tante Della. Di sana aku bisa menyaksikan langsung bagaimana interaksi tante Della dan Kak Aidan yang masih kaku, lebih tepatnya Kak Aidan yang masih kaku.

"Aidan sholat maghrib dulu ya, Pa. Tadi jalannya mepet maghrib dan nggak sempat melipir ke masjid," tuturnya yang berdiri tepat di sampingku.

"Apaan neh?" Seru Kaluna melihat isi papar bag yang barusan Kak Aidan bawa. Gadis itu menunjukkan jajaran gigi rapihnya menatap Kak Aidan.

"Lunaskan hutangnya." Seolah memang sudah terjadi kesepakatan sebelumnya di antara kedua adik kakak itu.

Kaluna mengacungkan jari jempolnya ke arah Kak Aidan. "Hutang apa, Na?" tanya papa

"Abang yang hutang sama aku karena udah janji. Aku sih, cuman nanggih. Iyakan?" Dia menyenggol lengan Kak Aidan.

"Omelin pa, masa kecil-kecil udah main hutang-hutangan, Aidan di teror terus sama dia."Kompor Kak Aidan

Mata Kaluna sukses melebar, dia melongo tak percaya mendengar jawaban dari mulut Abangnya. "Apaan sih, nggak gitu ya!" Seringai jahil dari wajah Kak Aidan membuat gadis itu semakin berang.

"Udah-udah melebar deh nanti. Kalian ini, baru ketemu aja udah kayak gini. Aidan kamu sholat magrib dulu gih sana, Nak." Lerai papa

Alis Kak Aidan naik turun menggoda Kaluna. "Dia duluan pa, lihat tuh malah ngeledek." Sewot Kaluna mengepalkan tangannya ke udara menatap Kak Aidan yang sudah berjalan menjauh dengan kesal.

Rahil : 𝘜𝘯𝘦𝘹𝘱𝘦𝘤𝘵𝘦𝘥 𝘐𝘮𝘢𝘮 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang