29

848 102 13
                                    

Suara ketukan hak saling beradu dengan lantai marmer, berirama di tengah koridor yang lengang. Penerangan minim, hanya ada cahaya purnama menembus kaca memperlihatkan siluet wajah cantik. Malam ini begitu sunyi.

Genggaman tangan erat menekan gagang pintu dan mendorongnya ke arah dalam. Terlihat tidak jauh dari pintu kaca menuju balkon sosok pria paruh baya dengan mantel mandi berdiri menatap bulan malam ini. Suara hak kembali berbunyi. Namun kali ini langkahnya sedikit berlari dengan senyum centil.

"Sayang, kau rindu padaku?"

Tangan ramping melingkar, menelusup di sela-sela lengan yang terapit memeluk dari arah belakang. Tak lupa sebuah kecupan mendarat di lengan. Wanita itu menengadah melihat siluet wajah yang di beberapa bagian terdapat kerutan tanda penuaan.

"Kau lama sekali, Mild. Aku menyuruhmu untuk datang tepat pukul tujuh malam."

"Kau tahu sendiri aku tinggal di rumah anak sulungmu. Jadi aku harus mengurus beberapa tukang pukul. Ku harap kau bisa memaafkan diriku, Sayang"

Tangan Mild menangkup wajah lelaki paruh baya yang tidak lain adalah ayah Off. Lantas dalam hitungan detik keduanya saling bertukar saliva menyalurkan rasa rindu tak terkira. Keheningan itu dipecah dengan alunan desahan yang tak berujung. Embusan napas nafsu telah memudarkan kesadaran mereka.

Malam ini kali pertama ayah Off bertemu kembali dengan Mild secara personal. Sejak kejadian penyerangan dan pembakaran kediaman keluarga Mild, ayah Off kehilangan jejaknya. Selama ini pun ayah Off tidak mendapatkan informasi apapun. Mengintip hasil pencarian Off juga nihil. Sampai akhirnya Mild muncul bersama Off setelah putra sulungnya itu kembali dari Makau.

Saat bertemu dengan Mild pun ayah Off tak lepas pandangan dari wanita itu. Banyak pertanyaan yang dia simpang bertahun-tahun hanya untuk ditanyakan pada Mild. Salah satunya mengenai anak yang sedang dikandung Mild saat itu. Ayah Off mengetahui kehamilan Mild. Ketika kejadian itu, dia menyusup siap menolong Mild, ternyata dia kalah cepat. Mild telah hilang.

Kisah terlarang inu terjalin saat Off harus mengikuti latihan di Rusia. Baik ayah Off maupun Mild mengingat malam itu, malam dimana Mild berakhir di pangkuan ayah dari kekasihnya. Perkiraan mereka semua akan berakhir setelah Off kembali, namun kenyataannya tak ada yang ingin mengakhiri. Mereka tetap menjalin hubungan itu diam-diam.

"Dimana putraku?"

Pertanyaan itu lantas terlontar dari mulut ayah Off sesaat setelah Mild berhasil duduk di atas kedua pahanya. Senyuman miring terbentuk tipis di bibir Mild.

"Kau mencari putramu yang mana?"

"Putraku yang kau kandung, Mild."

Kali ini senyum Mild memudar berganti dengan tawa. Tawa dengan nada merendahkan. Ayah Off bangkit dari posisinya dan langsung menjambak rambut Mild.

"Jangan bercanda Mild."

Mild sedikit meringis tapi tetap dengan senyum. Sorot matanya tak gentar membalas tatapan ayah Off.

"Kemari, dekatkan telingamu, Sayang."

Ayah Off segera mendekatkan telinganya sesuai perintah Mild.

"Aku..."

"Telah..."

"Membunuhnya..."

Tangan ayah Off melemas, melepaskan cengkraman dari rambut Mild. Seperti kilatan cahaya sekejap tamparan mendarat di pipi Mild.

"KAU SUDAH GILA MILD? BERANI-BERANINYA KAU MEMBUNUH PUTRAKU?"

"Bukankah dia hanya anak dari seorang selingkuhan. Apa berharganya? Aku tidak ingin putraku menderita seperti putramu yang lain, Sayang. Dilupakan seperti Bright. Bukankah begitu? Jadi lebih baik aku membunuhnya saja."

BLACK PEARLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang