Extra part

1.5K 140 11
                                    

Suara berisik alarm membuat Senja terjaga dari tidurnya. Dengan mata terpejam, tangannya meraba nakas di samping untuk menghentikan bunyi itu. Saat mengubah posisi tubuhnya, Senja berjengit kecil ketika tak sengaja bertubrukan dengan tubuh seseorang yang tertidur di sampingnya.

Dia Bumi, suaminya.

Bukan hal baru memang, namun Senja sering kali dibuat terkejut saat membuka mata dan mendapati Bumi tertidur disisinya. Diatas ranjang dan dalam satu selimut yang sama.

Alih-alih bangun, ia justru asyik mengamati wajah tampan nan manis milik suaminya dalam jarak yang sangat dekat.

Bulu mata lentik yang menghiasi mata indahnya.

Hidung mancungnya yang sering kali orang bilang mirip dengan hidup milik Senja.

Bibir tipis namun penuh uang terbuka sedikit ketika sedang terlelap.

Jemari lentik Senja menyusuri mole milik lelakinya. Mole yang membentuk sebuah udara minor. Seolah-olah menyempurnakan keindahan yang dimiliki suaminya. Dari dulu, hingga sekarang. Bagian itulah yang menjadi favorite Senja.  

"Bumi bangun yuk" ujar Senja pelan sambil memainkan dagu milik pria itu.

"Bangun yuk. Subuhan bareng".

Bumi terusik dari tidurnya, menggeliat pelan sebelum sadar sepenuhnya. Tatapnya jatuh pada mata indah milik sang istri uang tengah memberikan senyuman sebagai sapa dipagi hari.

"Tumben bangun duluan".

Senja menjauhkan tubuhnya, mengangkat selimut yang memerangkap tubuh mereka berdua, kemudian melipatnya hingga tapi.

"Aku tuh sebenarnya morning person ya, cuma kalo lagi capek aja bangunnya siang".

Ada kekehan pelan yang Senja dengar, tentu saja itu milik Bumi. Pria itu bergerak mendekat, mencuri satu kecupan di bibirnya.

Semenjak menikah, Bumi lebih sering mencium Senja tanpa izin. Entah pria itu sedang marah, kesal, gemas, pokoknya sehari-hati harus mencium Senja. Kayaknya kalo enggak gitu Bumi bakal meriang deh.

"Iya percaya deh".

Setelah mengatakan itu, Bumi berlenggang menuju kamar mandi, lalu disusul Senja dan mereka melaksanakan dua rakaat wajib di waktu shubuh.

"Hari ini mau pake kemeja warna apa?".

Kebiasaan baru yang Senja jalani setelah menikah adalah menyiapkan semua kebutuhan Bumi dipagi hari, seperti menyiapkan baju yang akan dipakai ngantor, kemudian akan begitu sibuk didapur untuk membuat sarapan. Meskipun, hanya telor ceplok sederhana yang bisa ia hidangkan.

Tiga Minggu berjalan. Senja masih menikmati peran barunya.

Kadang paginya akan diisi oleh kejahilan Bumi. Dibuat kesal oleh pria itu karena menaruh handuk di sembarang tempat. Keluar kamar mandi dengan kondisi tubuh yang masih basah sehingga meninggalkan tetesan air diatas lantai. Hingga terjadi pertengkaran-pertengkaran kecil yang selalu mengisi pagi mereka.

Namun tak jarang juga ia sering mendapatkan perlakuan-perlakuan manis yang membuatnya semakin jatuh pada pria itu.

"Keasinan gak?" Tanya Senja dengan raut wajah penuh kecemasan menatap pada sepiring nasi yang alasnya tertutup oleh telor mata sapi.

Bumi menggeleng dengan gerakan santai. "Hari ini lebih baik dari yang kemarin." Ada senyum tulus yang tersemat dikedua sudut bibirnya.

"Huft. Syukur deh" ucap Senja lega, "maaf ya kalo tiap pagi kamu selalu sarapan sama telor ceplok yang kadang hambar, kadang keasinan".

Swastamita Yang Membumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang