Bab 1

3.1K 176 0
                                    

"Assalamu'alaikum, Bumi pulaaang"

"Wa'alaikumsalam"

"Loh? Kok elo yang jawab?".

"Ya emang kenapa? Salam kan hukumnya wajib dijawab!".

"Bukan gitu, gue takutnya Elo kepanasan denger salam dari gue".

"Sialan!".

"MAMA! ADEK NGOMONG KASAR NIH!".

Teriakan Bumi menggema di seluruh ruangan. Tanpa menunggu hitungan menit, ia langsung lari terbirit-birit ketika mendapati Chenda-adiknya yang terlihat akan menyerangnya. Bumi terus berlari tunggang-langgang menghindari pukulan maut sang adik.

"Stop! Stop! Istirahat dulu, capek" ucap Bumi dengan napas ngos-ngosan.

Perlahan ia dekati lemari pendingin yang berada di sisi kanan. Sebotol air mineral sudah berada digenggaman. Dengan gerakan cepat, ia membuka tutup botol, lalu meneguk air tanpa tersisa.

"Udah belum, istirahatnya?" Tanya Chenda yang masih setia berdiri tak jauh dari abangnya.

"Ntar dulu" ucap Bumi dengan tangan memegang dada dan deru napas yang belum stabil. Sebenarnya tanpa Chenda sadari, itu hanyalah akal bulus Bumi aja.

Perlahan tapi pasti, Bumi berjalan mundur, mimik mukanya masih menampilkan seolah-olah kelelahan, matanya terus melirik ke arah pintu kamar yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Tapi, tak lepas pula mengawasi Chenda dihadapannya

"Udah".

BRAKK!!

"WOY!!"

"BUKA PINTUNYA!!".

Chenda teriak kesetanan ketika menyadari bahwa ia telah menjadi korban tipu kakak ya. Telat setelah Bumi mengucapkan kata 'udah' lelaki itu langsung membuka pintu kamar dan menutupnya kembali dalam hitungan detik.

Sial gue dikibulin.

"Awas aja lo, gue bilangin mama!".

Sementara diluar Chenda tengah misuh-misuh. Sang pelaku malah terlihat begitu senang, raut mukanya tidak menunjukkan penyesalan sama sekali. Bumi memang seperti itu. Setiap hari tanpa ada kecuali, ia selalu menjahili adik-adiknya.

Bumi punya dua adik. Mereka kembar, yang sangat tidak indentik. Bahkan dari nama pun tidak ada mirip-miripnya. Yang satu Chenda Ardiansyah Pradipta, satunya lagi Daniel Aji Pradipta. Bahkan bukan dari nama saja, sifat dan sikapnya pun jauh berbeda. Chenda adalah definisi adik laknat yang sesungguhnya. Sedangkan Aji adalah adik idaman seluruh kakak di dunia, meskipun kadang ada aja hal-hal random yang dilakukan oleh Aji.

Selain itu, Bumi juga punya satu bidadari paling cantik dihidupnya. Namanya Mama Ratna. Mama paling hebat di belahan dunia. Mama mampu mengurus ketiga anaknya tanpa bantuan dari siapapun. Ayah sudah meninggalkan mereka 5 tahun yang lalu.

Diluar sudah tidak terdengar lagi suara teriakan melengking dari adiknya. Bumi merebahkan tubuhnya di atas kasur. Seragam SMA-nya masih melekat ditubuh. Matanya terpejam sesaat, tapi kembali terbuka saat mendengar notifikasi dari ponselnya.

Ada pesan dari grup kelas yang isinya pemberitahuan jadwal ulangan tengah semester untuk Minggu depan. Setelah meng-screenshoot pesan itu, Bumi berniat untuk mandi sekarang, sebelum Mama menggedor pintu untuk mengajaknya makan malam bersama.

Belum mencapai kamar mandi, ponselnya kembali berbunyi. Kali ini suara nada dering panggilan masuk. Dengan langkah gontai, Bumi mengambil ponselnya.

Decakan kesal keluar dari bibirnya ketika melihat siapa si pengganggu itu, namun tak menyurutkannya untuk menerima panggilan itu.

"BUMIII!".

"Hmm".

"Lagi apa?".

"Mau mandi, ada apa? Buru to the point".

"Gue kerumah Lo ya. Dirumah gak ada orang".

"Mas arel kemana?"

"Belum pulang, masih nugas"

"Bunda?".

"Lagi ke supermarket".

"Oh yaudah".

"Asik! Otw!"

Setelah panggilan terputus Bumi melempar ponselnya ke tengah kasur. Lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sebelum seseorang datang merecoki.

                              ********

"Wih, banyak makanan. Mama masak apa?".

"Biasa request-nya anak-anak. Senja sudah makan belum?".

"Kebetulan belum, Ma, hehehe".

"Yaudah makan disini aja. Bisa minta tolong panggilan Bumi?".

"Siap bisa ma".

Belum sempat melangkah kaki, Bumi sudah muncul dari arah kamarnya. "mama, ngapain sih nyuruh nih bocah makan disini" kata Bumi sambil mencomot satu tempe goreng lalu memakannya dengan tenang.

"Sirik aja Lo".

"Heh! Ini rumah gue, kalo Lo lupa".

"Biarin sih! Mama aja nggak masalah. Lagian kan Lo yg ngebolehin gue kesini.

Benar. Perkataan gadis yang ada di depan Bumi saat ini memang benar. Ia yang mengizinkan gadis itu datang ke rumahnya. Ia juga harus selalu siap dengan segala tingkah ajaib dari gadis itu.

Namanya Senja. Senja Deepa Sadajiwa. Anak bungsu dari dua bersaudara, berisik, petakilan, gak punya malu, nyusahin, cerewet, playgirl. Itu hanya sedikit dari banyaknya sifat buruk yang ada di diri Senja. Bumi tidak akan memberi tahu yang lain, karena akan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membicarakan sifat gadis itu.

Sekarang lihat saja tingkahnya. Senja sudah mengambil piring lalu mengisi dengan berbagai jenis lauk-pauk yang tersedia. Seolah-olah semua makanan di meja disediakan khusus hanya untuk dirinya. Bumi hanya menggelengkan kepala melihat itu, sudah biasa.

"Omong-omong si kembar mana, Ma?" Tanya Senja pada Mama Ratna.
Senja memang memanggil Mama ke mamanya Bumi

"Lagi jajan ke warung depan, sebentar lagi juga pulang kayaknya".

Tak sampai satu menit, ucapan mama benar adanya, kedua anak kembarnya datang sembari menenteng kresek hitam.

"Wih ada Mbak Senja" kata Chenda.

"Kakak dong Chen, gak elit banget manggilnya Mbak" entah sudah kali keberapa Senja protes atas panggilan Chenda untuknya.

"Kan panggilan sayang dari aku buat kamu".

"Idih, najis" ungkap Aji ketika melihat Chenda mengungkapkan itu sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Aji nggak baik ah, ngomong kayak gitu didepan makanan" tegur mama pada Aji, yang membuat Aji langsung meminta maaf.

"Yaudah, buru makan dulu, mumpung semuanya masih pada anget" titah Mama dan langsung dipatuhi oleh anak-anaknya.

Mereka berlima Menikmati santapan makan malam di piring masing-masing. Diselingi dengan keributan dari Bumi dan adik kembarnya yang memperebutkan satu buah tempe yang tersisa di atas piring.

Swastamita Yang Membumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang