Bab 18

967 93 0
                                    

"Ayang, kok cemberut gitu?" Tanya Naren saat melihat wajah Senja yang tertekuk masam.

"Diem!" Naren mendelik, lalu menatap Bumi meminta penjelasan.

"Baeud. Masalah koper eta".

"Ooohhhhh".

Perkara koper yang menjadi drama di pagi hari membuat Senja marah pada Bumi. Pasnya sudah semalam gadis itu mem-packing barang-barang yang akan dibawanya, namun dengan seenak jidat Bumi masuk ke kamarnya dan mengeluarkan semua barang yang sudah tertata rapi.

'kita tuh cuma mau ke Lembang. Bukan ke Bali!'.

Begitu yang diucapkan oleh lelaki itu saat menyusun kembali barang bawaan Senja ke dalam sebuah bagpacker yang lebih kecil. Bagaimana Bumi tidak kesal, segala hairdryer, alat catok rambut, dan segala jenis barang yang tidak Bumi tau ada di dalam koper gadis itu. Yang Bumi yakini barang-barang itu tidak akan terpakai sama sekali. Hah, wanita dengan segala ke-riweuhannya memang tidak bisa dipisahkan.

"Pegangan" kata Bumi saat akan menancapkan gas motornya. Senja masih terdiam.

"beneran gak mau pegangan? Gue mau ngebut loh ini" kemudian, kedua bahunya terasa berat sebab tangan Senja berada disana dan sedikit mencengkramnya. Senyum tipis tersungging di bibir Bumi.

Satu jam kemudian mereka tiba di Villa milik Jenandra. Sebuah villa lantai dua, dengan kolam renang di sisi kiri dan rumput Jepang yang memenuhi sepanjang halaman.

Udara semakin dingin saat mereka turun dari motor masing-masing. Para perempuan langsung mengeratkan sweater yang mereka kenakan karena angin yang terasa menusuk kulit.

"langsung masuk aja, yuk!" Ajak Naren.

Mereka melangkahkan kaki menuju pintu masuk, lalu mendudukkan diri di sebuah sofa yang ada di ruang tengah. Senja celingukan melihat sekeliling.

"Beneran anak kaya si Jenandra" ucapnya kala melihat-lihat furniture di dalam ruangan yang pastinya bukan dari merek ecek-ecek.

Yang punya villa baru saja muncul sembari membawa beberapa gelas minum dari arah pantry.

"Kalian udah pada laper belum?" Tanyanya.

"Lumayan sih Je. Udah kruyukan terus ini perut gue" kata Bumi sambil memegang perutnya, yang lain pun sama.

"Bentar ya. Tadi sih kata Bunda, ada pesen makanan yang udah jadi" ucap Jenandra lagi, kemudian pria itu melangkah menjauh sambil membawa ponsel gengamnya.

Jenandra kembali bergabung "katanya lagi di jalan".

"Psssttt! Je! Lo lagi nyari calon pendamping hidup gak" kening Jenandra mengeryit mendengar bisikan Kayla.

"Kalo iya, gue mau daftar" lanjutnya yang mana membuat Naren tertawa di terbahak-bahak.

"Jangan ngarep! Mana mau si Jenan sama Lo".

"Apa sih! Nyaut Mulu. Gue gak ngomong sama Lo!" Sewot Kayla.

"Sambil nunggu makanan Dateng. Kita ngegame aja lah yuk?" Usul Bumi yang sebenarnya bertujuan untuk melerai perdebatan yang baru saja akan dimulai oleh Naren dan Kayla.

Yang lainnya mengangguk setuju.

"Maen apa nih?" Tanya Bianca.

"ToD" usul Janu.

"Sebenarnya bosen yaa. Cuma gak papa deh" kata Senja.

Akhirnya mereka memainkan game Yang sudah tidak asing lagi. Menggunakan botol kemasan yang diputar di lantai beralas karpet. Mereka semua duduk lesehan mengelilingi botol. Putaran pertama yang dilakukan oleh Bumi. Mereka yang ada di sana harap-harap cemas. Takut jika ujung tutup botol itu mengarah ke diri mereka.

Swastamita Yang Membumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang