40

823 92 11
                                    

Dentuman suara musik tak mengusik suara ombak. Gun duduk diam di salah satu kursi menghadap ke bibir pantai. Beberapa saat yang lalu si kecil baru saja dibawa masuk oleh New karena terlelap, tinggalah Gun sendiri. Sudah lama Gun tidak merenung sendiri. Seraya mengelus perutnya yang membesar, pandangan Gun menerawang, menjabarkan seluruh kisah hidupnya yang sudah pernah ia lewati sampai akhirnya tiba di titik ini. Menjadi suami Off Jumpol? Mimpi apa Gun kemarin?

Off Jumpol menepati semua janjinya pada Gun yang akan mewujudkan semua hal yang ia inginkan. Off adalah bahagia Gun, dialah cinta matinya. Bertemu dengan Off menjadi takdir yang ingin Gun ulang meskipun di kehidupan selanjutnya.

Tiba-tiba rasa hangat menyelimuti tubuh Gun. Reflek kepala Gun menoleh dan mendapati Luke yang sedang menyampirkan sebuah jaket di pundak Gun. Senyum dari mantan kekasihnya itu hanya menciptakan kerutan di dahi Gun, tanda tak mengerti maksud Luke ini. Tidak percaya juga Luke berani mendekatinya sendiri meskipun di sini jelas-jelas ada suaminya. Lantas Luke pun ikut duduk di sebalah Gun tanpa peduli dengan tatapan menusuk darinya.

"Kamu pasti kedinginan ya?"

"Enggak."

Cukup singkat dengan nada menekan sekaligus memberitahu kalau Gun tidak suka dengan keberadaan Luke sekarang. Luke hanya membuyarkan kolase indah pemandangan pantai di malan hari. Hantaman ombak mencapai bibir pantai tak lagi terdengar merdu semenjak Luke hadir.

"Selamat ulang tahun Gun. Jika hari itu aku tidak egois dengan keinganku, mungkin hari ini kamu masih menjadi kekasihku. Dan mungkin yang ada di dalam..."

Gun menyipitkan mata. Menatap nyalang kepada Luke. Gun tahu kemana arah pembicaraan pria jangkung ini. Pembicaraan masa lalu selalu menjadi topik utama perbincanga. Padahal di otak Gun, masa-masa itu adalah masa terbodoh dalam hidup. Kenapa dia harus menangisi lelaki yang isi otaknya cuma ingin berciuman ataupun berhubungan badan dengan brutal. Sakit.

"Stop atau suamiku akan membuat kepalamu berlubang, Luke."

Luke tertawa. Tampak sekali dia meremehkan kata-kata Gun seakan Off tidak bisa mewujudkan hal itu. Mudah. Teramat mudah. Apalagi itu jika menyangkut Gun, hanya saja Luke tidak tahu fakta itu.

"Bagaimana mungkin manusia membunuh seseorang dengan mudah, Gun? Meskipun suamimu mafia tidak akan semudah di film."

Dahi Gun semakin mengernyit. Luke tetap tidak percaya jika Off benar bisa membunuhnya tanpa salam terakhir. Jangankan Luke, ayahnya saja dia bunuh. Gun lantas menarik kerah Luke dalam sekali tarikan. Remasan yang kuat membuat Luke terhentak.

"Alihkan otak gilamu dariku atau aku yang akan membunuhmu. Kau kira membunuhmu itu sulit? Kau salah Luke. Justru kau itu terlalu mudah untuk dihabisi. Harus kau ingat sekali lagi. Kau hanya sebuah kesalahan dalam hidupku. Jadi berhenti membicarakan hal-hal menjijikan."

"Apa bagusnya Off Jumpol Adulkittiporn itu sampai kau mengatakan aku sebuah kesalahan? Apa yang bisa dia berikan padamu? Untuk ulang tahunmu saja aku sudah menyiapkan ini."

Luke menyodorkan sebuah paket perhiasan merek cartier ke depan Gun. Namun Gun malah tertawa. Jari telunjuknya menyeka air mata yang sedikit menetes di ekor mata. Tatapan mereka kembali bertemu dan Gun kini tersenyum miring.

"Sepertinya aku harus merekomendasikan dirimu pada P'Tha besok untuk mengisi acara komedi, Luke. Pertanyaanmu sangat lucu. Kau beratanya apa yang Off berikan padaku? Ya Tuhan aku benar-benar terhibur malam ini."

"Kenapa kau malah tertawa? Memang apa yang laki-laki itu sudah berikan padamu?"

"Menurutmu perhiasan ini cukup luar biasa sebagai hadiah ulang tahunku?"

BLACK PEARLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang