Beberapa pelayan berlalu lalang sejak pagi, sibuk menyiapkan banyak hal yang akan Off dan Gun kenakan hari ini. Beberapa tukang pukul pun sama saja, mereka telah berjajar rapi di samping mobil yang telah terparkir rapi di halaman.
Hari ini adalah hari penting bagi keduanya, karena hari inilah acara pertunangan mereka akan berlangsung. Gun tak dapat tidur sejak semalam. Selain karena mendekati hari H, suasana kamar mereka yang berbeda. Sehari setelah kejadian Off membantai keluarga Suwannarat, mereka memilih pulang ke rumah Off yang sebenarnya. Memang tidak sebesar rumah orang tua Off tapi halamannya lebih luas. Perkiraan Gun, halaman rumah kekasihnya ini bisa menjadi lahan parkir kurang lebih untuk seratus bis. Memang seluas itu, bahkan di dalam halaman juga tersedia dua helipad.
Rumah Off bernuansa modern. Tidak ada pilar hanya tembok yang berjajar asimetris sesuai desain arsitek. Gun suka apalagi lampu-lampu menambah kesan mewah rumah ini. Hanya saja, jika malam semakin larut, Gun takut melihat ke arah halaman, sejauh mata memandang hanya terhampar luasnya halaman. Gun tidak pernah berani tidur sendirian, dia lebih baik menunggu Off sampai pulang. Walaupun ada New di sebelahnya, Gun membatu menunggu lelakinya.
Gun pernah menunggu Off sampai pukul tiga dini hari. New sudah membujuknya untuk tidur tapi dirinya keras kepala. Dia hanya ingin memeluk Off agar bisa tertidur. Lebih baik menenggelamkan wajah ke dada bidang Off daripada harus memandang hamparan halaman meskipun keduanya sama-sama memiliki kesan gelap dalam bayangan.
Kembali hari ini. Gun ingin menangis depan cermin melihat kantung matanya. Padahal beberapa hari lalu dirinya sudah mengopresnya dengan mentimun tapi tetap saja tidak ada pengaruh.
"Papii, lihat kantung mata Gun?"
"Tidak terlihat sayang. Kau tetap cantik."
"Tapi ini sangat hitam, Papii. Bagaimana jika orang-orang atau kakek bilang kalau aku tidak cocok bersama Papii?"
"Tidak akan sayang. Kau terlalu banyak membaca skrip drama. Jangan khawatir. Aku akan tetap memilihmu." Off menutup rasa khawatir Gun dengan kecupan di pipi tembabnya.
"Apa baju ini cocok denganku? Kenapa hari ini aku penuh keraguan?"
Off memperhatikan tampilan kekasihnya dengan punggung yang terbuka. Memang seksi, tapi ada rasa tidak rela dalam diri Off untuk berbagi aset miliknya. Punggunh Gun terlalu indah untuk diperlihatkan di depan umum.
"Apa aku boleh memintamu untuk ganti yang lain saja, sayang? Aku tidak ingin punggungmu yang cantik itu dilihat oleh orang lain. Aku ingin itu hanya untukku."
Gun memutar tubuhnya membelakangi cermin untuk melihat penampilan punggungnya. Benar kata Off, punggungnya terlalu indah.
"Apa papii cemburu?" Goda Gun yang membawa dirinya kini dalam pelukan.
"Aku hanya takut, menembak setiap mata yang memandangi kekasihku. Lihatlah hari ini, kau begitu cantik." Off mendaratkan kecupan di punggung Gun.
"Apa yang kau inginkan Khun Off? Aku tahu maksud kata-kata manismu."
"Satu kecupan saja sayang, aku tidak keberatan. Tapi..."
"Tapi apa?"
"Di sini." Off menuntun tangan kekasihnya menuju milik-nya.
"Dasar mesum."
"Kau juga."
"Ehem..." Suara dehaman New membuyarkan formasi pelukan mereka.
"Bisakah kau mengetuk pintu dulu?" Dengus Off kesal.
"Aku sudah mengetuknya, Khun Off yang terhormat. Tapi rasanya dua orang di dalam sini memiliki pendengaran yang buruk. Lebih baik kau mengecek yang lain daripada menganggu kekasihmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL
FanfictionEntah ini sebuah keberuntungan ataukah kesialan saat Gun yang seorang aktor papan atas Thailand dengan bayaran termahal harus terjebak dengan drama kehidupan seorang mafia bernama Off Jumpol. Laki-laki itu membayarnya dengan nominal yang bahkan Gun...