Bab 38

969 125 6
                                    

Setelah diantar oleh Kayla dengan selamat, Senja langsung mengurung dirinya di dalam kamar. Mematikan daya ponselnya menghindari beberapa panggilan dan spam chat.

Masa bodoh dengan Bumi dan segala penjelasannya. Senja hanya butuh waktu dan tenang untuk meredakan amarahnya.

Suara ketukan pintu terdengar pelan, lalu knop itu bergerak turun dan pintu terbuka dari luar.

"Adek sibuk?" Suara Bunda menggema di ruangan.

"Kenapa, Bun?".

Bunda mendekat, duduk di sisi sang putri.

"Di depan ada Bumi tuh".

"Iya biarin aja".

"Adek gak mau ketemu?".

Senja terdiam. Menatap Bunda, lalu menghembuskan nafasnya.

Bunda yang paham pun langsung mengusap rambut Senja lembut. "Berantem ya?".

Anggukan kecil menjadi jawab atas pertanyaan itu. "Dari dulu, kalian kok berantem terus sih?".

"Bumi yang mulai duluan!".

"Iya-iya" Bunda memilih menuruti ucapan putrinya yang sedang merajuk. "Jadi mau disamperin atau engga ini Bumi nya?".

"Engga bilang aja Adek udah tidur".

"Oke. Bumi Bunda suruh pulang nih ya"

"iya. Usir aja, bilang juga jangan ke sini lagi".

"Jelek banget sifat kamu. Nurun dari siapa sih?".

"Kalo gak Bunda ya Ayah lah".

"Bunda waktu muda dulu gak gini".

"Iyaa Bunda mah anak baik yaaa".

Kekehan Bunda terdengar pelan saat melihat Senja yang semakin merajuk. Diusapnya pipi gadis itu.

"Jangan lama-lama marahannya ya".

Setelah itu, Bunda keluar dari kamar. Namun, tak berjarak lama. Suara ketukan pintu kembali terdengar. Dengan langkah ogah-ogahan Senja membuka pintu tersebut. Sosok Karrel terlihat menjulang tinggi di hadapannya.

"lagi apa dek?".

"Kenapa deh?".

"Itu, gue lihat Bumi daritadi. Mau jalan?".

"Ck! Kirain ada apa'an. Suruh pulang aja anaknya!".

Lipatan di dahi Karrel tercetak jelas. "Berantem ya?" Kalimat dan nada bicaranya sama persis ketika Bunda bertanya.

"Bukan urusan Lo!".

Brakk!!

Pintu tertutup kencang. Persetan dengan ketidaksopanan. Senja benar-benar tidak ingin membahas apapun tentang Bumi. Bahkan sekedar mendengar namanya disebut pun enggan.

Belum lama ia menutup pintu, sudah ada yang menggedor lagi. Kali ini, Senja berjalan dengan penuh emosi.

"Apa lagi sih?" Gumamnya sambil berjalan tegas.

"Kenapa lagi sih mas?".

Hening.

Senja tertegun.

Kali ini bukan Karrel maupun Bunda yang menggangu. Melainkan seseorang yang membuat harinya buruk. Seseorang yang tidak ia harapkan kehadirannya. Seseorang yang ia hindari setengah harian ini.

Tak ingin menatap wajah itu lebih lama, Senja langsung menutup pintu kamarnya. Namun, sayang. Pergerakan cepat dari Bumi membuat pintu tertahan.

"Jauhin kaki Lo!"

Swastamita Yang Membumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang