38

902 82 6
                                    

Gun murung saat Off baru saja mengabari jika dia tidak bisa hadir dalam acara ulang tahunnya nanti. Mata Gun berkaca-kaca tapi dia juga tidak bisa membantah perintah yang langsung diutarakan oleh waigong. Pertemuan ini penting apalagi posisi Off yang sekarang memimpin sektor Asia Tenggara. Gun cuma bisa memeluk tubuh suaminya erat seraya membenamkan wajahnya yang sembab karena air mata.

"Papii, Gun ikut papii saja. Gun sudah tidak berselera untuk pesta ulang tahun." Gumam Gun dalam dekapan.

Off menjawab dengan seringai menggoda. "Kan nanti aku bisa menyusulmu, sayang."

"Papii tahu, New mengundang mantan kekasih Gun. Saat Gun pergi ke agensi untuk mengundang teman-teman, mantan kekasih Gun terus menggoda. Padahal dia tahu, Gun sedang mengandung anak seorang pimpinan mafia. Terus dia juga menjelek-jelekan papii. Katanya papii adalah laki-laki tua. Padahal suami Gunkan laki-laki paling tampan."

Wajah Gun sengaja dicemberutkan lebih dalam, berharap Off akan cemburu mendengar ceritanya. Namun ternyata jawaban Off membuat Gun kecewa.

"Oh ya?"

Kecut, batin Gun. Gun lantas berdiri dari posisi tidur, menghentakkan kaki menuju pintu kamar. Off panik melihat perubahan sikap suami kecilnya itu. Segera dia pun menyusul Gun dan menahan pergelangan tangannya.

"Kenapa malah pergi? Aku salah apa, sayang?"

Bukannya menjawab pertanyaan, Gun malah menangis sesegukkan. Kakinya semakin menghentak ke lantai persis seperti anak kecil tantrum. Off tidak bisa melakukan apa-apa selain membawa si kecil dalam pelukan. Mengusap punggung Gun berusaha menenangkan. Gun mencengkram punggung Off dan terus mengeratkan pelukan.

"Kenapa sayang? Bilang saja apa yang membuatmu sedih. Aku tidak tahu jika perkataanku ada yang menyakiti hatimu."

Gun menengadahkan kepalanya menatap Off yang menjulang. Off pun cuma membalas tatapan itu dengan penuh keteduhan bersabar menunggu sampai suaminya ini lebih tenang dan tidak lagi sesegukan. Ibu jari Off sigap mengusap pipi Gun yang lebih tembam lalu mendaratkan sebuah kecupan penenang.

"Aku...ingin...papii...datang..."

Rangkaian kata-kata yang susah payah Gun rangkai membuat Off ingin tertawa. Off sedikit mencubit pipi Gun kemudian tersenyum. Kedua tangannya malah bergerak mengangkat tubuh Gun menuju kasur.

"Apa kau tidak memikirkan perasaan teman-temanmu? Padahal kau sendiri yang mengundang mereka dan kau yang meminta untuk mengatur jadwal agar semua bisa hadir, tapi bagaimana jika kau yang malah ingkar, sayang?"

Gun sangat memahami setiap kalimat yang Off bicarakan. Tentu Gun tidak ingin egois dalam hal ini tapi di satu sisi dia amat ingin Off datang ke acara pentingnya nanti.

"Lagipula ada ibu, Baifern, Win, New, dan Tay. Mereka akan ikut bersamamu. Tay saja kupaksa ikut datang padahal dia harusnya bersamaku. Aku berjanji setelah semua urusan bersama waigong aku akan langsung menyusulmu ke sana."

"Jan..ji?"

Gun masih sesegukkan saat memastikan suaminya akan benar-benar datang. Bulir air mata masih mengalir dari ekor mata. Off mengusap pipi Gun dan mengecup kening suaminya itu.

"Janji Gun."

***

Untuk Off Jumpol Adulkittiporn

Hai Off. Saat kau baca surat ini berarti aku tak lagi bersamamu di dunia ini. Terima kasih untuk semua hal yang telah kau berikan padaku, terutama rasa bahagia yang tulus untukku. Aku tau, jika aku hanyalah manusia hina yang tak tahu rasa bersyukur. Rasa serakahku telah membutakan mataku sampai akhirnya aku mengkhianatimu. Cinta yang kau berikan padaku hanya dibayar luka olehku.

BLACK PEARLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang