Chapter 49

1.1K 121 6
                                    

Tidur Aidan terusik saat seseorang menepuk pelan pipinya, berupaya membangukan dirinya dari keterlelapan alam sadar. Intonasi suara lembut yang mengalun, memanggil-manggil nama Aidan membuatnya semakin terusik. Dengan dorongan alam sadar yang perlahan lenyap, Aidan membuka mata. Matanya yang berat itu harus mengerjap demi beradaptasi dengan cahaya yang masuk mengenai retina.

Sosok Rahil yang pertama kali Aidan dapati tengah duduk di sisi dekat kakinya yang masih memiliki ruang untuk duduk di sofa. Dahi Aidan mengkerut, sejenak kepalanya langsung dilanda rasa pening. "Sholat ashar, Kak." Perintah pertama Rahil untuk Aidan

"Udah jam setengah lima," Sambungnya seketika membuat Aidan menghela nafas. Lagi-lagi dia ketiduran dan lupa memasang alarm di handphone. Tangan Aidan terangkat untuk memijat kening kepalanya

Aidan segera bangkit dan bangun. Dia duduk diam sejenak untuk meredam pusingnya sebelum beranjak menuju mushola yang ada di cafe. "Jangan kemana-mana. Di sini dulu sampai gue balik." Titah Aidan dengan suara khas bangun tidur sebelum benar-benar pergi keluar untuk sholat ashar. Rahil mengangguk, mengiyakan.

Sekitar lima belas menit kurang. Aidan masuk kembali dengan wajah segar sehabis terkena air wudhu. Pria itu duduk di samping Rahil, dan dalam sekejap menyamping menghadap Rahil, pun Rahil ikut melakukan hal yang sama. Gadis itu menjulurkan tangannya ke arah rambut Aidan yang sedikit basah karena ada sesuatu yang mengganggu pada rambut hitam legam itu.

Aidan sempat memperhatikan tindakan kecil istrinya sebelum sorot matanya kembali memandang gadis manis itu. "Lain kali kasih tau staf Kak Aidan untuk sama-sama saling mengingatkan kalau sudah masuk waktunya sholat. Termasuk mengingatkan atasan mereka yang ketiduran ini." Rahil berucap dengan datar

"Biasanya gue nyalain alarm, cuman tadi karena ketiduran duluan dan lupa titip pesan sama Agis minta dibangunin juga, jadinya masbuk. Biasanya dia paling peka kalau gue belum keluar ruangan waktu udah masuk sholat. Kayaknya di depan lagi ramai, sampai lupa bangunin gue." Rahil mengangguk paham. Beruntung dia inisiatif menemui Aidan tadi. Meski, harus melewati beberapa pertanyaan dari staf yang berbeda, alasan apa ingin menemui Aidan.

Beberapa staf mungkin Aidan beritahu siapa dan apa status Rahil bagi atasan mereka. Tidak bisa dipungkiri juga, sebagiannya tidak. Jadi, mau tidak mau Rahil mengatakan siapa dia kepada staf Aidan. Meski, sempat mendapat tatapan tak percaya hingga puncak akhirnya adalah tatapan sinis dari beberapa staf, barangkali memang mereka kurang percaya, entahlah, tapi bagian itu tidak ingin Rahil ingat.

"Bukannya tadi bilang ke gue mau ke kampus, kenapa tiba-tiba ke cafe? Terus kenapa bisa masuk ke sini? Temen-temen di luar gimana?" Sejak tadi Aidan menunggu pesan dari Rahil karena mengira gadis itu akan menjelaskan alasannya datang ke cafe.

Sebenarnya menjelas dzuhur tadi, diskusi Rahil, Aleena, Zeheen sudah tidak kondusif. Sementara, tugas project mereka belum memenuhi target yang sudah ditentukan hari itu. Menjelang siang, lelah, ditambah suasana perpustakaan yang sejuk, membuat ketiganya jadi malas dan justru malah ingin leha-leha karena kebetulan di perpustakaan tersedia bean bag.

Mengingat waktu pengumpulan project UAS kali ini pendek, mereka harus hisa menfaatkan waktu yang ada. Hingga pada akhirnya mereka bertiga sepakat untuk pindah lokasi belajar, untuk mencari suasana baru, dan tidak ada distraksi apapun seperti bean bag tadi. Akhirnya, Aleena menyarankan lanjut belajar di cafe shop, dan pilihanya adalah Dave Cafe.

"Cuman mau nyari suasana diskusi aja. Soalnya tadi di perpustakaan kita ngantuk karena terlalu nyaman tempatnya. Sementara tugas harus cepat dikerjain karena deadlinenya sempit. Jadilah pindah ke cafe buat lanjut kerja kelompoknya, karena nggak ada distraksi kayak bean bag di perpustakaan.Kebetulan ternyata, aku ketemu Arron dan teman-temannya juga yang sama-sama mau ngerjain tugas project di depan parkiran tadi." Jelas Rahil

Rahil : 𝘜𝘯𝘦𝘹𝘱𝘦𝘤𝘵𝘦𝘥 𝘐𝘮𝘢𝘮 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang