"permisi".
"Iyaaa." Senja bergegas melepaskan selang air. Mencuci tangan dan mematikan keran.
"Cari siapa ya?" Tanyanya pada seorang wanita dengan hijab yang menjulur menutupi dada.
"Saya Ayu mbak. Yang nempatin rumah depan".
Ayu?
Senja terdiam sesaat, mencoba mengingat.
"Dua hari lalu saya ke sini. Ketemu sama Bu Ratna".
"Oh!" Seru Senja. Dia ingat sekarang. Wanita di depannya ini ternyata orang yang diceritakan oleh Mama dua hari lalu.
"Jadi ini Mbak Ayu?" Tanya Senja sekedar memastikan.
Wanita di depannya mengangguk. "saya Senja, salam kenal ya Mbak," sapa Senja ramah, di balas dengan senyuman yang tak kalah ramah milik Mbak Ayu. Senja taksir umurnya mungkin sekitar 30-an. Masih muda dan segar.
"Ayo masuk Mbak, kita ngobrol di dalam Aja yuk".
"Eh, gak usah Mbak. Di sini aja udaranya enak. Saya juga sekalian lagi nunggu suami pulang takutnya kalo didalam gak kelihatan." Ucap Ayu lembut.
"Kalo gitu duduk di teras aja. Yuk Mbak".
Senja menggandeng lengan Ayu, membawanya duduk di teras rumah.
"Senja suka tanaman?".
"Lumayan, Mbak. Tapi semua tanamannya punya Mama kok. Aku cuma bantu rawat aja".
Sudah menjadi rutinitas memang, setiap sore Senja akan menyiram tanaman hias yang ada di pelataran rumah. Biasanya sama Mama. Berhubung sore ini Mama ada jadwal pengajian, maka Senja melakukannya seorang diri. Hitung-hitung olahraga, dokter juga menyarankan harus banyak bergerak agar memperlancar proses persalinan nanti.
"Sekalian nunggu suami pulang kerja juga Mbak." Ucap Senja sembari terkekeh geli.
"Senja?!" Dia mengerjap, "kenapa?" Tanya Mbak Ayu saat melihat Senja melamun kemudian menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis dikedua ujung bibir.
"Huh? A-aa. Enggak Mbak, gak papa." Senja meringis malu, "maaf ya..."
Mbak Ayu mengangguk samar. "Saya kira kamu kesakitan atau apa. Kandungannya sudah berapa bulan?".
"Jalan delapan Mbak?".
"Wah! Sebentar lagi berarti ya Mbak, ini anak pertama?".
"Iya mbak" ucap Senja dengan senyum lebarnya.
"Masyaallah semoga bayi dan ibunya sehat-sehat terus yah".
"Aamiin. Makasih doanya Mbak!" Jawab Senja senang.
Obrolan mereka terus berlanjut, sampai suara klakson sebuah mobil mengambil atensi Senja dan Mbak Ayu.
"Oh, suami saya sudah pulang." Mbak Ayu berdiri dari duduknya, "kalo gitu saya permisi ya. Nanti disambung lagi".
"Iya Mbak. Sering-sering main ke sini ya. Nangis ajarin aku bikin rawon loh".
"Siap. Saya duluan ya, makasih sudah mau ngobrol-ngobrol. Mari Senja".
"Iyaa. Sama-sama Mbak".
Setelah berpelukan singkat, Mbak Ayu meninggalkan pelataran rumah. Menyebarangi jalan dan menghampiri suaminya yang bagu menutup pintu mobil.
Mata Senja terus mengawasi pergerakan itu.
Dan oh! Tanpa di duga, suami Mbak Ayu mengangkat kepalanya, memandang lurus ke arah Senja. Lalu, sebuah senyum terbit dari lelaki yang Senja belum tahu namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita Yang Membumi
Novela JuvenilEnd. First Senja Bumi🤗 Aku tidak menginginkan amorfati, aku hanya memerlukan jatukrama yang amerta. Kita adalah fatamorgana yang terlalu aksa disebut jatukrama. Cover by Pinterest.