Suara riuh menyambut Gun yang baru saja muncul mendekat ke bibir pantai. Aktor terbaik Thailand ini kembali pura-pura bahagia di depan seluruh tamu undangan pesta ulang tahun. Ibu Off pun seakan mengerti keadaan menantunya, lantas merangkul menuntun Gun mendekat ke arah teman-temannya. Lagu ulang tahun dinyanyikan serempak. Memang ramai tapi perasaan Gun sepi tanpa kehadiran Off, perayaan ini tidak begitu berarti.
Sembari memejamkan mata, Gun meniup lilin di atas kue. Tepuk tangan mengiringi mata yang terbuka, di ujung sana sosok Off tersenyum sambil melambaikan tangan. Perasaan bahagia Gun membuncah. Mengabaikan sekitar yang sedikit melongo karena Gun yang tiba-tiba berlari menghampiri suaminya, Off. Sekian langkah lagi mereka menyatu, tapi langkah Gun mulai berhenti. Sebuah kepala mungil sedikit miring mengintip dari balik kaki jenjang Off. Gun reflek ikut memiringkan kepala menatap lurus pada balita itu yang semakin erat menggenggam kain celana Off.
"Papii?"
"Pa...pa?"
Gun membelalakkan matanya kala si kecil itu membuka suara memanggilnya papa dengan sedikit ekspresi takut. Off lantas berjongkok dan berbisik pada balita itu. Gun tidak tahu apa yang Off bisikkan padanya, tapi si kecil malah berjalan mendekat pada Gun. Tangan mungilnya itu berusaha meraih jari-jemarinya.
"Papa..."
Kini suara si kecil lebih jelas memasuki indera pendengaran Gun. Mata mereka saling tatap, Gun baru menyadari ada kesenduan yang tersampaikan di kedua mata si kecil. Gun sempat mengalihkan pandangan pada Off, meminta penjelasan tapi suaminya hanya mengangguk sembari tersenyum.
Gun kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan balita itu. Mengusap lembut pipinya dan sebuah senyum merekah dari bibir mungil akhirnya muncul. Begitu riang saat kedua tangan mungil itu berayun tertaut di tengkuk Gun. Off pun tersenyum.
Gun kembali berdiri. Tangannya meraih tangan si kecil dan mulai berjalan mendekati para tamu. Off pun sama, dia mengikuti suaminya dari belakang. Tamu-tamu sempat berbisik membicarakan Off yang datang tiba-tiba. Ada beberapa yang terkejut dan ada pula yang takjub dengan suami Gun itu.
"Apa itu suaminya p' Gun?"
"Hei Luke, kau bilang suaminya lelaki tua? Bukankah dia terlalu muda untuk masuk kategori tua?"
"Aku hanya mendengar rumor saja. Aku pun tidak tahu orangnya, baru pertama kali bertemu sekarang."
"Siapa anak kecil itu? Apa anak phi Gun?"
Suara bisik-bisik membuat si kecil sedikit mundur dan bersembunyi di balik kaki Gun. Matanya mengintip, beradu pandang dengan ibu Off. Sedetik kemudian, mata si kecil melirik pada sosok perempuan lain yang berdiri jenjang di hadapannya—Baifern. Sorot mata menelisik dari Baifern semakin membuat si kecil beringsut takut. Gun mendekap, mengusap lembut puncak kepalanya, seakan mengatakan tak apa-apa dan tak perlu takut.
"Sebelumnya aku perkenalkan terlebih dahulu suamiku."
"Papii, ayo perkenalkan dirimu." Bisik Gun pada Off. Off lantas maju sejajar dengan suaminya.
"Terima kasih telah berkenan hadir dalam perayaan pesta ulang tahun Gun. Perkenalkan nama saya Off Jumpol Adulkittiporn, suami dari Gun. Semoga kalian tidak kecewa dengan perjamuan dari keluarga kami, keluarga Adulkittiporn."
"Phi Gun, apa suamimu tidak punya kembaran? Aku mau satu." Celetuk Nanon bercanda.
"Kalau bisa kembarannya ada lima phi. Biar aku pun dapat." Timpal Dunk yang langsung mendapatkan pelototan dari Joong, kekasihnya.
Off hanya tertawa mendengar kehebohan teman-teman Gun sedangkan suaminya itu cemberut kemudian menggandeng tangannya.
"Sayangnya cuma ada satu dan itu punya Gun saja." Gun mengerucutkan bibirnya, pura-pura kesal karena suaminya diincar banyak orang.
