"kita mau kemana?".
"Nanti juga kamu tahu." Bumi mengerlingkan matanya sebelum kembali fokus ke jalanan.
Saat ini mereka sedang berada dalam sebuah mobil yang dikendarai Bumi. Entah akan pergi kemana, Senja tak diberitahu. Kalo sudah dikasih tahu bukan surprise namanya, begitu kata Bumi.
Setelah seharian kemarin Senja dimonopoli oleh Masnya. Hari ini tiba giliran dirinya yang akan menghabiskan waktu bersama. Iya, setelah berbaikan dengan Karrel. Pria itu tidak membiarkan Senja keluar walaupun sebentar. Membuat Bumi uring-uringan.
Saat traffic light berubah menjadi merah, Bumi mencondongkan tubuhnya ke arah Senja.
"Udah. Kamu tidur aja, tidur." Titahnya sambil mengusap mata Senja.
Dan Senja menurut, ia tertidur sampai Bumi kembali membangunkannya.
"Bangun sayang. Udah sampe nih".
Senja menggeliat pelan. Menyesuaikan pandangannya. Keningnya mengernyit begitu melihat bangunan besar bergaya vintage di hadapannya.
Sebuah villa. Milik keluarga Jenandra.
"Yuk, masuk." Ucap Bumi melepaskan seatbelt Senja. Pria itu keluar terlebih dahulu, membuka bagasi untuk mengambil barang bawaan mereka yang Senja sendiri tidak tahu kapan Bumi menyiapkannya
"Ayo," pintu samping terbuka. Senja turun, menatap Bumi. Pria itu masih belum menjelaskan apapun.
"Masuk dulu ya, dingin. Nanti aku jelasin didalam." Kata pria itu seolah mengetahui apa isi hati Senja.
Mereka lantas masuk, dengan Bumi yang setia menggenggam tangan Senja.
"SURPRISEEEEEE!!".
Senja menjatuhkan dagunya, menatap tak percaya. Tepat saat pintu terbuka, ia bisa melihat teman-temannya berdiri menyambut kedatangannya.
Ada Kayla, Bianca.... Yang Senja tidak tahu kapan gadis itu pulang dari Amerika. Narendra dan Jenandra pun ikut hadir.
Senja terharu.
"Ayo, sini-sini masuk." Kayla dan Bianca menarik tangan Senja untuk lebih masuk kedalam.
Suasana villa ini masih sama saat terakhir kali didatangi.
"Capek gak? Mau makan dulu atau langsung istirahat?" Tanya Kayla.
"Kata gue mah, makan dulu aja sih. Laper euy!" Timpal Naren.
Kayla mendelik. Yang ditanya siapa yang jawab siapa. "Gue nanya Senja, bukan Lo!".
"Yeee. Gue mewakili Ayang nih pasti laper, ya kan. Yang?".
Ah! Rasanya sudah sangat lama Senja tidak merasakan situasi seperti ini.
"Jangan ribut terus. Jodoh baru tau rasa!".
"OGAHHH!!" Seru Naren dan Kayla berbarengan.
"Bikin mie dulu aja ya? Gue juga laper sih. Ini si Janu juga daritadi belanja gak Dateng-dateng." Ujar Jenandra yang langsung di setujui oleh uang lain.
Udara Lembang yang dingin memang sangat cocok jika ditemani oleh semangkuk mie dengan asap yang masih mengepul. Lumayan untuk menghangatkan tubuh.
Senja menikmati mie semangkuk berdua dengan Bumi. Alasannya karena takut enggak habis.
Selesai dengan urusan perut, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Senja menuju lantai atas bersama dengan Kayla dan Bianca untuk membereskan barang-barangnya.
"Kangen Senja bangeeeettttt deh!".
Senja tersenyum. Lalu balik memeluk Kayla. Dia juga rindu. Beberapa menit mereka habiskan untuk mengobrol ngalor-ngidul.
Lalu kembali turun karena Januar sudah pulang dari belanjanya. Oh, ada satu gadis yang berdiri di belakang tubuh jangkung Januar. Senja mencoba mengingat, rasanya ia pernah bertemu.
Ah! Iya, kalo tidak salah Renata namanya.
"Ini. Enggak pada kangen sama ToD apa?".
"Ih! Kangen lah. Yuk, main yuk".
ToD seakan menjadi hal wajib jika mereka tengah berkumpul seperti ini. Lantas, tanpa membuang waktu. Mereka langsung berkumpul di ruang tengah.
Namun, sebelum melangkah lebih jauh, Bumi mencekal pergelangan tangan Senja. Menahannya sebentar.
"Kenapa?".
Bumi menggeleng. Lalu tersenyum.
Senja mengernyit bingung. Kenapa sih? Aneh banget.
"Bumi? Kesambet?".
Bumi kembali menggeleng lalu tersenyum.
Ngeri banget lihatnya.
"Bumiii. Jangan gini dong!" Rengek Senja ketakutan.
Bumi terkekeh. "Iya, enggak." Tangannya bergerak merapikan rambut Senja yang sedikit berantakan. "Makasih ya".
"Untuk?".
"Makasih untuk senyuman kamu hari ini. Senang enggak?".
"Senang".
"Banget?".
"Bangettttttt" ujar Senja yang mana membuat Bumi gemas.
"Aku juga senang. Habis ini aku cuma mau lihat Senja yang terus senyum. Janji ya?" Senja mengangguk dalam dekapan Bumi.
"Harusnya aku yang bilang terima kasih karena kamu udah ajak aku ke sini. Kumpul sama teman-teman. Kamu bikin aku senang hari ini. Makasih ya".
"No need, sayang. Udah tugas aku, tanggung jawab aku buat bikin kamu bahagia." Setelah meninggalkan kecupan singkat di kening Senja, mereka berdua pun membaur dengan yang lainnya.
Formasinya masih sama. Mereka semua duduk lesehan membuat lingkaran besar.
"mulai ya" Jenan memutar botol. Kemudian.... Terhenti tepat ke arah Januar.
"Truth or dare, Nu?".
"Truth".
Bianca lantas mengangsurkan sebuah tempat yang didalamnya ada kertas gulungan berisi pertanyaan untuk tantangan kejujuran.
Januar mengambil satu gulungan, lalu membukanya perlahan.
"Baca yang keras." Ujar Kayla.
"Siapa first kiss Lo".
"Waduh!!" Semuanya bersorak kompak.
"Yakin sih gue mah, Lo bakal lupa. Soalnya kebanyakan cewek." Ungkap Bumi membuat yang lain terbahak-bahak.
"Sialan!".
"Ayo, jawab!".
Januar. Lelaki itu, berdehem singkat. Menengok ke arah gadis yang duduk disamping kirinya. Renata, mematik senyum. Seolah berkata tidak apa-apa jika bukan dirinya yang menjadi jawaban pria itu.
Semua yang ada di sana pun merasa was-was. Tak enak hati dengan Renata.
Januar membasahi bibirnya sebelum menjawab dengan yakin. Dan, satu nama yang keluar dari bibirnya sukses membuat suasana menjadi canggung.
"Bianca".
********
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita Yang Membumi
Teen FictionEnd. First Senja Bumi🤗 Aku tidak menginginkan amorfati, aku hanya memerlukan jatukrama yang amerta. Kita adalah fatamorgana yang terlalu aksa disebut jatukrama. Cover by Pinterest.