Wisata alam yang menyediakan berbagai permainan outbound menjadi pilihan mereka. Beruntungnya hari ini langit begitu cerah dengan awan yang membingkainya. Jenandra dan Bumi bergerak untuk membeli tiket. Setelah mengantongi itu, mereka pun masuk satu persatu. Seruan riang terdengar dari bibir Senja, Kayla dan Bianca. Ini yang mereka tunggu-tunggu.
"Mau kemana dulu nih?" Tanya Bumi.
"Flying fox yokkk" Senja menyahuti.
Yang lain mengangguk setuju. Mereka pun berjalan menuju area tersebut. Namun untuk mencapai flying fox yang dituju. Mereka harus melewati jembatan Burma dan jembatan tali dua. Baru setelahnya mereka bisa menaiki wahana flying fox.
Jembatan Burma adalah jembatan dengan bilah papan yang tergantung pada tali di atas ketinggian 7 meter dan melintang sejauh 20 meter. Sangat amat menguji adrenalin bukan?
Yang pertama kali maju adalah Senja. Ia merasa begitu tertantang untuk melewati jembatan Burma. Teriakannya terdengar nyaring ketika bilah papan itu bergoyang-goyang setiap ia melangkah. Membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Setelah berhasil melewati jembatan Burma, Senja masih harus melewati jembatan tali dua. Ia harus menapaki seutas Sling kawat baja dengan hanya berpegangan pada seutas tali setinggi dada.
"BUNDAAAA!!" Serunya begitu pijakan terus bergoyang seiring dengan setiap langkah kakinya. teman-teman yang menonton dibuat tertawa melihat tingkah Senja.
"INI KENAPA GOYANG TERUS? PADAHAL GAK ADA MUSIK DANGDUT?!!"
Meski begitu, Senja tetap melangkahi tiap pijakannya. Dan... Hap! Ia berhasil mengginjakkan kakinya di ujung jembatan. "YEAYYY GUE NYAMPE!" Ucapnya seraya melompat kecil.
Sekarang giliran Kayla yang menyusul. "AYO KAY! SEMANGAT!!" sorak Senja menyemangati. Setelah Kayla berhasil, dilanjut oleh Bianca. Kemudian disusul Jenandra, Januar, Naren dan Bumi menjadi yang terakhir.
Semuanya sudah berkumpul untuk menunggu antrean flying fox. Mereka akan meluncur bebas dari ketinggian 25 meter di atas sebuah lembah hijau. Teriakan terdengar begitu kencang saat satu-persatu dari mereka menaiki flying fox.
"Tuhan Yesus. Bunda Maria. Maaf kalau umatmu ini jarang sekali beribadah" gumam Naren sebelum dirinya melaju dengan begitu cepat. Lalu berteriak lantang.
Mereka mengistirahatkan diri sebelum lanjut ke wahana berikutnya. Duduk di kursi yang mengelilingi meja bundar. Alam sejuk. Lembang menemani waktu istirahat mereka.
"Abis ini main paintball yuk?" Ajak Bianca antusias.
"Boleh-boleh. Kayaknya seru juga".
"Tapi. Kita kan ganjil nih, nanti bagi timnya gimana?".
Kayla mengangkat tangan untuk izin berbicara. "Gue enggak ikut ya. Soalnya ngeri kalo tembak-tembakan gitu. Gue bagian ambil foto aja" ungkapnya.
"Oke deh. Buat nentuin timnya mau gimana nih?".
"Biar adil sih. Hompipah alahium gambreng aja" jawab Bumi atas pertanyaan Naren.
"Yaudah yok mulai!".
Mereka menggerakkan telapak tangan ke kanan dan ke kiri, seraya merapalkan, "Hompipah alahium gambreng!!".
Jumlah yang tertutup lebih banyak dari yang terbuka. Lantas mereka melanjutkan kembali. "Nek Ijah pake baju rombeng!"
Senja, Naren, dan Januar berada tim yang sama. Sisanya ada Bianca, Bumi serta Jenandra.
"Eh bentar" cegah Naren saat mereka hendak menuju tempat painball itu sendiri. Yang lain menolehkan kepala ke arah Naren.
"ini biar seru. Harus ada taruhannya nih. Yang kalah dapat hukuman apa?".
Mendengar itu yang lain nampak berpikir. "Emm, berhubung nanti sore kita mau BBQ. Gimana kalo yang kalah, mereka siapin semuanya?" Mereka mengangguk setuju dengan usul Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita Yang Membumi
Teen FictionEnd. First Senja Bumi🤗 Aku tidak menginginkan amorfati, aku hanya memerlukan jatukrama yang amerta. Kita adalah fatamorgana yang terlalu aksa disebut jatukrama. Cover by Pinterest.