Chapter 27

1.5K 146 4
                                    

Aidan bergegas memakai sepatunya selepas sholat jum'at. Di susul Ali yang duduk di sampingnya saat memakai sepatu. Masih berada di sekitar kawasan kampus. Aidan baru selesai menghadap dosen pembimbing untuk progres tugas akhir.

"Gue mau ke cafe, lo ikut nggak?" Tawar Aidan kepada Ali

"Free makan gratis 'kan? Mumpung jum'at berkah," Balas Ali tak tahu diri.

Aidan berdiri, lalu melempar kunci motornya pada Ali. Ali dengan sigap, berhasil menangkap kunci tersebut. Ali tersenyum merekah.

Ali dan Aidan berjalan melewati pekarangan Fakultas Teknik yang dipenuhi pepohonan. Keadaanya siang itu ramai. Banyak beberapa dari mahasiwa baru saja selesai melaksanakan sholat jumat, juga ada yang beristirahat dibawah pohon sambil membentuk lingkaran.

"Bro bro bro, sebentar dah," Ali berseru sambil menepuk-nepuk pundak Aidan untuk berhenti.

"Asing nggak sih lo sama cewek di sana?" Ali melontarkan pertanyaan pada Aidan sambil menunjuk ke salah satu perempuan yang dimaksud.

Aidan mengikuti arah yang Ali tunjukkan. Pria itu sampai harus menyipitkan mata untuk melihat sosok yang Ali maksud dengan jelas.

"Ah! Gue ingat. Itu Hayyun 'kan. Cewek yang pernah pingsan waktu demo terus lo tolongin." Ali berseru semangat

"Ingat nggak lo?" timpal Ali lagi

Aidan mengingat-ingat kembali nama Hayyun, perempuan yang pernah dia tolong waktu demo.

"Dia anak teknik? Gue baru tahu. Lo tahu?" Ali menoleh kepada Aidan

Wajah Ali seketika memasam tatkala mendapati Aidan yang masih memandang ke arah sosok perempuan yang tengah mereka bicarakan. "Jangan berani-berani selingkuh. Ingat bini lo." Peringat Ali mengusap wajah Aidan dengan tangannya

Aidan berdecak kesal, "Ck! tangan lo kotor tau nggak." Ali mencibir pelan ucapan Aidan yang mengatai tangannya banyak kuman.

"Dia anak jurnalistik." Timpal Aidan menjawab pertanyaan Ali

Ali membentuk bibirnya 'O', "Anak ilkom, ... jauh amat mainnya sampe sini," Ujar Ali pelan.

Jarak antara gedung Teknik dengan Ilkom bisa dibilang cukup jauh. Akses menuju kesana sebenarnya cukup berjalan kaki, hanya saja cukup melelahkan. Tidak seperti FIB yang hanya perlu jalan kaki menuju Teknik karena kedua Fakultas itu bersebelahan. Perlu kendaraan paling tidak naik motor atau bus kampus.

Aidan hendak melangkahkan tungkainya, tetapi oleh Ali ditahan. "Eeeh, bentar dulu ngapa. Lo nggak mau nyapa dia dulu gitu." Kata Ali tiba-tiba

Aidan mengerutkan dahi bingung, "Buat apa?"

"Nanya gitu, dia ngapain disini. Kayak kelihatan bingung gitu, lu liat dah." Usul Ali menunjuk kearah perempuan bernama Hayyun disana.

Aidan terdiam sejenak, "Malas gue. Mau buru-buru ke cafe. Lagian dia juga bisa nanya ke orang lain kalo nyasar." Tolak Aidan masih tidak peka akan ajakan Ali

"Dih lo mah, ... Mengulur lebih baik dari pada diulur, Dan." Ali mulai berperibahasa

"Tua lo," Cibir Aidan. Kemudian tatapan matanya berubah menatap Ali curiga. "Lo kekeh banget mau samperin dia, emang ada apa, sih?" Sambung Aidan penasaran

Ali tergagap, "Gue cuman mau lo nyapa dia terus say—hallo, gitu doang. Terus kalo dia butuh bantuan kita tolongin." Alibi Ali sambil tercengir menatap Aidan

"Lo yang mau nyapa apa gue?" Todong Aidan langsung memandang Ali datar

Ali kelabakan, "Ya elo lah, 'kan dia lebih kenalnya sama lo." Sahut Ali sambil tercengir

Rahil : 𝘜𝘯𝘦𝘹𝘱𝘦𝘤𝘵𝘦𝘥 𝘐𝘮𝘢𝘮 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang