Klek.
Senja membuka pintu kamar dengan perlahan dan sangat hati-hati. Pandangannya jatuh menatap Bumi yang tengah berbaring dengan lengan yang menutup matanya.
"Orang itu babak belur".
"Kalo gak dilerai pasti bakal mati".
Buku-buku tangan Bumi yang terlihat memar cukup menjadi bukti untuk membenarkan perkataan Aji beberapa waktu lalu. Sekuat apa dia memukul orang itu?
Senja bergerak mendekati ranjang, kemudian mengisi ruang kosong di sisi Bumi. Tanpa banyak bersuara, dia meraih tangan kanan pria itu yang terkulai diatas perutnya.
"Ck!" Bumi berdecak. Kemudian menepis tangan Senja.
"Ta-tangannya biar aku obatin".
"Gak usah".
Hatinya berdenyut nyeri ketika mendapat penolakan itu. Senja membasahi bibirnya, "sebentar aja kok. Biar gak makin parah".
Dia kembali meraih tangan Bumi dan untungnya tidak ada penolakan dari pria itu. Dengan telaten Senja mengompres buku-buku tangannya yang memar. Geraknya perlahan agar tidak menimbulkan rasa sakit.
"Eh, sakit?" Tanya Senja panik saat mendengar Bumi meringis pelan.
"cukup" Bumi menjatuhkan tangannya.
"Bumi..." Panggil Senja melihat Bumi bangkit dan hendak menjauh dari Senja. Langkah pria itu memang terhenti, namun Senja hanya mampu memandang punggungnya saja.
"Kamu... Marah?" Pertanyaan bodoh! Bumi jelas marah.
"Maaf".
"Aku... Minta maaf".
Bumi mengadah menatap langit-langit kamar. Hembusan nafasnya terdengar berat, untuk kali ini saja. Dia sangat marah dan egonya merasa tersentil saat mengetahui fakta bahwa selama ini, Senja digoda oleh laki-laki lain. Dan bodohnya, Bumi bahkan tidak tahu-menahu perihal itu.
"Bumi...."
Matanya terpejam sebelum tubuhnya berbalik, menghadap wanita yang menjadi poros dunianya. Netra Bumi bertemu dengan manik hitam kelam milik Senja.
"sudah sejauh apa?".
Sialan!
Bumi memaki dirinya sendiri saat tanpa sadar mengucapkan pertanyaan yang mungkin bisa menyakiti hati Senja. Hanya, tidak ada kalimat lain yang terlintas di otaknya selain kata-kata itu.
Senja bangkit, mendekat dan berdiri tak jauh dari posisi Bumi saat ini. "Maksud kamu?".
Bumi berdecih, "dia udah nyentuh kamu kan? Dimana aja hm? Kamu gak berniat ngasih tau aku?".
"Oh! Atau, kamu emang sengaja gak ngasih tau. Mau main-main dibelakang aku? Iya? Kamu suka?".
PLAK.
Napas Senja memburu. Wajahnya memerah menahan amarah.
"Kamu gila?!!".
"Bumi.... Aku bahkan gak balas satu pun chat dari orang itu! Aku ketakutan! Tapi kamu malah....?" Senja menggelengkan kepalanya.
Dia bergerak cepat setelah mengatakan kalimat itu. Keluar meninggalkan Bumi bersama rasa bersalahnya. Setelah mendapat tamparan yang keras serta mendengar nada bicara Senja yang terdengar bergetar. Bumi seolah tersadarkan.
Sialan!
Brengsek!
"Bego! Bumi, Lo bego!!".
Saya suka istri anda, Mas Bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita Yang Membumi
Teen FictionEnd. First Senja Bumi🤗 Aku tidak menginginkan amorfati, aku hanya memerlukan jatukrama yang amerta. Kita adalah fatamorgana yang terlalu aksa disebut jatukrama. Cover by Pinterest.