Chapter 02

2.7K 194 2
                                    

Aku melepaskan airpods yang sedari tadi bertengger ditelinga tatkala mendapati ketiga temanku datang ke meja cafe, tempat yang sedari tadi aku diami, yang memakai Hijab coklat susu Adalah Nayla. Salah satu dari beberapa alasan yang membuatku semakin memantapkan diri untuk memakai pakaian syar'i adalah Nayla. Nayla selalu nampak cantik setiap ia memakai gamis. Lalu, ada Aleena, gadis cantik berdarah chinnes yang merupakan teman sekelasku.

"Lah, ini binder kenapa?" Tanya Aleena Heran, saat menyentuh binderku.

"Ini nggak kamu siram watercolour, kan, basahnya masa bermotif." Ucap Nayla polos, setelah melihat binderku.

"Ini stabilo luntur, Cantik." Sahut Aleena gereget menanggapi ucapan Nayla

"Terus ini lo nyalin ulang semua catatan, Ra?" Tanya Aleena menatapku.

"Engga, bagian kotor yang aku salin ulang," Jawabku

"Kok bisa? Maksudnya, gimana bisa sampai jatuh ke air, gini. Kamu nggak lagi main becekan, kan?" Tanya Nayla yang sukses membuatku dan Aleena memutar mata malas.

"Coba diam dulu dah, Nay." Titah Aleena gemas

Aku hanya bisa tersenyum maklum menghadapi sikap Nayla. "Nggak sengaja ngejatuhin tepat digenangan air tadi," Ucapku seadanya. Aku terlalu malas untuk mengulas kembali kejadian tadi.

Mereka semua mengangguk-anggukan kepala kompak. Tiba- tiba saja Aleena yang duduk disebelahku menepuk-nepuk pundakku pelan."Tenang, Ra. Nayla pasti bantuin lo buat ngecatat ulang semua tulisan lo, iyakan, Nayla Azzura," Ujar Aleena seenak jidat.

Nayla hendak protes, namun dengan cepat Aleena melayangkan jari telunjuknya dihadapan gadis tersebut, Mengisyaratkan kepada gadis itu, bahwa ia tidak boleh membuka suara apalagi protes.

"Mau dapat pahala, nggak? ... udah jangan protes," kata Aleena yang langsung tersenyum lebar menghadapku, namun berbeda dengan Nayla yang terlihat tidak terima.

Nayla menatapku dengan tatapan yang sulit kumengerti. Detik selanjutnya, gadis itu menarik lembar kertas yang setengahnya sudah terdapat tulisan. Dia tersenyum lebar kearah Aleena lalu kembali menatapku.

"Ya udah, sini aku bantuin. Tapi, ta'arufin aku sama Kakak sepupu kamu ya Ra, Bang Altaf," Katanya sambil menaik turunkan alisnya. Kini aku mengerti maksud dari senyuman itu. Mendengar itu, tiba-tiba saja aksi protes dilayangkan Aleena.

"Heh, apa-apaan. Bantuin orang tuh yang ikhlas dong," Protes Aleena sambil mencoba merebut kertas yang sudah berada dihadapan Nayla

Namun dengan kesigapannya, Dea berhasil menjauhkan lembar kertas tersebut dari tangan Aleena, dan kini giliran Nayla melayangkan jari telunjuknya dihadapan Aleena.

"Halah, ikhlas ikhlas, bilang aja cemburu 'kan kamu. Udah, deh lagian ini kamu yang minta aku bantu Rahil 'kan? Ya udah, nggak bisa di tarik ulur," Balas Nayla tak ingin kalah dari Aleena. Aleena mendengus kesal mendengar balasan Nayla.

"Hih! Ra, pokoknya jangan mau dengerin ucapan Nayla," Ucap Aleena mendelikkan matanya menatap Nayla yang tersenyum penuh kemenangan itu.

"Cinta tak seiman itu butuh perjuangan, Al." Nayla menyunggingkan senyuman.

Aleena memincingkan matanya."Diam..."  Aku menepuk jidat melihat kelakuan dua gadis itu. 

"Ah udah-udah. Aku bisa sendiri." 

🌵🌵🌵

Waktu cepat sekali berlalu, siang dan sore telah terlewati. Di ganti oleh malam yang di sambut oleh rintik hujan yang turun menemani sunyi nya malam hari. Hawa dingin yang menyentuh kulit, membuat siapapun pasti ingin bergulat dengan selimut serta guling nya, Di tambah tayangan serial film, pasti akan sangat menyenangkan.

Rahil : 𝘜𝘯𝘦𝘹𝘱𝘦𝘤𝘵𝘦𝘥 𝘐𝘮𝘢𝘮 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang