Bab 17

917 92 0
                                    

"Hiks! Hiks!".

"Udah, jangan nangis terus".

"Hiks! Hiks! Hiks!".

"yeu, dibilangin teh malah makin kenceng".

"Da perih atuh ini teh! Sok weh nih gantian Mas yang motongin".

"Oh maaf. Saya sibuk, Bye!!".

"Karrel!! Kadieu sia!!" teriakannya menggema di seluruh ruangan.

"Adek. Kenapa atuh, kok teriak-teriak. Itu bawangnya udah beres dipotongin semua belum?" Tanya Bunda sambil mendekati Senja.

Setelah mendapat telepon dari Karrel. Bumi dan Senja langsung mendatangi rumah Senja, namun yang mereka dapati adalah rumah dalam keadaan terkunci.

Kemudian satu pesan masuk dari Karrel menyuruh mereka untuk segera ke rumah Bumi.

Dan sekarang, Senja berakhir di dalam dapur dengan potongan bawang yang tak bertambah banyak, padahal sudah lebih dari dua puluh menit yang lalu. Entah siapa yang memiliki ide untuk mengadakan acara BBQ-an, yang pasti semenjak di rumah milik Mama Ratna, Senja dan Bumi sudah diperbudak untuk melakukan ini dan itu.

"Perih Bun ih! Adek gak kuat!" Rengek senja sambil menyusut air matanya.

"haduh! Yaudah sana-sana, Adek kedepan aja, tanyain sama Mas sama Bumi. Barangkali mereka butuh bantuan" lalu pekerjaan itu diambil alih oleh Bunda.

Di halaman rumah terlihat Bumi yang sedang menyiapkan bara api di atas pemanggang dan ada Mas Arel dibantu oleh si kembar sedang menusukkan potongan ayam.

"Perlu bantuan?" Tanya Senja pada Bumi.

Bumi menolehkan kepalanya "tolong ambilin kipas dong" setelah itu Senja masuk ke dalam rumah dan kembali bersama sebuah kipas yang biasa dipakai oleh para pedagang sate diluaran sana.

"Kipasin" titah Bumi.

Senja pun menurut, mengipas-ngipas arang agar api menyala. Asap sudah mulai keluar dan saat itu pula Senja batuk-batuk karena asapnya terarah tepat mengenai wajahnya.

Melihat itu, Bumi pun mengambil alih kipas di tangan Senja. "Bantuin Mas Arel aja sana. Ini biar gue lanjutin".

Menghela napasnya pelan. Senja mendekati Mas Arel. "Mas bantuin Bumi sana, ini biar sama aku aja" ucapnya lantas mengambil alih pekerjaan Karrel.

"Nja. Ayamnya udah ada yang jadi?" Tanya Bumi.

Senja berdiri dari duduknya dan membawa piring yang berisi ayam lalu menyerahkan pada Mas Arel.

Beberapa menit setelahnya, semua ayam sudah selesai dibakar. Bumi dan Karrel segera menyusun ayam dan beberapa sosis ke atas meja makan yang sengaja dikeluarkan. Senja dan si kembar sibuk membantu membawa nasi dan beberapa lauk pelengkap dari dalam rumah.

Ditengah halaman yang dikelilingi oleh bunga matahari. Serta diterangi oleh cahaya bulan yang begitu bersinar malam ini. Mereka menikmati makanan dengan khidmat. Sesekali diselingi oleh obrolan dari Mama atau Bunda. Pun dengan Senja, Bumi, Karrel, dan si kembar.

Obrolan-obrolan ringan itu harus berlanjut meski makanan sudah habis tak tersisa. Senja dibantu oleh Bumi membersihkan meja. Sedangkan Mas Arel membereskan pemanggang dan membuang arang yang tersisa. Si kembar? Jangan ditanya. Mereka tengah menikmati potongan buah semangka di atas teras rumah, Sembari mendengarkan musik dangdut lewat speaker yang Chenda bawa dari kamar Bumi.

Bocil-bocil laknat kalau kata Bumi mah.

Sekembalinya Senja dan Bumi dari dapur, mereka langsung bergabung bersama si kembar dan yang lainnya. kini, lagi berjudul kopi dangdut terputar sempurna.

Swastamita Yang Membumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang