Salah satu restoran yang menyajikan makanan khas jelang di daerah paskal menjadi tempat persinggahan Senja selepas pulang sekolah. Masih dengan seragam yang melekat di tubuhnya, Senja terduduk seorang diri di sebuah kursi dengan meja bertuliskan 4. Sudah 15 menit yang lalu Senja menunggu.
Kini pandangannya terpaku pada seorang pria paruh baya hang melangkah melewati pintu masuk, bersama dengan seorang wanita yang baru saja memasuki usia 30, dan tidak lupa akan sosok gadis kecil dengan rambut yang dibiarkan tergerai, berjalan diantara keduanya sambil menggenggam jari-jemari pria paruh baya itu.
Tatapan mereka bertemu, sedikit senyum simpul terbit dari bibir sang pria. Senja berdiri dari duduknya, menyambut kedatangan mereka yang sudah ditunggu kehadirannya sedari tadi.
"Sudah lama?" Adalah sapaan yang pertama Senja dengar.
"Baru datang kok".
"Adek, salam dulu sama teteh" suara lembut dari sang wanita mengudara. Gadis kecil yang dipanggil dengan sebutan Adek itu mendekati senja mengulurkan tangan kecilnya.
"pinter" puji pria yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya.
"Sudah pesan?" Tanyanya lagi saat mereka sudah duduk.
Kepala Senja menggeleng sebagai jawaban. "Oke, kita pesan sekarang saja. Adek mau apa?".
"Aku-".
"Aku-".
Senja mengerjap saat dia dan flora menjawab dengan bersamaan.
"Ohh sorry" ucap Senja tak enak hati.
"Hahaha. Gapapa. Ayah lupa, kalian sama-sama dipanggil adek ya? Tapi, sekarang adeknya flora dulu ya? Gak apa kan?" Senja hanya mampu menganggukkan kepalanya.
"Adek mau makan apa?" Tanya pria itu lagi.
Senja meringis pelan saat mendengar suara lembut keluar dari bibir pria yang menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Ayah.
"Kalo Senja mau makan apa?".
Senja?
"Nja? Mau makan apa?" Tanyanya lagi.
Ah, Senja ya?
Menghela nafas perlahan. Senja berusaha untuk bersikap biasa saja saat pria di depannya ini memanggil namanya dengan jelas. Entahlah, saat ini, Senja merasa seperti... Asing.
"A-aku, samain aja kayak Ayah".
"Oke".
"Senja apa kabar sayang?" Ucap wanita itu tepat setelah Pramusaji meninggalkan meja mereka.
"Baik Tante".
"Senja tuh udah kelas 12 ya? Sebentar lagi kuliah dong. Mau lanjut mana?" Tanyanya lagi.
"emmm, masih bingung Tante".
"Ambil kedokteran aja. Biar nanti langsung kerja di RS Ayah" ujar sang Ayah.
"Adek. Emmm, maksudnya Senja belum tahu yah. Kalo pun kedokteran, Senja harus bicarain dulu sama Bunda sama Mas kan?".
"Bunda dan Karrel pasti setuju aja kok".
"Iya. Nanti Senja pikir-pikir lagi yah".
"Papa...".
"Iya sayang".
Sayang....
Kedua tangan Senja saling mengepal di bawah meja. Ada rasa... Sesak di dalam dadanya saat mendengar kata itu terucap bukan untuk dirinya.
Flora... Gimana rasanya dipanggil sayang?
Senja mengalihkan pandangan saat melihat sang Ayah mengelus Surai flora dengan lembut, entah apa yang mereka bicarakan. Semua perhatian yang Ayahnya berikan untuk gadis kecil yang berada di sisinya membuat Senja merasa... Iri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita Yang Membumi
Teen FictionEnd. First Senja Bumi🤗 Aku tidak menginginkan amorfati, aku hanya memerlukan jatukrama yang amerta. Kita adalah fatamorgana yang terlalu aksa disebut jatukrama. Cover by Pinterest.