"Lucunya..." Celetuk Luke tanpa sadar. Membuat seluruh tamu menatap ke arah Luke.
New mendekat pada Off dan berbisik masalah Luke tempo hari. Off hanya mengangguk dan memberi senyuman.
"Seleramu memang patut aku acungi jempol, sayang."
Off bergumam pada Gun. Gun tidak berani menatap suaminya sekarang. Dari nada bicaranya saja Gun sudah tau kalau Off kesal dan jika bisa dia ingin meremukkan Luke sekarang.
"Bagaimana kalau kita potong saja kue ulang tahunnya."
Gun segera mengalihkan atensi dan kembali fokus pada acara ulang tahunnya. Si kecil yang masih bersembunyi di kaki Gun pun tidak ingin lepas darinya. Selama acara, si kecil cuma duduk di pangkuan Off atau Gun. Si kecil dalam dekapan, seakan Off dan Gun adalah orang tuanya sendiri. Sesekali pun tangan si kecil menunjuk-nunjuk perut Gun yang membesar dan Gun hanya tertawa.
"Kenapa besar?"
"Karena di dalam ada bayi."
"Bayi?"
"Adik kecil."
Matanya membulat, berbinar. Takjub dengan jawaban Gun. Mungkin dia berpikir, Gun mengandung adiknya.
Baifern menghampiri Off. Menarik kembarannya itu menjauhi kerumunan. Off tahu apa yang akan mereka bicarakan. Tentu tentang si kecil.
"Siapa anak itu? Kenapa kau membawanya ke dalam keluraga kita?"
"Karena dia bagian dari Adulkittiporn. Dia adik bungsumu Fern."
"Tapi bukan tanggung jawabmu untuk merawatnya. Kau tidak memikirkan perasaan Gun? Rumah kita bukan panti asuhan Off. Itu konsekuensi yang harus Mild terima."
"Mild dan Ayah mungkin salah. Tapi apa kesalahan anak itu? Apa kau yang meminta dia terlahir di dunia? Kenapa dia yang harus bertanggung jawab atas kesalahan orang tuanya. Kita memberi kehidupan yang layak agar dia tidak menjadi manusia menjijikan seperti kedua orang tuanya."
"Baik. Lalu bagaimana dengan Gun?"
Off memandang ke arah Gun yang kini malah asyik mengobrol bersama si kecil. Lantas senyuman terukir tipis di bibir.
"Bagaimana Gun akan melepaskan anak kecil yang memanggilnya Papa, Fern. Padahal aku tidak pernah mengajarinya selama perjalanan menuju kemari. Dia nyaman bersama Gun. Buktinya dia tidak ingin jauh-jauh darinya. Apa Gun akan tega membiarkan dia pergi."
Baifern pun ikut berpaling melihat Gun dan si kecil. Tangan mereka saling tertaut. Tawa mereka saling bersambut, pemandangan yang begitu hangat.
"Siapa namanya?"
"Sunny. Sunny Adulkittiporn."
"Dia cerah seperti namanya."
"Apa ibu setuju untuk membawa dia ke dalam keluarga kita?"
"Bukankah ibu tidak bisa menolak jika aku sudah mengatakan iya? Lagipula ibu tidak akan bisa menjauhkan dia dari Gun sekarang."
Baifern tidak bisa lagi membantah. Apa yang dikatakan Off benar adanya. Apalagi si kecil itu begitu nyaman dengan Gun, begitu pula dengan Gun.
"Kenapa kau mengambil keputusan ini Off?"
Off menarik napas dalam. Tatapannya menerawang ke depan sebelum menampilkan senyum pada Baifern. Tepukan di pundak kembarannya semakin meyakinkan bahwa keputusan ini adalah keputusan terbaik.
"Tidak ada yang tahu masa depan. Kau tidak tahu apa yang terjadi pada anak itu jika dia tumbuh dan mencari tahu keberadaan orang tuanya. Kau saja bisa menghabisi ayah, Fern. Bagaimana dengan anak itu? Dia pun bisa menghabisimu nanti. Ada banyak kemungkin di dunia kita, Fern. Tidak mungkin sekalipun, akan menjadi mungkin."
-tbc-
💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL
FanfictionEntah ini sebuah keberuntungan ataukah kesialan saat Gun yang seorang aktor papan atas Thailand dengan bayaran termahal harus terjebak dengan drama kehidupan seorang mafia bernama Off Jumpol. Laki-laki itu membayarnya dengan nominal yang bahkan Gun...