Chapter 42

1.3K 134 3
                                    

Ada kajian di daerah Mega Kuningan, tepatnya di masjid Agung yang pada siang kisaran jam sepuluh membuatku dan Kak Aidan tertarik datang. Info tersebut Kak Aidan dapat lima jam sebelumnya dari Mbak Lila. Karena acara dimulai jam satu siang, kami datang dua jam sebelumnya. Sampai di lokasi bertepatan mendekati adzan dzuhur. Setelah melakukan registrasi, aku dan Kak Aidan berpisah saat masuk ke dalam, dimana kajian di gelar dan akan dimulai setelah sholat.

Mataku menelisik ke sana kemari, mencari keberadaan Mbak Lila di antara kerumunan shaf khusus perempuan. Dari sudut kiri dekat jendela seorang wanita dengan pashmina cream mengangkat dan melambaikan tangan ke arahku, Mbak Lila menyadari kedatanganku. Aku segera menghampirinya yang ternyata tidak sendiri, melainkan dengan anak-anaknya yang ikut gabung di shaf perempuan.

Kami bertukar salam dan menanyakan kabar. "Tante Rahil!" Seru Rais saat melihatku

Aku balas menyapanya."Hai!... Aduh tante nggak bawa apa-apa lagi. Harusnya tadi tante bawa cemilan kalau tau kamu disini." 

Mbak Lila menyahut. "His! apa sih kamu, Ra. Selalu repot deh ..." Mbak Lila tertawa kecil.

"Aku bawa snack, tante Rahil mau?" Rais tiba-tiba menawarkan snack yang sebenarnya semua orang dapat dari panitia saat di depan tadi.

Aku pura-pura kaget, "Serius buat tante? ... buat Rais aja deh, tante juga punya." Aku mengangkat kotak snack yang sama dengannya.

"Waa! sama tante." Serunya dengan wajah kaget yang sangat natural dan polos. Mbak Lila dan aku tertawa tingkah Rais.

"Mbak kira kamu sama Aidan nggak datang, soalnya Mbak ngabarin mendadak banget." Sebenarnya aku di ajak Kak Aidan, tapi dia baru memberitahuku dua jam sebelum berangkat.

Aku yang sedang bersantai sambil makan cemilan dan menonton serial netflix, sebelum berkutat dengan banyaknya tugas yang aku tunda untuk dikerjakan. Kak Aidan tiba-tiba datang menghampiri sudah wangi dan rapi, kemudian menyuruhku bergegas untuk ikutnya mendatangi kajian. Niatnya setelah bersantai sebentar aku ingin mengerjakan tugas, tapi malah kedapatan ikutnya datang ke kajian.

Mau nolak tapi tidak punya alasan syar'i. Bisa-bisa nanti aku yang dosa pula kalau memilih bohong. Akhirnya aku mengiyakan meski agak menyebalkan karena minus beberapa jam dia mengajakku, sementara aku harus bersiap-siap, belum menyiapkan baju, mandi lagi, dan make up. Karena semua bajuku ada di apart, jadilah pinjam punya Bunda, bersyukurnya ada yang style-nya cocok denganku. Untuk make up tipis-tipis, aku lakukan di dalam mobil.

"Ih, Kak Aidan tuh nyebelin, Mbak. Dia baru ngasih tau aku dua jam sebelum berangkat. Tiba-tiba aja dia udah rapi dan aku masih belum apa-apa di ajak coba. Benar-benar dia tuh." Aku menggerutu

Mbak Lila tertawa kecil. "Masa sih? Ya Allah ada-ada aja. Eh waktu dia mau nikah aja sehari sebelumnya juga baru bilang sama Mbak loh," Kata Mbak Lila langsung mengungkap fakta. Apalagi pas tiba-tiba mau ngekhit'bah Mbak, batinku ingin menyambung.

"Tapi kamu nggak tiba-tiba diajak dia pas lagi ada kegiatan atau agenda lain kan?" Sambung Mbak Lila memastikan

Aku menggeleng. "Kebetulan lagi kosong sih Mbak hari ini. Bunda Abah soalnya baru berangkat kan senin pagi dan Kak Aidan yang antar. Hitung-hitung hari ini aku menghabiskan waktu sama mereka sebelum berangkat besok."

"Bunda sama Abah berapa lama tuh kalau boleh tau ke Riyadh, katanya sekalian Umroh ya, Ra?" Tanya Mbak Lila

"Dua minggu Mbak, bisa lebih bisa kurang, sih. Soalnya Abah ada dinas dari kampus dulu, baru habis itu Umrah," Jawabku.

Obrolan aku dan Mbak Lila harus berakhir, karena sholat berjamaah akan dimulai dengan di imami Ustadz yang mengisi kajian. Setelah itu baru kajian dimulai. Pantas saja Kak Aidan mau mengikuti kajian ini, bahasannya juga sebenarnya butuh untuk aku dapatkan dan dengarkan juga, karena masih seputar pernikahan.

Rahil : 𝘜𝘯𝘦𝘹𝘱𝘦𝘤𝘵𝘦𝘥 𝘐𝘮𝘢𝘮 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang