"Kau tahu Gun, P'Tha bilang ada orang yang membayarmu sebesar satu milyar baht."
Gun tersedak. Air keluar menyembur dari mulutnya. Otaknya mengoreksi fungsi indera pendengarannya tapi nihil. Tidak ada kesalahan pendengaran. Telinganya benar-benar mendengar satu milyar baht, itu jauh dari tarif per-episode untuk series yang Gun perankan.
"Kau salah sebut bukan Phi? Mana mungkin orang membayarku sebesar itu?"
"Aku sungguhan Gun. P'Tha baru saja menghubungiku. Bahkan dia saja tidak percaya saat melihat nominalnya. Lebih gilanya lagi, orang itu bilang belum termasuk dengan bonus dan lain-lain."
"Apa dia orang sinting phi? Aku yang seorang aktor termahal saja sudah bekerja keras tapi uangku tidak bisa menyentuh angka itu. Dengan uang itu sudah bisa membeli beberapa unit rumah sekaligus secara kontan."
"Lalu bagaimana? Kau menerimanya? Dia meminta kau untuk berhenti dari semua jadwalmu sekarang sebagai gantinya."
"Phi, apakah Phi masih harus bertanya? Bahkan semua bayaran projekku dijadikan satu pun belum bisa menggantikan uang itu. Bagaimana bisa aku akan menolaknya."
Mendengar nominalnya sejak awal imajinasi Gun sudah melanglang buana. Menggambarkan ilustrasi kebahagiaan yang dia inginkan selama ini. Mulai dari membeli tas-tas mahal tanpa khawatirkan harga sampai tujuan destinasi liburan ke luar negeri sangat jelas di dalam otaknya. Pipinya terangkat, senyum tak pernah hilang dari wajahnya.
"Lalu apa tugasku? Sampai orang itu membayarku semahal itu?"
"Dia hanya memintamu berpura-pura menjadi tunangannya saja."
"Orang kaya memang aneh. Sangat mudah sekali."
***
Gun terdiam di samping pintu mobil roll royce yang sedang terparkir di depan agensinya. Tapi bukan mobil itu yang menarik perhatiannya melainkan beberapa orang dengan setelan jas berjajar rapi. Mereka semua serempak menunduk menyambut Gun. Gun yang kikuk cuma ikut menunduk membalas.
Sosok laki-laki yang beberapa hari lalu sempat bernegosiasi dengannya sudah berdiri siap membukakan pintu. Gun langsung menyimpulkan bukan laki-laki ini yang kaya. Lalu siapa bos mereka semua? Bukan lelaki tuakan? Gun lupa memikirkan itu. Kalau di film-film yang pernah Gun lihat bos mereka biasanya laki-laki tua bertongkat.
"Tunggu dulu. Apa aku boleh bertanya?"
"Ya silakan. Kau ingin bertanya apa?"
"Apa bosmu lelaki tua?"
"Apa ada masalah jika dia sudah tua?"
"Ti...tidak."
"Kau akan tahu setelah melihatnya langsung. Dia ada di dalam."
Gun menarik napas. Matanya terpejam. Menyiapkan hati jika bos mereka ternyata sesuai dengan imajinasinya.
"Apa kau akan terus berdiam disitu?"
Gun membuka sebelah mata setelah mendengar suara laki-laki dari arah dalam mobil. Sedikit demi sedikit siluet laki-laki dengan kulit sangat putih tampil di hadapannya. Semakin Gun membuka matanya, wajah laki-laki itu semakin jelas. Sangat tampan, tanpa keriput, dan yang terpenting tidak tua.
Gun meloncat girang tanpa sadar. Tidak perlu waktu lama untuk masuk ke dalam mobil. Mengambil posisi ternyaman di samping laki-laki itu.
"Apa kau yang membayarku satu milyar baht?"
"Ya. Kenapa?"
"Apa kau sekaya itu khun...? Maaf siapa namamu?"
"Off Jumpol Adulkittiporn."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL
FanfictionEntah ini sebuah keberuntungan ataukah kesialan saat Gun yang seorang aktor papan atas Thailand dengan bayaran termahal harus terjebak dengan drama kehidupan seorang mafia bernama Off Jumpol. Laki-laki itu membayarnya dengan nominal yang bahkan Gun...