prolog

7.3K 216 0
                                    

"Asem! Si Bumi! Kenapa gue malah dibunuh?!"

"Sorry bro! Tangan gue keseleo" Ucap lelaki yang bernama lengkap Vijendra Bumi Pradipta.

"ah kampret!"

Didalam kamar yang terbilang luas, terdapat 4 anak muda yang tengah bermain PS (play station) 5. Ditemani minuman bersoda. Bumi terlihat sangat serius menatap layar di hadapannya, tangannya bergerak dengan begitu lincah di atas stick PS.
Sedari tadi berhasil mengalahkan Naren, kali ini bertekad akan mengalahkan janu, yang notabene Rajanya game.

"Bumi! HP Lo geter terus nih dari tadi!".

"Nanggung! Coba angkatin na".

"halah! Ganggu bae!".

Jenandra atau Nana menggerutu di atas tempat tidurnya. Nana memang lebih memilih untuk masuk kedalam dunia mimpi dibanding bermain game. Tapi, tidur nyenyaknya terganggu oleh suara brisik dari ponsel bumi yang tergeletak di sampingnya.

"Bumi! Buru angkat!".

"Astagfirullah".

Bumi mengambil ponselnya setelah menyerahkan permainan pada Naren. Helaan napas keluar dari bibirnya ketika melihat nama yang terpampang dilayar ponsel. Tanpa menunggu lama, segera diterimanya panggilan itu.

"Ha--".

Tangannya otomatis menjauhkan ponsel dari telinga ketika mendengar pekikan nyaring di sebrang panggilan.Bumi mengusap-usap telinganya.

"Gak usah teriak juga dong, gue gak budek kali".

"....."

"lho? Halo? Lo kenapa?".

"....."

"Shit!"

"....."

"Tunggu disana. Gue otw".

Panggilan terputus, dengan cepat Bumi mengambil jaket yang tersampir di lengan sofa. Meraih kunci motor diatas meja.

"Mau kemana, bumi?" Tanya Janu, yang keheranan melihat sahabatnya bergerak seperti orang kesetanan.

"Keluar bentar" kata Bumi sembari mengenakan jaket.

"Ya kemana? Lo kayak khawatir gitu? Ada apa?".

Bumi pergi begitu saja, tanpa menjawab pertanyaan beruntun dari Naren. Ia bergerak cepat menuruni tangga. Berlari kecil menuju garasi lalu mengeluarkan sepeda motornya. Bumi membelah jalanan dengan kecepatan penuh. Menyalip diantara celah mobil agar cepat sampai ditujuan.

                            ********

Seorang gadis yang mengenakan celana rappid jeans dan kaos hitam oversize, tengah duduk seorang diri di halte bus. Tatapannya tertuju pada kakinya yang membuat pola-pola abstrak di atas lantai halte. Kedua tangannya menggenggam erat tali Sling bag yang ia kenakan. Angin malam bertiup kencang menerbangkan tiap-tiap helai rambutnya.

Ia terpaku melihat sepasang sepatu yang sudah sangat ia kenal berada di depannya. Kepalanya mendongak, seseorang yang sejak tadi ditunggu kedatangannya sudah berada tepat dihadapannya. Senyum manis tersungging di bibirnya. Perlahan, pria tersebut berjongkok. Kini, tinggi mereka sejajar. Membuat mata itu saling bertemu satu sama lain. Ada sorot penuh kekhawatiran dari sang pria.

Hening beberapa saat. Sampai, "tadi abis ketemu ayah".

"Wah! Dimana?".

"Ayah datang sama istrinya".

"Terus gue baru tau. Gue punya adik, Bumi" ucap gadis ini disertai kekehan kecil.

"Dia perempuan. Kayaknya umur 4 tahun. Lucu. Pipinya kayak bapau. Tadi pas ketemu gue, dia nangis terus. Dikasih mainan juga masih aja nangis. Tapi, pas digendong sama Ayah, langsung diem anaknya" lanjutnya.

"Ayah bilang, dia emang suka gitu kalo ketemu sama orang baru. Terus ya, tadi kan--".

"Senja..."

"Hm?".

Bumi berdiri dari posisinya, "pulang yuk. Udah malem" ia menarik tangan Senja lalu menggenggamnya dan berjalan menuju motornya yang terparkir di depan toko klontong pinggir jalan.

"Kebiasaan Lo mah, udah berapa kali gue bilang, kalo keluar malam, pake baju yang tebel".

Senja hanya diam saja saat Bumi menyampirkan jaket milik lelaki itu untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Bumi lebih dulu naik ke atas jok motor, disusul Senja di belakangnya. Perlahan, motor Bumi berlaku meninggalkan toko klontong dan bersatu dengan pengendara jalan yang lainnya.

"Bumi"

"Ya".

"Gue harus bilang ke Mas Arel gak?".

"Ketemu sama Ayah?"

"Adek baru".

"Nanti, gue yang bilang".

Pelukan Senja semakin erat dipinggang Bumi. Ia menaruh dagunya diatas pundak lelaki itu.

"Makasih, jangan pernah tinggalin gue ya bumi" bisiknya lirih dengan mata terpejam.

                              ********

                              ********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raden Rakha as Vijendra Bumi Pradipta

Basmalah Gralind as Senja Deepa Sadajiwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Basmalah Gralind as Senja Deepa Sadajiwa

Swastamita Yang Membumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang