Seperti yang dikatakan Bianca empat hari yang lalu, kini di Sabtu dengan cuaca yang cerah, anak-anak SMA Mahardika tengah berkumpul di lapangan sembari mendengarkan arah untuk memasuki tiap-tiap stand universitas. Iya, acara expo campus tengah berlangsung. Dan bertepatan dengan itu, hari ini pula Senja akan bertemu dengan Raka, seusai dengan janji yang telah mereka sepakati. Oleh sebab itu, senyum ceria tak pernah luntur dari bibirnya semenjak pagi.
Kantin sekolah menjadi pelarian Senja dan Kayla selepas acara expo campus selesai. Bianca bilang, ia akan menyusul setelah rapat evaluasi selesai.
"Jadi jalan sama Raka?" Tanya Kay setelah menyesap minumannya.
Senja mengangguk, "gue ganti baju dulu bentar ya" ujarnya lalu berjalan ke arah kamar mandi di dekat Kantin untuk mengganti seragam sekolahnya.
Dua puluh menit setelahnya, Senja keluar dari kamar mandi, kedua alisnya tertaut kala melihat meja yang ditempatinya bersama Kayla, sudah bertambah penghuni. Ada Bumi, Naren, dan Jenandra di sana.
"Wuidiihhh ayang Senja geulis pisan!" Adalah suara Naren yang berseru heboh saat melihat Senja datang dengan pakaian casualnya.
Mengisi kursi di samping Bumi, Senja merotasikan bola matanya ketika melihat Naren tersenyum menggoda ke arahnya. "Bocah edan, si Naren" ucapnya.
"Mau kemana?" Tanya Bumi kali ini.
Belum sempat menjawab pertanyaan itu, ponselnya berdering. Ah, tepat sekali. Di tunjukkan si pemanggil itu ke hafalan Bumi, Senja seolah memberi jawaban atas pertanyaan Bumi tadi.
"Duluan ya, barudaks!" Pamit Senja, lalu membawa tas dan berlalu dari sana.
"Mau kemana tu anak" tanya Naren penasaran.
"Biasa! Malam minggu. Emangnya Lo!" Jawab Kayla yang sedikit membuat Naren naik pitam. Dan bertepatan dengan itu datang Januar dan Bianca.
"Si Senja jadi pergi sama Raka?" Ucap Bianca saat sudah mendudukkan dirinya di sisi Kayla".
"Jadi".
"Gue juga duluan" kata Bumi tiba-tiba.
Dengan gerakan tergesa. Pria itu meninggalkan teman-temannya. Semua yang ada di meja menatap bingung ke arah kepergian Bumi.
Janu menggelengkan kepalanya, lalu berdecak. "Calon bulol" ucapnya.
Gerak langkah kaki yang terburu-buru membuat Bumi dengan tak sengaja menyenggol seseorang di depannya.
"Aduh" lenguh orang itu saat bahunya menabrak pundak kokoh Bumi.
"Sorry-sorry" sambil membungkukkan tubuhnya, Bumi meminta maaf. Lalu berlalu begitu saja dari sana dan kembali berlari menyusul keberadaan Senja.
Grepp.
Bumi berhasil menangkap lengan Senja dan menghentikan pergerakannya.
"Kemana?".
Senja mengerjapkan matanya begitu melihat pria di hadapannya bercucuran keringat. "Keluar sana Raka".
"Kemana?".
"Ya... Jalan-jalan".
"Iya. Kemana?".
"Nonton, makan, keliling Braga. Udah?".
Bumi mengangguk. "Anaknya mana?".
Senja mengarahkan jari telunjuknya, "di depan gerbang".
"Oke. Ayok" ucap Bumi lalu berjalan mendahului Senja.
"kenapa.... Sih" gumam Senja sambil menggelengkan kepala, kemudian menyusul langkah Bumi.
Disana, di depan gerbang, di atas sebuah motor, ada sosok yang Senja tunggu kedatangannya. Sembari mengulas senyum, Senja melambaikan tangan saat sosok itu menatap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita Yang Membumi
JugendliteraturEnd. First Senja Bumi🤗 Aku tidak menginginkan amorfati, aku hanya memerlukan jatukrama yang amerta. Kita adalah fatamorgana yang terlalu aksa disebut jatukrama. Cover by Pinterest.