14

1.3K 95 7
                                    


🔞Tidak untuk Babii di Bawah Umur🔞
⚠️Dosa ditanggung masing-masing⚠️

Remang-remang cahaya membias dari jendela. Terik panas mentari tak mengurungkan niatnya untuk terus berlari mengejar lelakinya. Suara teriakan histeris memekakkan telinga kala sepasang tangan kekar berhasil menghentikan pergerakkannya. Hujaman kecupan memborbardir pipi tembamnya.

"Papii, sudah cukup. Gun lelah tertawa. Perut Gun sakit."

"Kau lelaki kecilku yang nakal. Harus mendapat hukuman."

"Berhenti menggelitik, papii."

Tangan Off tidak benar-benar menggelitik. Melainkan mencari celah menelusur menyingkap pakaiannya, mencari bagian ternikmat suaminya. Saat benda mungil itu pas berada dalam dua capitan jari telunjuk dan ibu jari, seketika itu pula tarikan berhasil menghasilkan lenguhan.

Desisan dan desahan bersahut-sahutan. Decakan kecupan tersebar beradu dengan gerakan tangan memilin puting yang menegang. Lengkungan badan meraih tengkuk, berharap ciuman semakin dalam.

Deburan ombak menyapa dua sepasang suami yang sekarang tengah bercumbu mesra tanpa rasa malu yang melanda. Bahkan matahari pun menyinari dari sela-sela awan yang membentang di angkasa, sedikit mengintip. Namun rasa sungkan telah sirna. Keduanya tak lagi berbusana meskipun masih menyapa alam terbuka.

"Papii, ayo ke kamar saja."

"Aku lebih suka di sini. Aku bisa melihat semuanya dengan jelas."

Gun terpangku nyaman di atas dua paha. Menghadap tepat di depan wajah suaminya. Dua sahabat kecil mereka saling berhimpit, tak lagi malu menyapa rekan bermainnya. Hisapan, lumatan, tarian liar lidah tanpa nada namun seirama. Remasan tangan menggenggam erat rumbai-rumbai rambut, menyalurkan hasrat tak terbendung.

Dada Gun membusung dan Off yang sedikit membungkuk. Kali ini hisapan itu beralih pada salah satu puting yang mulai memerah akibat pilinan jari Off. Gun suka bagian ini. Sensasi gila ketika lidah Off menjilat dan memainkannya. Rasa geli bercampur nikmat.

"Ssshhh...Pa...pii.."

Kabut nafsu menyelimuti pikiran mereka. Semilir angin membawa sensasi dingin di permukaan puting yang masih berlumur liur. Sebelah tangan Gun kini menuntun tangan Off untuk segera menyapa lubang surgawinya.

"Ayo cepat kesini saja Papii..."

"Kau sudah tidak sabar, sayang?"

"Kita harus pindah ke kamar saja, papii. Disana Gun sudah punya lube. Bagaimana Off junior masuk kalau tidak ada yang melumurinya dulu."

Off tersenyum miring. Diturunkannya si kecil dari pangkuannya, kini terduduk di bawah lantai. Gun yang kebingungan hanya mendongak melihat wajah suaminya dari bawah. Namun bukan wajah suaminya yang terpampang di atas sana melainkan sebatang keras yang menjuntai ke arahnya. Gun menelan ludah kasar. Hidangannya telah siap.

"Untuk apa kita ke kamar. Kau bisa menggunakan ini."

Dua jari Off menerobos masuk bibir Gun yang terkatup. Memberi pemanasan pada lidah sebelum miliknya bertemu dengannya.

"Gunakan liurmu sebagai pelumasnya, sayang."

Lidah Gun langsung menyambut dua jemari suaminya. Tatapan masih saling terkunci tapi dua benda di dalam mulut masih menari. Off senang dengan pemandangan di bawah sana. Melihat wajah Gun yang mendamba akan sentuhannya. Begitu liar dan membuyarkan nalar sehatnya.

"Kau bisa memasukkannya lebih dalam seperti inikan?"

Jari itu masuk menusuk kerongkongan dan menghambat pernapasan. Meskipun begitu Gun mengangguk, hanya bisa mengiyakan.

BLACK PEARLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang