Dua Minggu telah berlalu. Bumi pun sudah diperbolehkan pulang.
"Ada lagi gak, Ma?".
"Enggak, Nak. Udah masuk semua kok itu".
Senja mengangguk kemudian menutup Zipper tas yang membawa perlengkapan Bumi semasa rawat inap. Di sana bukan cuma ada Mama dan Senja, tapi ada Karrel juga Janendra. Senja meminta bantuan mereka untuk membopong Bumi ke kursi roda. Iya, meskipun sudah diperbolehkan pulang, Bumi belum sembuh total. Kakinya masih belum bisa digunakan dengan sempurna sehingga harus menggunakan bantuan Kursi roda.
"Yaudah yuk".
"Nja. Pegang kursi rodanya ya" Senja patuh. Memegang kursi roda ketika Karrel dan Jenandra membawa Bumi bergerak dari ranjang.
"Pelan-pelan aja. Awas tangannya itu" kata Senja.
"Diem, dek. Nanti kita gak fokus".
"Buset! Maneh selama di sini makan terus Bum? Perasaan berat banget" kata Karrel sesaat setelah membantu Bumi duduk di kursi roda.
"Tuh. Adek Lo tiap hari bawain terus makanan enak. Gue mana bisa nolak".
"Gue yang kakaknya aja, gak pernah tuh dibikinin makanan" keluh Karrel yang sebenarnya lebih ke arah sindiran.
"ini beda! Mas kalo mau, sakit dulu sana".
"Amit-amit!" Kata Karrel sambil mengetuk-ngetuk ranjang kemudian beralih ke kepalanya.
"Udah. Malah ribut. Yang lain udah nungguin di rumah" Mama melerai ketiganya.
Mereka pun berjalan beriringan. Karrel mendorong kursi roda Bumi. Sedangkan Senja membantu Mama membawa barang-barang. Jenandra berjalan di depan agar cepat sampai dan membukakan pintu mobil.
Ah, iya. Mereka pulang menggunakan mobil Jenandra. Pria itu bilang, teman-teman yang lain pun sudah menunggu di rumah Bumi. Katanya sih, bakal bikin kejutan. Tapi Jenandra gak bilang kejutannya apa. Yaiyalah, namanya kejutan kok ngasih tahu, bukan kejutan namanya.
Perjalanan menuju pulang memakan waktu 30 menit karena padatnya jalanan.
Saat mobil sudah terparkir, Karrel turun lebih dulu untuk membuka pintu mobil dan mengambil kursi roda. Senja menjadi orang yang terakhir turun.
"SUPRISEEEEE!" Terdengar sorak Sorai ketika Mama membuka pintu utama. Disana ada Si kembar, Januar, Narendra, Bunda dan oh! Ada kinan juga ternyata. Mereka semua memakai topi berbentuk kerucut lalu memegang sebuah terompet kecil. Dinding di belakang sofa, dihias oleh pernak-pernik dan tulisan "WELCOME BACK BUMI!".
"Ayo masuk-masuk. Anggap aja rumah sendiri" kata Naren dengan begitu percaya diri. Januar menghadiahkan geplakan di belakang kepala pria itu.
"Ini gak sekalian sama kue ulang tahunnya?" Tanya Bumi.
"Ngelunjak banget Mas ini. Kayak begini aja kita repot banget" ucap Aji.
"Lo dari tadi cuma diem aja ya Jamal!".
"Jamal bapak gue!".
"Lah. Bukannya Jovanus?".
"Itu nama baptis".
"Kalian ini kok ribut di rumah orang" kata Senja melerai mereka. Dan berhasil membuat keduanya bungkam.
"Eh, ini siapa? Kok baru lihat?" Ujar Mama ke arah Kinan yang berdiri di ujung kiri.
"Kinan, Tante. temen sekelas Bumi di kampus".
"Makasih ya, udah mau bantu. Sok atuh pada duduk, mama siapkeun minuman. Sekalian pada makan dulu weh atuh ya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita Yang Membumi
Teen FictionEnd. First Senja Bumi🤗 Aku tidak menginginkan amorfati, aku hanya memerlukan jatukrama yang amerta. Kita adalah fatamorgana yang terlalu aksa disebut jatukrama. Cover by Pinterest.