Bab 2

1.9K 143 0
                                    

"bosen banget" keluh Senja yang sedari tadi hanya menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri diatas kasur.

"Bumiiii! nggak keluar gitu?".

"Berisik, Nja"

"Lo mah, gue kesini malah dicuekin".

Selepas makan malam tadi, Senja memang tidak langsung pulang, setelah mengantongi izin dari Bundanya untuk main lebih lama di rumah Bumi, Senja langsung memonopoli kasur milik lelaki itu. Gadis itu memang sudah biasa tidur di kamar Bumi. Bahkan, jika menginap di rumah Bumi, Senjalah yang menepati singgasana milik sahabat kecilnya, sementara sang empu akan mengungsi ke kamar mama atau tidur di sofa ruang tv.

"Lagi ngapain sih?" Tanya Senja sembari menghampiri Bumi yang sejak tadi berkutat di meja belajarnya.

"Oh, ngerjain tugas. Tumben rajin" celetuk Senja.

"Lagi males kena hukuman gue".

Bumi enggak jauh beda sama murid sekolah lainnya. Dia bukan seorang siswa kebanggaan yang selalu ikut olimpiade demi mengharumkan nama sekolah. Bukan murid dengan peringkat teratas dikelasnya. ulangan tidak remedial saja, Bumi sudah sujud syukur, Alhamdulillah. Kalo Bumi ngerjain tugas, berarti dia lagi males aja kena hukuman atau lagi khilaf, rajinnya datang tanpa di undang.

"Bumi, malam minggu besok gue mau keluar" info Senja yang sudah kembali rebahan di atas kasur.

"Kemana?".

"Belum tau".

"Hah? Keluar sana siapa Lo? Bianca?".

"Bukan".

"Kayla?".

"Bukan juga".

"Mas Arel? Bunda?".

"Salahhhhhh" jawab Senja gemas.

"Terus?".

"Sama Raka" jawabnya dengan senyuman.

"Raka saha".

"gebetan baru gue dong!".

Helaan napas kasar keluar dari Bumi, "kali ini bener kan?".

"Bener, tenang aja. Dia cowok baik-baik kok".

"Anak mana?".

"SMA Garuda".

"Ati-ati deh Lo. Kalo ada apa-apa langsung bilang ke gue".

"Siap komandan!" Seru Senja sambil hormat ke Bumi.

Bumi hanya mampu menggelengkan kepala melihat tingkah gadis itu. Ia tidak habis pikir dengan sahabat kecilnya ini. Baru empat hari yang lalu, Senja menangis dengan begitu hebatnya karena putus dari cowok bernama Reno. Tapi sekarang, gadis itu sudah ada penggantinya. Ibarat kata, mati satu tumbuh seribu. Itulah perjalanan asmara Seorang Senja Deepa Sadajiwa.

"Pulang gih".

"Ngusir?".

"Lihat jam" titah Bumi pada Senja yang masih bergelut di atas kasurnya.

Senja mendengus kencang begitu matanya bergulir ke arah jam yang menunjukkan pukul 10.30 malam.

"Nanti aja ya. Masih sore ini".

"Pulang, ayok gue anter" suara Bumi terdengar tidak ingin dibantah, membuat Senja mau tidak mau beranjak dari kasur.

"pake sepada ya" suara Senja menginterupsi Bumi saat akan meraih kunci motor di meja TV.

"Naon?".

"Anterin pulangnya naik sepeda" ulang Senja.

"Ogah. Udah malem, Nyet".

Swastamita Yang Membumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang