9

1.3K 113 3
                                    

Gun berguling ke kanan dan ke kiri, ranjangnya begitu lengang tanpa kehadiran Off di sisi lainnya. Tubuh kecilnya membentang dan tak cukup menutupi kekosongan. Ruangan itu seakan membesar kala Gun sendirian. Jarum-jarum jam saling menyalip satu sama lain hingga sekarang sudah menunjukkan waktu tengah malam, namun Off tak menunjukkan tanda-tanda akan datang. Gun sudah menyuruh New menelepon Off atau Tay tapi mereka berdua tidak mengangkat.

Gun tidak mengira kehadiran Off akan menjadi penting dalam kurun waktu semalam. Laki-laki itu membawa perubahan yang signifikan pada hidupnya. Hilangnya Off membawa perasaan gelisah pada diri Gun. Rasa tak nyaman dan ketakutan menyelimutinya. Walau New mengatakan dia akan menjaga di luar kamar tetap membawa perasaan tak tenang.

Rumah keluarga Adulkittiporn pasti memiliki tingkat keamaan yang tinggi. Tak mudah untuk seseorang menerobos masuk secara acak. Mencapai tempat ini butuh strategi yang akurat. Jika dalam film mafia yang pernah ditonton Gun, diumpakan rumah keluarga ini adalah rumah bos terakhir. Kalaupun terjadi pernyerangan, tidak akan semudah dan sesingkat saat Gun menontonnya di film. Apalagi keluarga Adulkittiporn salah satu keluarga paling berpengaruh di Thailand. Musuh pun harus memiliki aliansi yang kuat untuk menggulingkannya. Jadi harusnya Gun tidak perlu merasa terancam berada sendirian di rumah keluarga Adulkittiporn tanpa kehadiran Off.

Gun juga percaya jika Off tak akan pernah membiarkan dirinya merasa tidak aman. Lelakinya itu akan selalu menjaga Gun dengan keamanan khusus.

"Kenapa kau belum tidur, Gun?" Gun langsung bangkit terduduk di atas kasur, terlalu terkejut dengan suara New yang muncul tiba-tiba.

"New, aku tidak bisa tidur. Apa Papii belum bisa dihubungi? Aku belum bisa tidur jika Papii tidak pulang."

"Apa aku harus mengambil Bibii di kamar Baifern untuk menemanimu tidur? Off sepertinya masih lama."

"Aku tidak mau Bibii. Aku mau Papii, New."

New menghela napas. Ini sudah kelima kalinya dia mengecek Gun tapi dia masih aja belum bisa tidur. Mata Gun bahkan sudah berkaca-kaca ingin menangis karena masih saja meminta dirinya menelepon Tay ataupun Off.

"Gun, coba tenangkan dirimu. Off akan baik-baik saja. Dia akan segera pulang."

"Jangan menyuruhku tidur lagi New. Aku tidak akan tidur."

"Baik. Aku tidak akan menyuruhmu tidur lagi. Terserah kau saja. Juga jangan minta aku untuk menelepon Tay ataupun kekasihmu itu. Mereka sangat sulit dihubungi dalam misi."

Gun menekuk bibirnya. Gun hanya ingin memastikan kalau mereka dalam keadaan baik-baik saja dan sedang dalam perjalanan pulang.

"Bolehkah sekali lagi coba menelepon mereka?"

"Lakukan saja. Jika bisa." New segera menekan nomor Off di ponselnya.

Suara nada tunggu telepon membuat Gun semakin gelisah. Degup jantungnya tak karuan. Dia menggigit kuku ibu jari tak sabaran.

"Ada apa, New?"

Gun menghentak kegirangan. Suaranya berteriak lantang memanggil kekasihnya.

"PAPII...."

"Gun? Ada apa sayang? Apa kau baik baik saja di sana?"

Gun kembali menekuk bibirnya namun bukan kesal melainkan menahan tangisan.

"Papii kemana saja? Aku menunggu Papii. Aku tidak bisa tidur. Aku memikirkan keadaan Papii apakah baik baik saja atau tidak. Tapi kenapa Papii ataupun p'Tay tidak menjawab telepon New sama sekali. Kamar ini terlalu luas untuk aku sendirian Papii. Apa Papii sudah pulang?"

"Kau menangis, Gun? Maafkan aku. Aku sudah sampai di gerbang depan. Jangan menangis lagi. Setelah ini kau boleh memelukku sepuasnya."

"Suruh supirmu itu lebih cepat atau kau tidak boleh memelukku, Papii."

BLACK PEARLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang