Bab 13

965 104 0
                                    

"Bumi, bangun, bumi".

Tungkai yang terbalut sepatu itu menyenggol Kaki Bumi yang tergeletak di atas kursi. Saat ini, Bumi tengah tertidur dengan posisi tubuh yang rebah di atas tiga buah kursi yang sengaja dibariskan sejajar. Merasa tidurnya terusik, Bumi pun membuka matanya. Tubuh tinggi milik Januar menjulang di hadapannya. Kening Bumi mengerucut. Matanya terlihat merah.

"Warjok hayu" ajak Januar.

"Emang udah istirahat".

"Lihat jam" ucap Naren. Bumi pun menurut, bangkit lalu melihat jam dinding yang jarumnya berada di angka 12. Sudah istirahat rupanya.

"Matak lamun sakola tong, loba sore, sia teh" kata Naren.

Hey, mana bisa! Jam pelajaran kosong adalah waktu yang cocok untuk tidur. Amat sangat disayangkan jika Bumi tidak memanfaatkan waktu itu. Perihal tugas yang diberikan oleh guru, dia bisa melakukan copy paste milik teman-temannya. Beres.

"Hayulah, tong loba nge-bug. Gak kuat, udah lapar banget akutuh" ucap Januar sembari mengusap perutnya.

"Najis lebay" kata Nana yang kemudian mendahului teman-temannya.

Warjok atau warung pojok yang letaknya berada di dekat bangunan tua milik sekolah menjadi warung favorite untuk Bumi dan anak-anak yang lainnya.

Disamping makanan yang enak, harganya pun cocok untuk kantong anak sekolah seperti mereka. Namun bukan hanya itu yang menjadi tujuan utama, rata-rata anak yang menghabiskan waktu istirahatnya di Warjok tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membeli sebungkus atau sebatang rokok yang dijual oleh Mbok Ati-pemilik Warung pojok.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Januar, setelah menghabiskan gorengan yang dibelinya memakai sistem MABATU (Makan Lima Bayar Satu) laki-laki itu menyalakan sumbu batang bernikotin lalu menghisapnya secara perlahan.

"Udud moal?" Tawarnya pada Bumi.

"Sok weh".

"Si goblog! Bumi ditawarin rokok. Ya ga bakal mau atuh" ujar Naren.

"Ya siapa tau sekarang mah bakal tergoda".

"Sayang paru-paru"

Lagipula, untuk apa sih merokok? Jika dipikir-pikir, menghisap kandungan nikotin tidak ada untungnya sama sekali. Yang ada cuma nimbun-nimbun penyakit. Efeknya memang enggak akan langsung terlihat, tapi enggak ada yang tahu kan untuk beberapa tahun kedepan? Selain itu, Bumi juga sudah berjanji pada Ayahnya untuk tidak mengonsumsi barang yang katanya jika sudah sekali coba, seterusnya akan menjadi kecanduan. Yang harus dipegang dari laki-laki adalah janjinya bukan?

"Bumi tau si Kinan gak, Lo?" Tanya Januar mengganti topik obrolan.

"Anak 12 MIPA 5, bukan?".

"Hehe bener".

"Kenapa?".

"Anaknya minta nomor Lo" Bumi agak kaget mendengar itu. "Kasih jangan?" Tanya Januar lagi.

"Jangan ah, ribet. Males".

"Yeuhh, si Bumi mah. Si Kinan modelan cantik bohay gitu Lo gak demen?" Kali ini Naren yang berbicara.

"Bukan tipe aing".

"Gaya pisan anjir" Bumi tertawa mendengar itu.

"Tumben Bum. Si Senja gak ngintilin Lo" ujar Nana tiba-tiba, dia memang agak merasa aneh karena tumben sekali jam istirahat Bumi adem ayem tanpa ada gangguan. Tidak seperti biasanya

"gak masuk anaknya. Sakit katanya".

"Ya ampun! Ayang Senja sakit apa?" Naren heboh sendiri di tempatnya. Tangannya bergerak dengan cepat di atas layar ponselnya.

Swastamita Yang Membumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang