New membuka pintu kamar Off dan Gun. Terlihat dua orang itu kini duduk saling membelakangi. Tidak ada seucap kata yang terlontar dari keduanya, namun New tahu dari mata sembab Gun mereka telah selesai membicarakan masalah Mild. Alasan New datang pun karena perintah Gun yang tiba-tiba menyuruhnya datang ke kamar.
"Ada apa Gun? Apa kau butuh bantuanku?"
"Oh, New sudah datang. New, aku minta tolong kemasi beberapa pakaianku. Aku akan tinggal bersama ibu untuk sementara waktu."
New tidak banyak bertanya hanya anggukan menjadi jawabannya. Off tampak diam walau tangannya terlihat mengepal seperti sedang menahan sesuatu.
"Gun..."
Off meraih pergelangan tangan Gun yang siap beranjak dari kasur. Menghentikan langkah suaminya berharap dia akan berubah pikiran.
"Keputusanku sudah bulat. Bukankah aku suami yang murah hati masih membiarkan suamiku tinggal bersama dengan mantan kekasihnya? Jika alasanmu kasihan padanya, aku akan bilang kau bodoh."
New melihat tangan Off yang melonggar melepaskan Gun. Tatapan sendu kembali terlihat jelas di wajah Off. Tertunduk seakan sudah tidak ada harapan lagi. Suara pintu yang ditutup membawa New kembali mendekat pada Off.
"Kau memang tidak berubah ya Off. Kau masih saja bodoh."
"Berhenti mengataiku bodoh New. Aku sudah menyadarinya. Aku sudah bosan mendengar ocehan Tay selama perjalanan pulang mengenai diriku yang bodoh ini."
New meraih tangan Off memberikan alat tes kehamilan yang urung dia buang. Off tertegun melihatnya. Sebulir air mata menetes tepat di atas telapak tangan, disusul air mata lain yang kini cepatnya tidak bisa lagi dikendalikan.
"New, Gun benar-benar hamil? Dia hamil anakku? Dia mengandung anakku?" Suara Off bergetar.
"Dia menyiapkan kado terindah untukmu di hari ini, tapi kau memberikan kejutan terburuk untuknya."
"New, aku harus bagaimana?"
"Hei Off kau memang benar-benar bodoh, sialan! Kau masih punya pertanyaan padahal kau sudah mempunyai jawaban pastinya. Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu."
"Aku mencari Mild bertahun-tahun, kau pun tahu itu. Saat melihatnya muncul di hadapanku, aku cuma ingin melindunginya sebagai permintaan maafku yang telah gagal menjaganya dulu. Namun aku mengatakan padanya, kalau aku mencintai Gun. Aku tidak akan meninggalkan Gun. Aku menikahi Gun karena aku mencintai suami kecilku."
New mengusap wajahnya kasar. Semakin gemas ingin meninju wajah bosnya ini. Sudah jelas semua keputusan Off adalah keputusan bodoh.
"Off, memang tanggung jawabmu untuk menjaga Mild? Apa hubunganmu dengannya sekarang? Ayolah Off, persetan dengan rasa bersalah. Memang kejadian kebakaran saat itu karenamu?"
Off semakin tertunduk tak berani meskipun hanya membalas tatapan New. Tangannya masih menggengam erat alat tes kehamilan milik Gun di tangannya.
"Mana yang lebih penting bagimu Off? Rasa bersalahmu atau Gun? Gun yang sedang mengandung anakmu. Gun yang harus lemas setiap pagi karena calon anakmu yang rewel sekali di dalam perutnya. Gun yang tidak bisa makan karena mual. Gun yang cuma bisa terbaring sembari meringkuk karena tak bisa makan."
"Tapi..."
"Bisa-bisanya kau mengucapkan kata tapi di awal perkataanmu Off?"
"New, aku tidak bisa membandingkan Gun dengan siapapun. Apalagi dengan Mild."
"Lalu?"
"Seperti kataku tadi, aku tidak bisa membiarkan Mild kembali ke Korea."
New sudah muak. Pembicaraan ini terus bedputar-putar tanpa ujung. Apalagi Off yang bersikukuh dengan argumen bodoh. Dia sudah tahu tapi pura-pura tidak tahu, tolong beritahu apa istilah yang pas untuk Off.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL
FanfictionEntah ini sebuah keberuntungan ataukah kesialan saat Gun yang seorang aktor papan atas Thailand dengan bayaran termahal harus terjebak dengan drama kehidupan seorang mafia bernama Off Jumpol. Laki-laki itu membayarnya dengan nominal yang bahkan Gun...