16

1.1K 107 11
                                    

Di bawah hujan sebuah mobil melesat kencang membelah jalanan. Pagar besi segera terbuka mempersilakan mobil itu menuju rumah utama. Langit suram tanpa bintang, bulan pun mengintip dari balik awan. Layaknya semesta yang tak pernah mengharapkan kehadirannya. Gonggongan anjing berpadu menyambut kedatangannya. Punggung-punggung tukang pukul lantas berdiri tegak. Rahang mereka mengetat tatkala sosok itu muncul dari dalam mobil. Tangan kiri yang sigap menyiapkan senjata di balik badan.

Kaki jenjang itu berjalan menuju pintu utama yang telah terbuka menyambutnya. Tay yang sedari tadi menunggu sedikit bungkuk memberi sambutan. Segera setelahnya mengantarkan lelaki itu menuju ruang kerja kakek Off. Tanpa menunggu lama, kakek Off langsung mempersilakan laki-laki yang bersama Tay untuk masuk.

"Selamat Ulang Tahun, Kakek. Aku membawa ini untuk Kakek."

Pria tua itu menghentikan gerakannya. Kedua tangannya bergerak melepas kacamatanya dan mengarahkan pandangannya pada Bright.

"Kenapa kau datang kemari?"

"Karena aku ingin memberi hadiah ini pada, kakek."

"Kau bukan cucuku. Berhenti memanggilku kakek."

Bright tertunduk lesu. Menatap prototype senjata ciptaannya yang khusus dia hadiahkan untuk kakek Off. Hal biasa jika sikap kakek Off begitu dingin padanya. Siapa yang ingin melihat anak pengkhianat.

Ayah Bright adalah anak tertua keluarga Adulkittiporn. Anak kebanggaan kakeknya yang akhirnya malah berkhianat pada keluarganya sendiri. Kelahiran Bright tak pernah diharapkan. Terkucilkan dan semakin tenggelam saat kakeknya memberi perintah untuk mengeksekusi ayahnya. Kakeknya telah menghapus ayah Bright dari daftar keturunan Adulkittiporn. Bright berada di sudut ruang yang tak memiliki sinar.

Namun Bright tahu kakeknya selalu peduli padanya. Secara diam-diam selalu memantau perkembangan Bright sedari kecil meskipun sikapnya dingin. Bright sangat tahu jika posisi ini saja seharusnya sudah memuaskan baginya. Namun Bright ingin kakeknya melihatnya. Mengakui keberadaannya, menganggap dirinya pun mampu bersanding di dalam keluarga Adulkittiporn lainnya.

Selayaknya Off Jumpol yang selalu memenuhi harapan kakeknya. Menjadi cucu laki-laki kebanggaan, Bright pun bisa. Hanya butuh sedikit perhatian dan dia akan mewujudkan semuanya. Seperti hari ini, Bright mendesain khusus prototype senjata yang langsung memiliki peredam suara diujungnya. Jangankan menerimanya, bahkan kakeknya tidak melihat sedikit pun.

"Aku juga punya ini untuk Off, kek. Ucapan selamat atas pernikahannya."

Bright menunjukkan sebuah kotak perhiasan berisi gelang yang dihiasi berlian di sekelilingnya. Bright tahu pasangan Off bernama Gun itu mantan aktor yang suka barang mewah, jadi dia memilih gelang ini untuknya.

"Berikan saja pada Tawan dan kau bisa pergi setelah ini."

"Baik kek. Terima kasih untuk waktunya. Semoga kakek senantiasa dalam kebaikan."

Bright segera memutar tubuhnya beberapa saat setelah membungkuk memberi hormat. Tawan telah berdiri membuka pintu untuk mempersilakan Bright keluar ruangan.

"Apa kau tidak lelah kemari? Kau tahu sendiri Tuan Adulkittiporn tidak akan menggubrismu, Bright?"

"Kakek peduli padaku, Tay. Hanya butuh waktu dan kesabaran."

"Aku akan memberikan hadiahmu pada Gun."

"Terima kasih Tay. Semoga dia menyukainya."

"Bright, aku juga punya satu pesan dari Off untukmu."

"Off?"

Bright mengernyitkan dahi. Tidak biasa sepupunya itu menitipkan pesan untuknya. Apalagi setelah kejadian penyerangan pada keluarga Suwannarat tempo hari, mustahil sepupunya itu ingin berbicara padanya.

BLACK PEARLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang