"sore dek Senja".
Senja menghentikan sejenak aktivitasnya. Dia lagi?
"Ya, ada perlu apa?" Tanya Senja mungkin terdengar sarkas.
Ya seperti hari-hari kemarin. Lelaki di hadapannya ini menyunggingkan senyumnya yang, sebentar. Kata apa yang cocok untuk mendeskripsikan jenis senyuman itu? Ah, mesum?
Mata Senja menilik ke teras rumah milik Mbak Ayu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan wanita itu di sana. Kemana perginya? Maksudnya, apa Mbak Ayu tahu kalo suaminya tidak ada dirumah? Apa dia tidak mencegah dan membiarkan suaminya berkeliaran? Dan soal nomor telepon, beberapa hari yang lalu ia memang sempat bertukar nomor dengan Mbak Ayu. Lalu semenjak lelaki dihadapannya mengirimkan pesan yang cukup menganggu. Senja jadi berpikir, mungkin saja Mbak Ayu yang memberikan nomornya pada Bram bukan? Atau pria itu sendiri yang memang sengaja mencurinya? Lalu timbul pertanyaan lain seperti, apa Mbak Ayu tau kelakuan suaminya ini? Apa Mbak Ayu tidak curiga?
"Cuma mau main sebentar. Boleh masuk?".
Senja menggeleng, memberikan atensinya kembali pada lelaki di depannya. "Di rumah lagi gak ada orang".
"Jadi cuma saya dan Dek Senja saja? Bagus kalo begitu".
Gila!
"Maksudnya apa ya?!".
Lelaki itu menunduk singkat untuk menyembunyikan senyumnya yang mengerikan. Tubuh Senja benar-benar gemetar saat ini. Haruskah dia lari? Atau berteriak meminta tolong?
"Saya cuma mau ngobrol-ngobrol, sebentar saja kok".
"Kalo gitu nanti kesini lagi aja, bareng Mbak Ayu. Saat ini saya dengan sibuk." Ungkap Senja dengan nada suara bergetar. Sial Senja sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyembunyikan rasa takutnya.
"Ehh, Dek Senja tunggu, dek".
"Apa sih? Lepas!".
Plak!
"Jangan kurang ajar ya!" Nafas Senja memburu cepat. Matanya menyala menatap lelaki yang dengan tidak sopannya memegang lengan bagian atasnya saat dia berbalik hendak masuk ke dalam rumah.
"Jaga sopan santun anda!".
"jangan marah dong dek" ucap Bram.
Senja geram mendengar suara dan melihat mimik wajah itu yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah. Orang ini benar gila rupanya.
"Saya ingatkan, saya sudah punya suami! Begitupun dengan anda yang sudah memiliki Mbak Ayu. Jangan macam-macam! Ingat batasan. Saya masih menghargai anda karena Mbak Ayu".
Setelah mengatakan kalimat itu Senja cepat-cepat masuk ke dalam rumah. Mengunci semua pintu dan menutup jendela.
Ting!
+62 8566xxxx.
Saya gak akan marah karena tamparan tadi, dek Senja tenang saja. Nanti kita ngobrol lagi, dek.Senja gemetar sekujur tubuh. Badannya luruh bersamaan dengan air matanya yang jatuh. Dia takut, benar-benar takut. Dan bertepatan dengan itu ponselnya berbunyi nyaring.
"H-halo".
"Halo sayang! Lagi ap.."
"Bumi. Hiks!".
"Loh? Sayang? Halo?".
"Hiks... Hiks..."
"Senja? Sayang. Kamu kenapa? Jawab aku!".
"Pulang".
"Ya?".
"Tolong pulang sekarang Bumi. Tolong.... Hiks!"
"Aku takut...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita Yang Membumi
Novela JuvenilEnd. First Senja Bumi🤗 Aku tidak menginginkan amorfati, aku hanya memerlukan jatukrama yang amerta. Kita adalah fatamorgana yang terlalu aksa disebut jatukrama. Cover by Pinterest.